Referendum, Catalonia Klaim 90% Pemilih Pilih Merdeka dari Spanyol
A
A
A
BARCELONA - Pemerintah wilayah Catalonia mengumumkan 90,9 persen pemilih dalam referendum kemerdekaan memilih “ya” untuk merdeka dari Spanyol. Jajak pendapat yang diwarnai kerusuhan antara pemilih dan polisi Spanyol ini mengakibatkan 844 orang terluka.
Referendum yang digelar pada hari Minggu kemarin ditentang keras oleh pemerintah pusat di Madrid. Para polisi anti-huru-hara yang dikerahkan tak hanya bentrok dengan para pemilih, tapi juga merebut surat dan kotak suara.
Menurut pemerintah Catalonia atau Catalan, sekitar 2,26 juta orang telah memberikan suara dalam jajak pendapat. Dari jumlah itu, 90,9 persen memilih untuk merdeka. Sedangkan yang memilih “tidak” hanya 7,87 persen atau 176.565 pemilih.
Awalnya, total jumlah pemilih terdata sebanyak 5,34 juta. Namun, larangan keras dari otoritas pusat Madri membuat jumlah pemilih susut menjadi 2,26 juta.
“Dari 2.262.424 surat suara yang tidak disita, 2.020.144 adalah suara ‘Ya’, 176.566 memberikan suara ‘Tidak’, 45.586 kosong dan 20.129 suara nol,” bunyi pengumumann pemerintah Catalonia di Twitter melalui akun @catalangov, yang dikutip Senin (2/10/2017).
Wakil Presiden Catalonia dari kubu sayap kiri, Oriol Junqueras, mengecam tindakan keras aparat pemerintah pusat Madrid. ”Demokrasi macam apa yang mencuri kotak suara?,” tanya dia yang berdiri di samping perwakilan pemerintah Catalan, Raul Romeva dan Jordi Turull.
”Kami akan konsisten dengan amanat demokrasi yang diberikan warga negara saat ini,” ujar dia.”Catalonia telah memenangkan haknya sebagai Republik baru, jika ini yang diputuskan oleh Parlemen,” imbuh dia.
Romeva mencatat bahwa selama kejadian hari Minggu, di mana kekerasan membuat pemerintah pusat Spanyol harus malu. Sebaliknya, kata dia, rakyat Catalan memiliki demokrasi dan martabat.
”Semua represi benar-benar berada di pihak pemerintah (Perdana Menteri Mariano) Rajoy dan pasukan polisi yang dibawa untuk tujuan ini,” kata Romeva, yang dilansir La Vanguardia.
Pemimpin atau Presiden Catalan, Carles Puigdemont, memuji keberanian jutaan orang Catalan yang nekat memberikan suaranya dalam jajak pendapat meski mengalami tindakan keras polisi Spanyol.
Setelah tempat pemungutan suara di Catalonia ditutup, PM Rajoy mengumumkan bahwa pihaknya tidak mengakui adanya referendum kemerdekaan Catalan. ”Tidak ada referendum yang terjadi,” katanya.
Dia mengklaim mayoritas warga Catalan mematuhi hukum dan tidak ingin berpartisipasi dalam jajak pendapat yang oleh Madrid dianggap sebagai tindakan ilegal.
Rajoy memuji para perwira polisi yang menjalankan tugasnya. Pemerintah Rajoy menyebut respons polisi proporsional.
Referendum yang digelar pada hari Minggu kemarin ditentang keras oleh pemerintah pusat di Madrid. Para polisi anti-huru-hara yang dikerahkan tak hanya bentrok dengan para pemilih, tapi juga merebut surat dan kotak suara.
Menurut pemerintah Catalonia atau Catalan, sekitar 2,26 juta orang telah memberikan suara dalam jajak pendapat. Dari jumlah itu, 90,9 persen memilih untuk merdeka. Sedangkan yang memilih “tidak” hanya 7,87 persen atau 176.565 pemilih.
Awalnya, total jumlah pemilih terdata sebanyak 5,34 juta. Namun, larangan keras dari otoritas pusat Madri membuat jumlah pemilih susut menjadi 2,26 juta.
“Dari 2.262.424 surat suara yang tidak disita, 2.020.144 adalah suara ‘Ya’, 176.566 memberikan suara ‘Tidak’, 45.586 kosong dan 20.129 suara nol,” bunyi pengumumann pemerintah Catalonia di Twitter melalui akun @catalangov, yang dikutip Senin (2/10/2017).
Wakil Presiden Catalonia dari kubu sayap kiri, Oriol Junqueras, mengecam tindakan keras aparat pemerintah pusat Madrid. ”Demokrasi macam apa yang mencuri kotak suara?,” tanya dia yang berdiri di samping perwakilan pemerintah Catalan, Raul Romeva dan Jordi Turull.
”Kami akan konsisten dengan amanat demokrasi yang diberikan warga negara saat ini,” ujar dia.”Catalonia telah memenangkan haknya sebagai Republik baru, jika ini yang diputuskan oleh Parlemen,” imbuh dia.
Romeva mencatat bahwa selama kejadian hari Minggu, di mana kekerasan membuat pemerintah pusat Spanyol harus malu. Sebaliknya, kata dia, rakyat Catalan memiliki demokrasi dan martabat.
”Semua represi benar-benar berada di pihak pemerintah (Perdana Menteri Mariano) Rajoy dan pasukan polisi yang dibawa untuk tujuan ini,” kata Romeva, yang dilansir La Vanguardia.
Pemimpin atau Presiden Catalan, Carles Puigdemont, memuji keberanian jutaan orang Catalan yang nekat memberikan suaranya dalam jajak pendapat meski mengalami tindakan keras polisi Spanyol.
Setelah tempat pemungutan suara di Catalonia ditutup, PM Rajoy mengumumkan bahwa pihaknya tidak mengakui adanya referendum kemerdekaan Catalan. ”Tidak ada referendum yang terjadi,” katanya.
Dia mengklaim mayoritas warga Catalan mematuhi hukum dan tidak ingin berpartisipasi dalam jajak pendapat yang oleh Madrid dianggap sebagai tindakan ilegal.
Rajoy memuji para perwira polisi yang menjalankan tugasnya. Pemerintah Rajoy menyebut respons polisi proporsional.
(mas)