Kepemilikan Senjata AS Mendesak untuk Diperketat

Selasa, 07 November 2017 - 07:45 WIB
Kepemilikan Senjata...
Kepemilikan Senjata AS Mendesak untuk Diperketat
A A A
SUTHERLAND SPRINGS - Orlando, Dallas, Las Vegas, dan sekarang Sutherland Springs mengalami tragedi pembantaian massal yang mengguncang masyarakat Amerika Serikat (AS). Akankah tragedi memilukan ini mengubah kebijakan kepemilikan senapan di AS?

Sejumlah politisi, tokoh penting AS serta selebritas mendesak agar undang-undang kepemilikan senjata api diperketat. Senator Connecticut Richard Blumenthal setelah mengucapkan belangsungkawa, dia menegaskan Kongres harus menyadari bahwa AS dalam keadaan darurat. “Doa saya untuk orang-orang yang terdampak insiden di Texas. Saya berharap ada pengetatan kepemilikan senjata api,” ujar penyanyi Lady Gaga.

Namun, Kongres belum melakukan apapun. “Kami sangat berduka. Kami tidak ingin membicarakan hal itu (undang-undang kepemilikan senjata) hari ini (kemarin),” kata Presiden AS Donald Trump dikutip The New York Times. “Ini lebih kepada masalah mental (pelaku),” imbuh Trump. Senat Mitch McConnell juga mengatakan saat ini terlalu prematur untuk mendiskusikannya.

Pembantaian di Sutherland Springs yang menewaskan 26 orang merupakan kasus terbaru pembunuhan massal di AS. Berdasarkan data Gun Violence Archive, pembunuhan massal terjadi hampir tiap pekan di seluruh negara bagian. Saat ini, total pembunuhan massal di AS mencapai 307 kasus, sedangkan pada tahun lalu 483 kasus.

Definisi universal mengenai pembunuhan massal memang tidak ada di AS sehingga setiap orang atau lembaga memiliki kriteria yang berbeda-beda. Namun, Gun Violence Archive mengambarkannya sebagai pembunuhan terhadap empat orang atau lebih di lokasi dan waktu yang sama. Batasan serupa juga dikeluarkan FBI.

Senapan api merupakan senjata yang umum digunakan pelaku pembunuhan massal di AS. Senapan dapat dimiliki secara legal dan mudah. Sebagian orang bahkan menilai akses kepemilikan senapan di AS jauh lebih mudah dibanding akses pendidikan. Sejak 1966, sebanyak 974 orang tewas akibat dibunuh dengan senapan api.

Seperti dilansir Washington Post, pelaku pembunuhan massal rata-rata memiliki empat senapan saat melancarkan aksinya. Pelaku penembakan di Las Vegas bahkan membawa 10 senjata api. Senapan yang paling popular digunakan pelaku ialah pistol semiotomatis 9mm karena ringan, mudah diselipkan, dan harganya murah.

Semua pelaku, kecuali tiga orang, merupakan laki-laki berusia antara 20-49 tahun. Sekitar 76 tewas di lokasi atau di dekat lokasi penembakkan, biasanya dengan melakukan bunuh diri. Sebanyak 27% kasus penembakkan massal terjadi di tempat kerja. Sisanya di sekolah, gereja, barak, ritel, restoran, dan tempat publik lainnya.

Pelaku pembunuhan massal di Gereja Bapatis di Sutherland Springs Minggu (5/11/2017) juga tewas di dekat lokasi kejadian. Pelaku diduga merupakan mantan Tentara Angkatan Udara (AU) AS yang bertugas di New Mexico. Motifnya masih menjadi tanda tanya besar. Namun, pelaku dilaporkan merupakan atheis yang menentang Tuhan.

“Peristiwa seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya di wilayah kecil seperti San Antonio,” ujar Sherif Wilson County, Joe Tackitt. Otoritas terkait dan para saksi mata mengatakan pelaku tampaknya sudah mempersiapkan diri melakukan pembantaian. Buktinya, dia membawa perlengkapan, rompi anti peluru, dan amunisi tambahan. (Muh Shamil)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0925 seconds (0.1#10.140)