Trump Serahkan Nasib Kesepakatan Nuklir Iran ke Kongres
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, tidak menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir internasional. Sebaliknya, ia memberikan Kongres AS 60 hari untuk memutuskan apakah akan mengajukan kembali sanksi ekonomi kepada Teheran yang dicabut di bawah pakta tersebut.
Hal itu meningkatkan ketegangan dengan Iran dan juga menempatkan Washington bertentangan dengan pihak lain yang turuh menandatangani kesepakatan tersebut seperti Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, China dan Uni Eropa.
Jika Kongres mengulangi sanksi tersebut, AS akan melanggar persyaratan kesepakatan nuklir dan kemungkinan akan berantakan. Jika anggota parlemen tidak melakukan apa-apa, kesepakatan akan tetap berlaku.
"Jika kita tidak dapat mencapai solusi yang bekerja dengan Kongres dan sekutu kita, maka kesepakatan akan dihentikan," kata Trump memperingatkan seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (14/10/2017).
Langkah tersebut merupakan bagian dari pendekatan "“America First" Trump untuk kesepakatan internasional yang telah membuatnya menarik AS dari kesepakatan iklim Paris dan perundingan perdagangan Trans-Pacific Partnership.
Trump juga memberi otoritas luas Departemen Keuangan AS untuk menjatuhkan sanksi ekonomi kepada orang-orang di Korps Pengawal Revolusi Islam atau entitas yang dimiliki olehnya. Kebijakan itu sebagai tanggapan atas apa yang Washington sebut sebagai upaya untuk mengacaukan dan melemahkan lawan-lawan Iran di Timur Tengah.
"Kami berharap bahwa tindakan baru yang diarahkan pada kediktatoran Iran akan memaksa pemerintah untuk mengevaluasi kembali tujuan aksi teror dengan mengorbankan rakyatnya," katanya.
Sekretaris Negara AS Rex Tillerson mengakui strategi terbaru untuk membujuk Kongres agar bertindak mungkin tidak berjalan baik.
"Apa yang kita susun di sini ini adalah jalur yang menurut kami memberi kita platform terbaik untuk mencoba memperbaiki kesepakatan ini," katanya.
"Kami mungkin tidak berhasil. Kita mungkin tidak bisa memperbaikinya. Dan jika kita tidak bisa, kita mungkin akan keluar dari kesepakatan," tegas Tillerson.
Trump telah mendapat tekanan kuat dari para pemimpin Eropa dan anggota parlemen AS untuk mengubur kekhawatirannya dan mengakui kesepakatan nuklir itu karena inspektur internasional mengatakan Iran telah mematuhi hal tersebut.
Sekutu Eropa AS, beberapa di antaranya mendapat keuntungan secara ekonomi dari relaksasi sanksi terhadap Iran, telah memperingatkan perpecahan dengan Washington mengenai kesepakatan nuklir tersebut dan mengatakan bahwa menempatkan kesepakatan tersebut secara abai sebagaimana Trump telah merusak kredibilitas AS di luar negeri.
Inspektur internasional mengatakan Teheran mematuhi kesepakatan nuklir, di mana sanksi ekonomi yang melumpuhkan terhadap Iran dicabut dengan imbalan untuk itu menyetujui batas drastis program nuklirnya. Iran selalu membantah tuduhan bahwa pihaknya bertujuan untuk membangun sebuah bom nuklir.
Hal itu meningkatkan ketegangan dengan Iran dan juga menempatkan Washington bertentangan dengan pihak lain yang turuh menandatangani kesepakatan tersebut seperti Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, China dan Uni Eropa.
Jika Kongres mengulangi sanksi tersebut, AS akan melanggar persyaratan kesepakatan nuklir dan kemungkinan akan berantakan. Jika anggota parlemen tidak melakukan apa-apa, kesepakatan akan tetap berlaku.
"Jika kita tidak dapat mencapai solusi yang bekerja dengan Kongres dan sekutu kita, maka kesepakatan akan dihentikan," kata Trump memperingatkan seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (14/10/2017).
Langkah tersebut merupakan bagian dari pendekatan "“America First" Trump untuk kesepakatan internasional yang telah membuatnya menarik AS dari kesepakatan iklim Paris dan perundingan perdagangan Trans-Pacific Partnership.
Trump juga memberi otoritas luas Departemen Keuangan AS untuk menjatuhkan sanksi ekonomi kepada orang-orang di Korps Pengawal Revolusi Islam atau entitas yang dimiliki olehnya. Kebijakan itu sebagai tanggapan atas apa yang Washington sebut sebagai upaya untuk mengacaukan dan melemahkan lawan-lawan Iran di Timur Tengah.
"Kami berharap bahwa tindakan baru yang diarahkan pada kediktatoran Iran akan memaksa pemerintah untuk mengevaluasi kembali tujuan aksi teror dengan mengorbankan rakyatnya," katanya.
Sekretaris Negara AS Rex Tillerson mengakui strategi terbaru untuk membujuk Kongres agar bertindak mungkin tidak berjalan baik.
"Apa yang kita susun di sini ini adalah jalur yang menurut kami memberi kita platform terbaik untuk mencoba memperbaiki kesepakatan ini," katanya.
"Kami mungkin tidak berhasil. Kita mungkin tidak bisa memperbaikinya. Dan jika kita tidak bisa, kita mungkin akan keluar dari kesepakatan," tegas Tillerson.
Trump telah mendapat tekanan kuat dari para pemimpin Eropa dan anggota parlemen AS untuk mengubur kekhawatirannya dan mengakui kesepakatan nuklir itu karena inspektur internasional mengatakan Iran telah mematuhi hal tersebut.
Sekutu Eropa AS, beberapa di antaranya mendapat keuntungan secara ekonomi dari relaksasi sanksi terhadap Iran, telah memperingatkan perpecahan dengan Washington mengenai kesepakatan nuklir tersebut dan mengatakan bahwa menempatkan kesepakatan tersebut secara abai sebagaimana Trump telah merusak kredibilitas AS di luar negeri.
Inspektur internasional mengatakan Teheran mematuhi kesepakatan nuklir, di mana sanksi ekonomi yang melumpuhkan terhadap Iran dicabut dengan imbalan untuk itu menyetujui batas drastis program nuklirnya. Iran selalu membantah tuduhan bahwa pihaknya bertujuan untuk membangun sebuah bom nuklir.
(ian)