Korut Bisa Runtuh dalam Waktu Setahun karena Sanksi AS
A
A
A
NEW YORK - Rezim Korea Utara (Korut) bisa runtuh dalam waktu setahun karena sanksi yang dirancang dan dijatuhkan oleh Amerika Serikat (AS). Prediksi ini disampaikan mantan pejabat Pyongyang yang telah membelot.
Ri Jong-ho, mantan pejabat yang mengelola bisnis jaringan internasional Korut mengatakan bahwa rezim Kim Jong-un sejatinya sangat menginginkan berhubungan dengan Washington. Bisnis jaringan internasional yang pernah dia kelola selalu menyetorkan uang ke rezim Pyongyang.
”Sanksi yang diberlakukan oleh Gedung Putih di Korut berada pada tingkat historis,” kata Ri dalam sebuah acara Asia Society di New York.
”Belum pernah ada negara yang menghadapi sanksi berat tersebut. Saya tidak tahu apakah Korea Utara akan bertahan setahun dengan sanksi ini (atau tidak). Orang akan mati,” ujarnya.
Ri percaya bahwa provokasi Korea Utara meningkat dan retorika Kim Jong-un adalah upaya untuk memaksa AS melakukan dialog diplomatik yang tidak melibatkan Korea Selatan.
“Saat ini pimpinan Korea Utara telah menggunakan rudal yang ditujukan ke AS dan melakukan provokasi ini, namun mereka sangat menginginkan berhubungan dengan AS,” katanya, seperti dikutip The Independent, semalam (17/10/2017).
Mantan pejabat tersebut juga mengatakan bahwa hubungan Korea Utara dan China saat ini berada di titik yang paling buruk. Hal itu menyusul pemecatan oleh Kim Jong-un terhadap para pejabat yang dekat dengan Beijing dan keputusan Presiden China Xi mengunjungi Seoul sebelum Pyongyang dalam lawatan pertamanya ke semenanjung Korea pada tahun 2014 .
Menurut Ri, Kim Jong-un kala itu marah dan menyebut Presiden Xi sebagai ”anak pelacur” dalam pertemuan pejabat tinggi.
Mengutip laporan South China Morning Post, Ri sebelumnya menjabat sebagai Kepala Korea Daehung Trading Corporation yang dikelola oleh sebuah organisasi rahasia yang berada di bawah kendali langsung keluarga Kim.
Dia mengatakan kepada The Washington Post bahwa dia bertanggung jawab atas taktik Korea Utara untuk menghindari sanksi PBB, sebelum akhirnya membelot bersama keluarganya pada tahun 2014.
Ri Jong-ho, mantan pejabat yang mengelola bisnis jaringan internasional Korut mengatakan bahwa rezim Kim Jong-un sejatinya sangat menginginkan berhubungan dengan Washington. Bisnis jaringan internasional yang pernah dia kelola selalu menyetorkan uang ke rezim Pyongyang.
”Sanksi yang diberlakukan oleh Gedung Putih di Korut berada pada tingkat historis,” kata Ri dalam sebuah acara Asia Society di New York.
”Belum pernah ada negara yang menghadapi sanksi berat tersebut. Saya tidak tahu apakah Korea Utara akan bertahan setahun dengan sanksi ini (atau tidak). Orang akan mati,” ujarnya.
Ri percaya bahwa provokasi Korea Utara meningkat dan retorika Kim Jong-un adalah upaya untuk memaksa AS melakukan dialog diplomatik yang tidak melibatkan Korea Selatan.
“Saat ini pimpinan Korea Utara telah menggunakan rudal yang ditujukan ke AS dan melakukan provokasi ini, namun mereka sangat menginginkan berhubungan dengan AS,” katanya, seperti dikutip The Independent, semalam (17/10/2017).
Mantan pejabat tersebut juga mengatakan bahwa hubungan Korea Utara dan China saat ini berada di titik yang paling buruk. Hal itu menyusul pemecatan oleh Kim Jong-un terhadap para pejabat yang dekat dengan Beijing dan keputusan Presiden China Xi mengunjungi Seoul sebelum Pyongyang dalam lawatan pertamanya ke semenanjung Korea pada tahun 2014 .
Menurut Ri, Kim Jong-un kala itu marah dan menyebut Presiden Xi sebagai ”anak pelacur” dalam pertemuan pejabat tinggi.
Mengutip laporan South China Morning Post, Ri sebelumnya menjabat sebagai Kepala Korea Daehung Trading Corporation yang dikelola oleh sebuah organisasi rahasia yang berada di bawah kendali langsung keluarga Kim.
Dia mengatakan kepada The Washington Post bahwa dia bertanggung jawab atas taktik Korea Utara untuk menghindari sanksi PBB, sebelum akhirnya membelot bersama keluarganya pada tahun 2014.
(mas)