Turki Nekat Beli Sistem Rudal S-400 Rusia meski Ditentang NATO
A
A
A
ANKARA - Turki resmi memutuskan untuk membeli sistem pertahanan rudal S-400 Rusia meski ditentang negara-negara sesama anggota NATO. Keputusan ini telah dikonfirmasi Menteri Pertahanan Nurettin Canikli.
Perdana Menteri (PM) Turki Binali Yildirim mengatakan, kewajiban Ankara sebagai anggota NATO tidak akan terganggu meski membeli sistem anti-rudal mutakhir Moskow tersebut. Dia mengeluh sulitnya mendapatkan sistem pertahanan canggih serupa dari negara-negara aliansi pimpinan Amerika Serikat (AS) tersebut.
”Kami sangat ingin mendapatkannya dari negara-negara anggota NATO, namun gagal mendapatkan dukungan yang diperlukan dari AS,” kata Yildirim.
“Fakta bahwa kita telah memasuki kerja sama pertahanan dengan Rusia, tidak berarti kewajiban kita sebagai anggota NATO terganggu. Kerja sama semacam itu dengan Rusia hanya untuk menghilangkan ancaman terhadap Turki dalam jangka pendek,” papar Yildirim saat berkunjung ke AS, seperti dikutip Anadolu.
Jenderal Petr Pavel, Ketua Komite Militer NATO, baru-baru ini memperingatkan Turki tentang konsekuensi dari kemungkinan pembelian S-400 Rusia.
”Kedaulatan jelas ada dalam akuisisi peralatan pertahanan, namun dengan cara yang sama seperti negara-negara berdaulat dalam membuat keputusan, mereka juga berdaulat dalam menghadapi konsekuensi dari keputusan tersebut,” kata Pavel yang memberi sinyal penentangan NATO atas keputusan Ankara tersebut.
Pada Minggu, 12 September 2017, Moskow dan Ankara mencapai kesepakatan mengenai rencana pembelian sistem anti-rudal S-400 ke Turki. Pada tanggal 29 September 2017, ajudan presiden Rusia Vladimir Kozhin mengonfirmasi bahwa Turki telah melakukan pembayaran di muka untuk S-400, dan pengiriman dijadwalkan dimulai tahun 2019.
Triumph S-400—nama NATO-nya; SA-21 Growler—adalah sistem rudal air-to-air mobile mutakhir Rusia yang dilengkapi tiga jenis rudal. Sistem ini mampu menghancurkan target di udara pada jarak pendek hingga sangat jauh.
Kepala Delegasi Turki untuk Majelis Parlementer NATO, Ahmet Berat Conkar, mengatakan pembelian sistem pertahanan rudal canggih dari Rusia tidak ditujukan untuk mengirim pesan politik apapun. Namun, semata-mata didasarkan pada alasan teknis dan finansial.
”Turki memilih S-400 karena pilihan lain, karena sistem rudal ini memiliki fitur teknis lebih maju daripada pesaingnya, dengan harga yang lebih baik dan waktu pengiriman yang lebih singkat,” Conkar, kepada Al Jazeera yang dilansir Senin (13/11/2017).
Menteri Pertahanan Turki Nurettin Canikli menegaskan, bahwa kesepakatan pembelian S-400 dengan Rusia sudah terjadi. ”Rudal S-400 dibeli. Hanya detail kecil yang bisa ditangani saat ini,” kata Canikli.
Perdana Menteri (PM) Turki Binali Yildirim mengatakan, kewajiban Ankara sebagai anggota NATO tidak akan terganggu meski membeli sistem anti-rudal mutakhir Moskow tersebut. Dia mengeluh sulitnya mendapatkan sistem pertahanan canggih serupa dari negara-negara aliansi pimpinan Amerika Serikat (AS) tersebut.
”Kami sangat ingin mendapatkannya dari negara-negara anggota NATO, namun gagal mendapatkan dukungan yang diperlukan dari AS,” kata Yildirim.
“Fakta bahwa kita telah memasuki kerja sama pertahanan dengan Rusia, tidak berarti kewajiban kita sebagai anggota NATO terganggu. Kerja sama semacam itu dengan Rusia hanya untuk menghilangkan ancaman terhadap Turki dalam jangka pendek,” papar Yildirim saat berkunjung ke AS, seperti dikutip Anadolu.
Jenderal Petr Pavel, Ketua Komite Militer NATO, baru-baru ini memperingatkan Turki tentang konsekuensi dari kemungkinan pembelian S-400 Rusia.
”Kedaulatan jelas ada dalam akuisisi peralatan pertahanan, namun dengan cara yang sama seperti negara-negara berdaulat dalam membuat keputusan, mereka juga berdaulat dalam menghadapi konsekuensi dari keputusan tersebut,” kata Pavel yang memberi sinyal penentangan NATO atas keputusan Ankara tersebut.
Pada Minggu, 12 September 2017, Moskow dan Ankara mencapai kesepakatan mengenai rencana pembelian sistem anti-rudal S-400 ke Turki. Pada tanggal 29 September 2017, ajudan presiden Rusia Vladimir Kozhin mengonfirmasi bahwa Turki telah melakukan pembayaran di muka untuk S-400, dan pengiriman dijadwalkan dimulai tahun 2019.
Triumph S-400—nama NATO-nya; SA-21 Growler—adalah sistem rudal air-to-air mobile mutakhir Rusia yang dilengkapi tiga jenis rudal. Sistem ini mampu menghancurkan target di udara pada jarak pendek hingga sangat jauh.
Kepala Delegasi Turki untuk Majelis Parlementer NATO, Ahmet Berat Conkar, mengatakan pembelian sistem pertahanan rudal canggih dari Rusia tidak ditujukan untuk mengirim pesan politik apapun. Namun, semata-mata didasarkan pada alasan teknis dan finansial.
”Turki memilih S-400 karena pilihan lain, karena sistem rudal ini memiliki fitur teknis lebih maju daripada pesaingnya, dengan harga yang lebih baik dan waktu pengiriman yang lebih singkat,” Conkar, kepada Al Jazeera yang dilansir Senin (13/11/2017).
Menteri Pertahanan Turki Nurettin Canikli menegaskan, bahwa kesepakatan pembelian S-400 dengan Rusia sudah terjadi. ”Rudal S-400 dibeli. Hanya detail kecil yang bisa ditangani saat ini,” kata Canikli.
(mas)