China Bilang Tak Ada Radiasi Tak Wajar dari Nuklir Korut
A
A
A
BEIJING - China menyatakan tidak ada peningkatan radiasi nuklir yang tak wajar di sepanjang perbatasannya dengan Korea Utara (Korut) delapan hari usai tes bom hidrogen Pyongyang. Penilaian Beijing ini berbeda dengan Korea Selatan (Korsel) yang mengklaim mendeteksi adanya radiasi.
Pyongyang yang menjadi sekutu terdekat Beijing pada 3 September melakukan uji coba senjata nuklir keenam kalinya berjenis bom hidrogen. Rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korut mengklaim telah berhasil mengembangkan bom hidrogen canggih yang bisa dipasang di atas rudal balistik antarbenua (ICBM).
Kementerian Lingkungan Hidup (MEP) China mengatakan, pemantauan radiasi yang dilakukan di wilayah perbatasan timur laut telah berakhir kemarin. Hasilnya, tidak ada hasil tak wajar yang ditunjukkan setelah pemantauan selama delapan hari.
”Sebuah penilaian komprehensif menyimpulkan bahwa uji coba nuklir DPRK (Korut) ini tidak menimbulkan dampak lingkungan terhadap China, dan kondisi untuk penghentian (pemantauan darurat) telah terpenuhi,” bunyi pernyataan MEP, yang dilansir Xinhua, Senin (11/9/2017).
Semua stasiun pemantauan di daerah perbatasan dan daerah sekitarnya, termasuk di Provinsi Heilongjiang, Jilin, Liaoning dan Shandong, mencatat tingkat radiasi masih normal pada pukul 18.00 sore kemarin.
Sebelumnya, para pakar nuklir Korea Selatan (Korsel) mengatakan bahwa jejak bahan radioaktif yang terdeteksi di negara tersebut. Penemuan ini terjadi lima hari setelah Korut menguji coba senjata nuklir terbarunya.
Kantor berita Korsel, Yonhap, melaporkan, Komisi Keamanan dan Keselamatan Nuklir Korsel menemukan 0,43 miligram per meter kubik dari isotop xenon yang hanya ada akibat reaksi nuklir. Partikel radioaktif yang disebut radionuklida ini, ditemukan dalam analisis sampel laut, darat dan udara yang dikumpulkan setelah Pyongyang meledakkan bom hidrogen.
"Saat ini sedang dianalisis bagaimana xenon memasuki wilayah Korea Selatan dan akan membuat keputusan di kemudian hari apakah materi tersebut terkait dengan uji coba nuklir Korea Utara (atau bukan),” bunyi pernyataan yang dikeluarkan badan tersebut.
Pyongyang yang menjadi sekutu terdekat Beijing pada 3 September melakukan uji coba senjata nuklir keenam kalinya berjenis bom hidrogen. Rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korut mengklaim telah berhasil mengembangkan bom hidrogen canggih yang bisa dipasang di atas rudal balistik antarbenua (ICBM).
Kementerian Lingkungan Hidup (MEP) China mengatakan, pemantauan radiasi yang dilakukan di wilayah perbatasan timur laut telah berakhir kemarin. Hasilnya, tidak ada hasil tak wajar yang ditunjukkan setelah pemantauan selama delapan hari.
”Sebuah penilaian komprehensif menyimpulkan bahwa uji coba nuklir DPRK (Korut) ini tidak menimbulkan dampak lingkungan terhadap China, dan kondisi untuk penghentian (pemantauan darurat) telah terpenuhi,” bunyi pernyataan MEP, yang dilansir Xinhua, Senin (11/9/2017).
Semua stasiun pemantauan di daerah perbatasan dan daerah sekitarnya, termasuk di Provinsi Heilongjiang, Jilin, Liaoning dan Shandong, mencatat tingkat radiasi masih normal pada pukul 18.00 sore kemarin.
Sebelumnya, para pakar nuklir Korea Selatan (Korsel) mengatakan bahwa jejak bahan radioaktif yang terdeteksi di negara tersebut. Penemuan ini terjadi lima hari setelah Korut menguji coba senjata nuklir terbarunya.
Kantor berita Korsel, Yonhap, melaporkan, Komisi Keamanan dan Keselamatan Nuklir Korsel menemukan 0,43 miligram per meter kubik dari isotop xenon yang hanya ada akibat reaksi nuklir. Partikel radioaktif yang disebut radionuklida ini, ditemukan dalam analisis sampel laut, darat dan udara yang dikumpulkan setelah Pyongyang meledakkan bom hidrogen.
"Saat ini sedang dianalisis bagaimana xenon memasuki wilayah Korea Selatan dan akan membuat keputusan di kemudian hari apakah materi tersebut terkait dengan uji coba nuklir Korea Utara (atau bukan),” bunyi pernyataan yang dikeluarkan badan tersebut.
(mas)