Eks Budak Seks dan Jamuan Udang Trump di Korsel Bikin Jepang Marah
A
A
A
TOKYO - Pemerintah Jepang marah dengan tindakan Korea Selatan (Korsel) yang menjamu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan udang yang ditangkap di pulau sengketa.
Selain udang, Tokyo juga tak terima para perempuan mantan budak seks tentara Jepang di era Perang Dunia II dihadirkan dalam jamuan makan malam tersebut.
Jamuan makan malam itu digelar saat Trump berkunjung ke Korea Selatan beberapa hari lalu setelah pemimpin Gedung Putih itu bertolak dari Jepang. Suguhan udang yang diambil dari Dokdo—pulau sengketa—digambarkan media-media Jepang sebagai jamuan anti-Tokyo.
Daftar tamu dalam acara yang mengusik Jepang tersebut, salah satunya adalah Lee Yong-soo, 88. Dia adalah perempuan Korsel yang dijadikan budak seks tentara Jepang selama Perang Dunia II.
Foto-foto makan malam, yang diadakan di Gedung Biru menunjukkan Trump memeluk Lee.
Juru bicara pemerintah Jepang, Yoshihide Suga, bertanya-tanya apakah bijaksana untuk membuat isyarat diplomatik yang sensitif pada saat Jepang, AS dan Korea Selatan berusaha untuk menekan Korea Utara agar melucuti program rudal balistik dan senjata nuklirnya.
”Pada saat koordinasi yang lebih kuat diperlukan untuk menangani masalah Korea Utara, dan ketika Presiden Trump telah memilih Jepang dan Korea Selatan sebagai pemberhentian pertama dalam perjalanannya, ada kebutuhan untuk menghindari membuat langkah-langkah yang dapat berdampak negatif pada koordinasi tersebut,” kata Suga, seperti dikutip The Guardian, Jumat (10/11/2017).
Media Seoul, Korea Herald mengutip juru bicara kepresidenan Korea Selatan, menulis; ”Undangan Lee dirancang untuk menyampaikan sebuah pesan kepada Trump dan memintanya untuk memiliki pandangan seimbang tentang isu wanita penghibur dan sengketa historis antara Korea Selatan dan Jepang.”
Jepang telah mengajukan sebuah protes melalui saluran diplomatik. Menurut pemerintah Tokyo, kehadiran Lee bertentangan dengan semangat kesepakatan 2015 tentang polemik wanita penghibur Perang Dunia II.
Dalam kesepakatan itu, Jepang setuju untuk menyumbangkan 1 miliar yen untuk kurang dari 40 korban budak seks yang masih hidup. Kedua belah pihak juga sepakat bahwa kontroversi tersebut telah diselesaikan.
Selain udang, Tokyo juga tak terima para perempuan mantan budak seks tentara Jepang di era Perang Dunia II dihadirkan dalam jamuan makan malam tersebut.
Jamuan makan malam itu digelar saat Trump berkunjung ke Korea Selatan beberapa hari lalu setelah pemimpin Gedung Putih itu bertolak dari Jepang. Suguhan udang yang diambil dari Dokdo—pulau sengketa—digambarkan media-media Jepang sebagai jamuan anti-Tokyo.
Daftar tamu dalam acara yang mengusik Jepang tersebut, salah satunya adalah Lee Yong-soo, 88. Dia adalah perempuan Korsel yang dijadikan budak seks tentara Jepang selama Perang Dunia II.
Foto-foto makan malam, yang diadakan di Gedung Biru menunjukkan Trump memeluk Lee.
Juru bicara pemerintah Jepang, Yoshihide Suga, bertanya-tanya apakah bijaksana untuk membuat isyarat diplomatik yang sensitif pada saat Jepang, AS dan Korea Selatan berusaha untuk menekan Korea Utara agar melucuti program rudal balistik dan senjata nuklirnya.
”Pada saat koordinasi yang lebih kuat diperlukan untuk menangani masalah Korea Utara, dan ketika Presiden Trump telah memilih Jepang dan Korea Selatan sebagai pemberhentian pertama dalam perjalanannya, ada kebutuhan untuk menghindari membuat langkah-langkah yang dapat berdampak negatif pada koordinasi tersebut,” kata Suga, seperti dikutip The Guardian, Jumat (10/11/2017).
Media Seoul, Korea Herald mengutip juru bicara kepresidenan Korea Selatan, menulis; ”Undangan Lee dirancang untuk menyampaikan sebuah pesan kepada Trump dan memintanya untuk memiliki pandangan seimbang tentang isu wanita penghibur dan sengketa historis antara Korea Selatan dan Jepang.”
Jepang telah mengajukan sebuah protes melalui saluran diplomatik. Menurut pemerintah Tokyo, kehadiran Lee bertentangan dengan semangat kesepakatan 2015 tentang polemik wanita penghibur Perang Dunia II.
Dalam kesepakatan itu, Jepang setuju untuk menyumbangkan 1 miliar yen untuk kurang dari 40 korban budak seks yang masih hidup. Kedua belah pihak juga sepakat bahwa kontroversi tersebut telah diselesaikan.
(mas)