Arab Saudi Bekukan Aset Para Pangeran Terlibat Korupsi

Selasa, 07 November 2017 - 11:54 WIB
Arab Saudi Bekukan Aset Para Pangeran Terlibat Korupsi
Arab Saudi Bekukan Aset Para Pangeran Terlibat Korupsi
A A A
RIYADH - Penyelidikan perkara korupsi melibatkan keluarga Kerajaan Arab Saudi, menteri, dan pengusaha terus meluas. Selain membekukan aset para pangeran dan pejabat yang ditangkap, Otoritas Kerajaan Saudi, Senin (6/11/2017) juga menangkap Nasser bin Aqeel al-Tayyar, pendiri perusahaan travel terbesar di Arab Saudi Al Tayyar Travel. Atas laporan penangkapan itu, saham Al Tayyar Travel anjlok 10%.

Seperti dilansir SABQ, Tayyar ditangkap dalam sebuah penyelidikan oleh komite antikorupsi Arab Saudi yang dipimpin Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman,32. Al Tayyar Travel sendiri belum memberikan keterangan secara rinci terkait penangkapan bosnya itu.

Sebelumnya, puluhan orang mulai pebisnis hingga anggota Kerajaan Arab Saudi ditangkap. Mereka di antaranya 11 pangeran, 4 menteri, dan 10 mantan menteri senior. Tuduhan yang dilayangkan meliputi pencucian uang, suap-menyuap, pemerasan, dan penyelewengan jabatan untuk kepentingan pribadi.

Otoritas terkait Arab Saudi menyatakan Pangeran Alwaleed bin Talal, keponakan Raja Salman, ditangkap atas tuduhan pencucian uang, suap-menyuap, dan pemerasan terhadap pejabat. Penangkapan itu berdampak terhadap aset pribadi Alwaleed. Kekayaannya dilaporkan berkurang USD750 juta.

Saham perusahaan milik Al-waleed, Kingdom Holding, anjlok sekitar 9,9% di Bursa Saham Riyadh. Alwaleed memegang saham sekitar 95% di perusahaan yang memiliki Citigroup, Twitter, Apple, dan Hotel New York Plaza itu. Nilai Kingdom Holding sebelum jatuh ditaksir mencapai USD10 miliar.

Kingdom Holding menyatakan, meski Alwaleed ditangkap, operasi perusahaan akan tetap berjalan. Alwaleed merupakan cucu dari pendiri Arab Saudi, Raja Abdul Aziz Al Saud. Saat ini dia tidak memegang posisi pemerintahan, tetapi portofolio investasinya membuat Alwaleed menjadi orang yang berpengaruh di negara asalnya.

Berdasarkan laporan Forbes, kekayaan pribadi Alwaleed mencapai USD17 miliar. Dia memulai bisnisnya pada 1979 dengan menanamkan investasi di sektor real estate, konstruksi, dan perbankan. Selain Alwaleed, pemerintah Saudi juga merilis tudingan terhadap pejabat dan keluarga kerajaan yang lain.

Pangeran Miteb bin Abdullah dituduh melakukan penggelapan pajak, merekrut karyawan fiktif, dan memberikan kontrak terhadap perusahaannya sendiri, termasuk kesepakatan senilai USD10 miliar untuk walkie talkie dan rompi antipeluru. Jabatan Pangeran Miteb sebagai menteri Garda Nasional Arab Saudi akhirnya dicabut dan digantikan Pangeran Khaled bin Ayyaf.

Lalu, pebisnis Bakr bin Laden, chairman perusahaan konstruksi Saudi Binladen, juga ditangkap. Mantan Gubernur Riyadh Pangeran Turki bin Abdullah dan mantan Menteri Keuangan Ibrahim al-assaf juga tidak luput dari penangkapan.

