Jika Korut Tembakkan Nuklir, 2,1 Juta Orang di Seoul dan Tokyo Terbunuh
A
A
A
WASHINGTON - Sebanyak 2,1 juta orang di Seoul, Korea Selatan (Korsel) dan Tokyo, Jepang, bisa terbunuh jika Korea Utara (Korut) menembakkan bom nuklir terhadap dua tetangganya dalam puncak ketegangan di Semananjung Korea. Angka itu prediksi dari penelitian Johns Hopkins University’s School of Advanced International Studies.
Selain bisa membunuh 2,1 juta orang, serangan senjata mengerikan itu juga berpotensi menyebabkan 7,7 juta orang terluka di dua kota tersebut. Laporan penelitian itu telah dipublikasikan di situs 38 North, hari Kamis.
“Sejarah penuh dengan 'aktor rasional' terlalu salah perhitungan, terutama dalam situasi krisis,” kata Michael J Zagurek Jr, penulis laporan tersebut. Menurutnya, tes senjata nuklir dan rudal Pyongyang yang lain dapat memicu reaksi bermusuhan dari Amerika Serikat (AS), yang pada akhirnya mendorong sebuah serangan nuklir dari rezim Korea Utara yang dipimpin Kim Jong-un.
Angka perkiraan kematian dari penelitian yang ditulis Zagurek ini dengan mempertimbangkan bahwa rezim Kim Jong-un memiliki 25 hulu ledak nuklir. Seoul dan Tokyo berpotensi jadi target utama karena menjadi sekutu utama Washington dan jaraknya dekat dengan Pyongyang.
Zagurek memberikan perkiraan tingkat korban dari 20 persen, 50 persen dan 80 persen ketika rudal Korut dengan hulu ledak nuklir diluncurkan ke beberapa target. Angka kematian 2,1 juta orang dan angka korban luka 7,7 juta jiwa itu merupakan perkiraan yang teparah.
Angka perkiraan dampak terparah itu setelah mempertimbangkan kerja pencegahan dari sistem pertahanan udara THAAD yang ditempatkan di Korsel dan sistem pertahanan Aegis Ashore ABM yang akan dipasang di Jepang. ”Tidak semua 25 hulu ledak rudal nuklir Korut akan meledakkan targetnya,” tulis Zagurek, yang dikutip Jumat (6/10/2017).
Jepang adalah satu-satunya negara yang pernah dijatuhi dua bom atom ketika Perang Dunia II pecah. Pada tanggal 6 Agustus 1945, sebuah pesawat pembom B-29 Amerika menjatuhkan bom atom pertamanya di Hiroshima yang membunuh 80.000 orang dan melenyapkan 90 persen kota. Tiga hari kemudian, giliran bom atom AS dijatuhkan di Nagasaki, yang menewaskan 40.000 orang.
Bom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki memiliki kekuatan sekitar 15-25 kiloton. Sedangkan perangkat nuklir yang diuji coba oleh Korut pada bulan September lalu memiliki kekuatan 108-205 kiloton.
Rusia dan China telah berulang kali menyatakan bahwa krisis tersebut dapat diselesaikan hanya melalui cara-cara damai.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Rabu meragukan bahwa serangan militer global yang digagas AS terhadap Korut bisa berhasil untuk melucuti senjata nuklir negara komunis itu. Sebab, rezim Kim Jong-un bisa menyembunyikan senjata nuklirnya yang tak diketahui oleh siapa pun.
Washington sebelumnya mengatakan bahwa mereka hanya akan berbicara dengan Pyongyang tentang pemulangan orang-orang Amerika yang ditahan di Korea Utara. ”Di luar itu, tidak akan ada pembicaraan dengan Korea Utara saat ini,” kata juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders.
Selain bisa membunuh 2,1 juta orang, serangan senjata mengerikan itu juga berpotensi menyebabkan 7,7 juta orang terluka di dua kota tersebut. Laporan penelitian itu telah dipublikasikan di situs 38 North, hari Kamis.
“Sejarah penuh dengan 'aktor rasional' terlalu salah perhitungan, terutama dalam situasi krisis,” kata Michael J Zagurek Jr, penulis laporan tersebut. Menurutnya, tes senjata nuklir dan rudal Pyongyang yang lain dapat memicu reaksi bermusuhan dari Amerika Serikat (AS), yang pada akhirnya mendorong sebuah serangan nuklir dari rezim Korea Utara yang dipimpin Kim Jong-un.
Angka perkiraan kematian dari penelitian yang ditulis Zagurek ini dengan mempertimbangkan bahwa rezim Kim Jong-un memiliki 25 hulu ledak nuklir. Seoul dan Tokyo berpotensi jadi target utama karena menjadi sekutu utama Washington dan jaraknya dekat dengan Pyongyang.
Zagurek memberikan perkiraan tingkat korban dari 20 persen, 50 persen dan 80 persen ketika rudal Korut dengan hulu ledak nuklir diluncurkan ke beberapa target. Angka kematian 2,1 juta orang dan angka korban luka 7,7 juta jiwa itu merupakan perkiraan yang teparah.
Angka perkiraan dampak terparah itu setelah mempertimbangkan kerja pencegahan dari sistem pertahanan udara THAAD yang ditempatkan di Korsel dan sistem pertahanan Aegis Ashore ABM yang akan dipasang di Jepang. ”Tidak semua 25 hulu ledak rudal nuklir Korut akan meledakkan targetnya,” tulis Zagurek, yang dikutip Jumat (6/10/2017).
Jepang adalah satu-satunya negara yang pernah dijatuhi dua bom atom ketika Perang Dunia II pecah. Pada tanggal 6 Agustus 1945, sebuah pesawat pembom B-29 Amerika menjatuhkan bom atom pertamanya di Hiroshima yang membunuh 80.000 orang dan melenyapkan 90 persen kota. Tiga hari kemudian, giliran bom atom AS dijatuhkan di Nagasaki, yang menewaskan 40.000 orang.
Bom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki memiliki kekuatan sekitar 15-25 kiloton. Sedangkan perangkat nuklir yang diuji coba oleh Korut pada bulan September lalu memiliki kekuatan 108-205 kiloton.
Rusia dan China telah berulang kali menyatakan bahwa krisis tersebut dapat diselesaikan hanya melalui cara-cara damai.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Rabu meragukan bahwa serangan militer global yang digagas AS terhadap Korut bisa berhasil untuk melucuti senjata nuklir negara komunis itu. Sebab, rezim Kim Jong-un bisa menyembunyikan senjata nuklirnya yang tak diketahui oleh siapa pun.
Washington sebelumnya mengatakan bahwa mereka hanya akan berbicara dengan Pyongyang tentang pemulangan orang-orang Amerika yang ditahan di Korea Utara. ”Di luar itu, tidak akan ada pembicaraan dengan Korea Utara saat ini,” kata juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders.
(mas)