UE: Tidak Ada Renegosiasi Kesepakatan Nuklir Iran
A
A
A
NEW YORK - Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (UE), Federica Mogherini mengatakan, semua pihak dalam perjanjian nuklir Iran tetap mematuhi sepenuhnya kesepakatan tersebut. Mogherini menekankan bahwa kesepakatan tersebut berpotensi mencegah serangan militer ke Iran.
"Ini adalah kesepakatan yang mencegah program nuklir dan berpotensi mencegah intervensi militer," kata Mogherini usai pertemuan P5+1 negara-negara yang meneken kesepakatan tersebut 2015 lalu di Jenewa di sela-sela sidang Majelis Umum PBB.
Menyebut negosiasi itu sebagai sebuah diskusi yang jujur, Mogherini mengatakan bahwa kesepakatan itu dikancah untuk semua pihak agar menyetujui bahwa tidak ada negara yang melanggar persyaratan kesepakatan tersebut.
"Kami semua sepakat mengenai fakta bahwa tidak ada pelanggaran, bahwa aspek terkait program nuklir, yang merupakan kesepakatan semua, sedang digenapi," katanya seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (21/9/2017).
Dalam sebuah referensi yang jelas mengenai kritik Presidenn Donald Trump baru-baru ini atas kesepakatan itu, Mogherini berpendapat bahwa tidak perlu melakukan negosiasi ulang bagian-bagian dari kesepakatan tersebut.
"Di antara isu yang diangkat dalam pertemuan itu adalah komitmen Washington terhadap kesepakatan tersebut," Mogherini menegaskan.
Berbicara mengenai apakah dia menganggap kesepakatan itu efektif, Mogherini mengatakan bahwa jawaban atas pertanyaan ini harus berada secara eksklusif di dalam lingkup Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), yang bertugas mengawasi kepatuhan Iran terhadap pengurangan pengayaan uraniumnya.
Mogherini mengatakan penarikan diri AS dari kesepakatan tersebut tidak masuk dalam agenda pertemuan itu. Ia mencatat bahwa pertemuan tersebut tidak membahas skenario apapun yang dihasilkan Washington dalam kesepakatan itu.
"Lingkup kesepakatan nuklir terkait dengan program nuklir Iran. Ada masalah lain yang berada di luar cakupan kesepakatan, dan isu-isu ini dapat ditangani dengan format yang berbeda," katanya kepada wartawan, saat ditanya tentang sikap frustrasi Trump dengan kesepakatan Jenewa itu.
"Ini adalah kesepakatan yang mencegah program nuklir dan berpotensi mencegah intervensi militer," kata Mogherini usai pertemuan P5+1 negara-negara yang meneken kesepakatan tersebut 2015 lalu di Jenewa di sela-sela sidang Majelis Umum PBB.
Menyebut negosiasi itu sebagai sebuah diskusi yang jujur, Mogherini mengatakan bahwa kesepakatan itu dikancah untuk semua pihak agar menyetujui bahwa tidak ada negara yang melanggar persyaratan kesepakatan tersebut.
"Kami semua sepakat mengenai fakta bahwa tidak ada pelanggaran, bahwa aspek terkait program nuklir, yang merupakan kesepakatan semua, sedang digenapi," katanya seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (21/9/2017).
Dalam sebuah referensi yang jelas mengenai kritik Presidenn Donald Trump baru-baru ini atas kesepakatan itu, Mogherini berpendapat bahwa tidak perlu melakukan negosiasi ulang bagian-bagian dari kesepakatan tersebut.
"Di antara isu yang diangkat dalam pertemuan itu adalah komitmen Washington terhadap kesepakatan tersebut," Mogherini menegaskan.
Berbicara mengenai apakah dia menganggap kesepakatan itu efektif, Mogherini mengatakan bahwa jawaban atas pertanyaan ini harus berada secara eksklusif di dalam lingkup Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), yang bertugas mengawasi kepatuhan Iran terhadap pengurangan pengayaan uraniumnya.
Mogherini mengatakan penarikan diri AS dari kesepakatan tersebut tidak masuk dalam agenda pertemuan itu. Ia mencatat bahwa pertemuan tersebut tidak membahas skenario apapun yang dihasilkan Washington dalam kesepakatan itu.
"Lingkup kesepakatan nuklir terkait dengan program nuklir Iran. Ada masalah lain yang berada di luar cakupan kesepakatan, dan isu-isu ini dapat ditangani dengan format yang berbeda," katanya kepada wartawan, saat ditanya tentang sikap frustrasi Trump dengan kesepakatan Jenewa itu.
(ian)