Pangeran Turki di tuding melakukan korupsi dalam proyek Riyadh Metro, sedangkan Ibrahim dalam proyek ekspansi Masjidilharam. Keduanya diduga mengambil keuntungan dari posisi mereka. Kendati laporan ini dikeluarkan pemerintah Saudi, sejauh ini semua tuduhan itu tidak dapat diverifikasi, baik terhadap tersangka maupun keluarga. Pihak berwenang Arab Saudi menyatakan telah membekukan rekening bank milik para tersangka yang ditahan oleh kerajaan karena tuduhan korupsi.

Pemerintah menyatakan tidak akan pandang bulu dalam menangani kasus ini. Saudi Center for International Communication, yang didirikan Kementerian Kebudayaan dan Informasi, menyatakan uang yang muncul berkaitan dengan kasus korupsi akan dikembalikan ke kas negara.

Untuk diketahui, Raja Salman bin Abdul Aziz Al Saud sebelumnya mendiskreditkan pembentukan komite antikorupsi yang dikepalai Pangeran Mohammed. Komite Anti korupsi Arab Saudi diberikan wewenang yang lebih luas untuk melakukan penyelidikan kasus, mengeluarkan surat perintah penangkapan, pembatasan perjalanan, dan penyitaan aset milik tersangka.

"Penyelidikan ini merupakan respons terhadap tindakan eksploitasi oleh beberapa orang yang memiliki iman rendah, yang menempatkan kepentingan pribadi di atas kepentingan publik agar uang haram mereka bertambah," bunyi dekrit Kerajaan Arab Saudi, dikutip Reuters.

"Tanah Air tidak akan ada kecuali korupsi diberantas." Komite Antikorupsi Arab Saudi juga diperbolehkan menyita aset tersangka di luar negeri, meski hasil penyelidikan belum diketahui. Para investor khawatir hal ini akan berujung pada penjualan ekuitas. Aparat keamanan di beberapa bandara juga memperketat keamanan. Mereka mencegah jet pribadi terbang tanpa izin. Para ahli menilai penangkapan itu ditujukan untuk mem perkuat kekuasaan Pangeran Mohammed. Faktanya, kekuasaannya di sektor keamanan internal dan institusi militer kerajaan kian kuat. Namun, tidak semua ahli setuju dengan pen dapat tersebut.

Sebagian yang lain justru memuji langkah berani yang diambilnya. Pernyataan itu bukan tanpa alasan. Pangeran Mohammed melakukan penangkapan tanpa pandang bulu. Penangkapan Menteri Ekonomi Adel Faqieh dan pebisnis misalnya. Pihak Kerajaan Arab Saudi tidak menampik mereka berhasil membantu meningkatkan sektor swasta dan menyapih ekonomi nasional dari penjualan minyak.

Mahasiswa Joseph Kechichian juga mengatakan hal ini untuk menjaga kepentingan nasional. "Baik Raja Salman maupun pewaris takhtanya, Mohammed bin Salman, sangat berkomitmen terhadap dinasti Al Saud. Apa yang mereka ingin tanamkan adalah memodernisasi pemerintahan; bukan hanya untuk 2030, melainkan lebih jauh," katanya.

Dalam setahun terakhir, Pangeran Mohammed menjadi penentu keputusan atas sejumlah kebijakan, terutama di sektor militer, ekonomi, sosial, dan luar negeri. Dia mengusung Vision 2030 yang meliputi pemangkasan subsidi, peningkatan pajak, penjualan aset, efisiensi pemerintahan, dan peningkatan investasi asing.

Reformasi itu mendapat sambutan bagus dari generasi muda Arab Saudi, tetapi tidak dari orang-orang konservatif, termasuk sebagian dari dinasti Al Saud yang frustrasi dengan kenaikan pamor Pangeran Mohammed yang meroket.

Tanggapan masyarakat umum Arab Saudi sangat positif ter hadap langkah yang diambil Raja Salman dan Pangeran Mohammed. Mereka bahkan memuji upaya pembersihan anggota kerajaan dan pejabat yang diduga kuat sudah lama melakukan praktik korupsi demi Arab Saudi yang lebih baik.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3921 seconds (0.1#10.140)