Unit Algojo Korsel Diragukan Mampu Mengeksekusi Kim Jong-un

Jum'at, 29 September 2017 - 16:59 WIB
Unit Algojo Korsel Diragukan...
Unit Algojo Korsel Diragukan Mampu Mengeksekusi Kim Jong-un
A A A
SEOUL - Korea Selatan (Korsel) pernah membentuk Decapitation Unit atau Unit Algojo untuk menyerbu Pyongyang guna mengeksekusi pendiri Korea Utara (Korut) Kil Im-sung pada tahun 1971. Tapi, operasi itu mendadak dibatalkan.

Unit algojo yang urung mengeksekusi kakek Kim Jong-un—pemimpin Korut saat ini—akan direformasi untuk misi serupa. Targetnya tak lain adalah sang diktator muda Pyongyang, Kim Jong-un.

Menteri Pertahanan Korsel, Song Young-moo, mengumumkan, regu pasukan khusus tersebut akan direformasi pada akhir tahun ini.

Pada tahun 1971, Decapitation Unit pertama dibentuk untuk memenggal Kim Il-sung, sang penguasa Korut kala itu. Tugas itu tidak cuma-cuma, karena pemerintah Korea Selatan kala itu menawatkan janji kehidupan baru yang lebih jika para preman jalanan yang dilatih tersebut berhasil menyelesaikan misi.

Menurut Leonid Petrov, seorang pakar Korea dari Universitas Nasional Australia, unit khusus itu diisolasi selama bertahun-tahun di sebuah pulau bernama Silmido. Tapi ketika waktunya semakin dekat untuk menyelesaikan tugas, pemerintah Korea Selatan justru mengurungkannya.

”Seluruh misi dibatalkan karena, ya, mereka tidak profesional,” kata Petrov, seperti dikutip ABC, Jumat (29/9/2017). ”Mereka masih penjahat, dan mereka tidak tahu apa yang terjadi di Korut sehingga mereka gagal.”

Pemerintah menyadari tidak mungkin orang-orang dari Korea Selatan bisa menyusup ke Korut tanpa terdeteksi. ”Mereka sudah berbicara dengan dialek yang sama sekali berbeda, mereka tidak saling mengerti, mereka tidak melakukan perjalanan, mereka tidak saling mengunjungi,” kata Petrov.

”Saat itu satelit tidak bisa memberi mereka peta dan Google Earth tidak ada pada saat itu,” ujar Petrov. Tapi, pada tahun-tahun pelatihan mereka, orang-orang itu menjadi pembunuh terlatih, dan penguasa Korea Selatan takut mereka akan berubah menjadi nakal.

Petrov mengatakan, pasukan penjaga Korea Selatan di pulau tersebut mulai membantai para agen tersebut satu demi satu. ”Mereka ditembak dan dieliminasi karena mereka tahu terlalu banyak,” ujar Petrov.

Tapi saat gerilyawan Korea Selatan menyadari akan nasibnya, mereka memberontak. Para preman yang yang dilatih jadi agen tersebut menyerang petugas penjaga pulau dan berlayar kembali ke daratan Korea Selatan.

”Mereka mendarat di semenanjung, membajak sebuah bus dan melaju menuju ibu kota, tapi di salah satu blok jalan mereka dimusnahkan,” kata Petrov.

Selama bertahun-tahun, orang Korea Selatan tidak tahu apa-apa tentang rencana pembunuhan pendiri Korut itu, dan kekacauan yang terjadi berikutnya menjadi hal yang sangat memalukan bagi kediktatoran Korea Selatan.

Baru setelah era demokrasi Korea Selatan pada 1990-an, dan peluncuran film Silmido tahun 2003, orang-orang menjadi sangat sadar akan cerita tersebut.

”Tidak ada yang tahu bahwa orang Korea Selatan melakukan hal yang persis sama dengan yang dilakukan orang Korea Utara,” kata Petrov.

Menteri Pertahanan Korea Selatan Song Young-moo mengatakan 2.000 sampai 4.000 tentara akan dilatih pada akhir tahun dan militer telah melakukan “retooling” helikopter dan pesawat pengangkut untuk menembus wilayah udara Korut pada malam hari.

Kedengarannya, ini seperti rencana yang berani, tapi Petrov mengatakan bahwa itu hanyalah propaganda.

”Semua orang di Korea Selatan memahami bahwa orang Korea Selatan tidak dapat berbuat banyak atau sesuatu yang berhasil dalam hal menurunkan atau menumbangkan rezim Kim Jong-un, hanya karena mereka tidak tahu bagaimana cara kerjanya. Ini adalah kotak hitam,” kritik Petrov.

”Ketika anggota parlemen Korea Selatan ditanya mengapa di Bumi mereka memutuskan untuk membuat rencana ini, yang tidak berjalan sebelumnya, mereka hanya mengatakan bahwa itu adalah niat untuk menakut-nakuti rezim Korea Utara, karena orang Korea Utara memiliki senjata nuklir.”

Salah satu cara yang dapat dilakukan Korea Selatan adalah dengan kampanye propaganda, membentuk Unit Pemenggal agar pimpinan Korea Utara harus terus-menerus ketakutan.

Menurut Petrov, ada banyak alasan yang mengejutkan tentang Kim yang mustahil dilakukan pihak Korea Selatan. ”Ini fantasi, ini seperti fiksi. Misi yang tidak mungkin,” ujarnya.

Dia mengatakan, masalah pertama adalah sangat sedikit orang yang tahu di mana pemimpin Korea Utara berada pada saat tertentu.

”Kim Jong-un hidup seperti ayahnya dan kakeknya, berada di bawah tanah di banyak istana yang dihubungkan oleh jalan raya terowongan bawah tanah,” paparnya.

”Dia secara berkala muncul di bantalan peluncuran untuk mengawasi roket, mengadakan sesi foto, bertemu dengan petani dan pekerja dan kemudian menghilang lagi,” sambung Petrov.

Kedua, rezim Korea Utara adalah ”kediktatoran sempurna”, dengan banyak lapisan pertahanan.

”Sistem di Korea Utara dirancang untuk melindungi kepemimpinan sedemikian rupa sehingga bahkan aparat keamanan mereka sendiri tidak tahu di mana pemimpinnya berada,” kata Petrov.

”Ketika mereka mengemudikan mobil dengan pemimpin berpangkat tinggi, ada sebuah sistem blok pos yang menghentikan mobil dan mengganti sopirnya, sehingga setiap pengemudi tidak tahu kemana perjalanan akan berhenti.”

Alasan ketiga adalah tentara Korea Selatan tidak siap untuk melakukan tugas seperti itu.

”Pasukan Korea Selatan berjumlah 675.000 orang, yang sebagian besar merupakan warga wajib militer, yang berarti mereka adalah ‘anak mama’, mahasiswa yang tidak siap mengorbankan hidup mereka untuk beberapa konflik ideologis yang telah berlangsung di Korea selama beberapa dekade,” kritik Petrov.

Unit khusus Korea Selatan memang ada dan terlatih, tapi tidak mungkin efektif di wilayah musuh karena mereka tahu sedikit tentang infrastruktur keamanan di bawah tanah.

”Mungkin selusin mata-mata yang sangat terlatih bisa melintasi perbatasan, bisa menyusup, tapi sekali lagi ini akan menjadi situasi yang lucu saat mereka tidak tahu realitas kehidupan Korea Utara. Mereka akan segera dikenali, merasa malu,” papar Dr Petrov.

”Mereka seperti alien yang mengunjungi Bumi, Halo Bumi!". Alih-alih unit itu mampu membunuh Kim, menurut Petrov, Kim kemungkinan akan meninggal karena gaya hidupnya.

”Kim Jong-un lebih mungkin meninggal karena overdosis Cognac atau keju atau obesitas atau tekanan darah tinggi yang mahal, tapi bukan dari peluru Korea Selatan,” katanya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1084 seconds (0.1#10.140)