Korsel Bersiap Hadapi Kemungkinan Uji Coba Rudal Korut
A
A
A
SEOUL - Korea Selatan (Korsel) tengah bersiap untuk kemungkinan uji coba rudal terbaru yang akan dilakukan oleh Korea Utara (Korut) untuk menandai ulang tahun pendiri negara itu, Sabtu (9/9/2017). Ini terjadi hanya beberapa hari setelah uji coba nuklir keenam dan terbesar yang dilakukan oleh rezim Pyongyang.
Dilansir dari Reuters, Korut kerap melakukan parade dan memamerkan perangkat militernya dalam memperingati ulang tahun pendiri negara komunis itu Kim Il-sung. Tahun lalu, Korut melakukan uji coba nuklir kelima pada peringatan 9 September.
Sepanjang minggu ini, pejabat Korsel telah memperingatkan Korut dapat meluncurkan rudal balistik antar benua lainnya. Aksi ini bertentangan dengan sanksi PBB dan dilakukan di tengah eskalasi yang meningkat dengan Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Korsel Duga Korut Siapkan Peluncuran Rudal Balistik AntarBenua
Ketegangan di semenanjung Korea telah meningkat saat pemimpin muda Korut, Kim Jong-un, meningkatkan pengembangan senjata, menguji serangkaian rudal tahun ini, termasuk satu terbang di atas Jepang, dan melakukan uji coba nuklir keenam pada hari Minggu.
Para ahli percaya bahwa rezim yang terisolasi itu mendekati tujuannya untuk mengembangkan senjata nuklir yang kuat yang mampu mencapai AS. Presiden AS Donald Trump telah berjanji untuk mencegahnya.
Trump telah berulang kali mengatakan bahwa semua opsi ada di meja dalam menangani Korut. Pada hari Kamis mengatakan Trump mengatakan lebih memilih untuk tidak menggunakan tindakan militer. Namun jika dia melakukannya, itu akan menjadi hari yang sangat menyedihkan bagi Korut.
"Aksi militer pasti akan menjadi pilihan. Apakah itu tak terelakkan? Tidak ada yang tak terelakkan. Jika kita menggunakannya di Korea Utara, ini akan menjadi hari yang sangat menyedihkan bagi Korea Utara," kata Trump kepada wartawan.
Bahkan saat Trump bersikeras bahwa sekarang bukan saatnya untuk berbicara dengan Korut, anggota senior pemerintahannya telah menjelaskan bahwa pintu menuju solusi diplomatik terbuka, terutama mengingat penilaian A.S. bahwa serangan pre-emptive akan membebaskan pembalasan Korea Utara secara besar-besaran.
Baca Juga: Akan Jadi Hari yang Menyedihkan Bagi Korut Jika AS Gunakan Aksi Militer
Korea Utara mengatakan bahwa pihaknya membutuhkan senjata untuk melindungi diri dari agresi AS dan secara teratur mengancam untuk menghancurkan AS.
Korsel dan AS secara teknis masih berperang dengan Korut setelah konflik Korea 1950-53 berakhir dengan sebuah gencatan senjata, bukan sebuah perjanjian damai.
Dilansir dari Reuters, Korut kerap melakukan parade dan memamerkan perangkat militernya dalam memperingati ulang tahun pendiri negara komunis itu Kim Il-sung. Tahun lalu, Korut melakukan uji coba nuklir kelima pada peringatan 9 September.
Sepanjang minggu ini, pejabat Korsel telah memperingatkan Korut dapat meluncurkan rudal balistik antar benua lainnya. Aksi ini bertentangan dengan sanksi PBB dan dilakukan di tengah eskalasi yang meningkat dengan Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Korsel Duga Korut Siapkan Peluncuran Rudal Balistik AntarBenua
Ketegangan di semenanjung Korea telah meningkat saat pemimpin muda Korut, Kim Jong-un, meningkatkan pengembangan senjata, menguji serangkaian rudal tahun ini, termasuk satu terbang di atas Jepang, dan melakukan uji coba nuklir keenam pada hari Minggu.
Para ahli percaya bahwa rezim yang terisolasi itu mendekati tujuannya untuk mengembangkan senjata nuklir yang kuat yang mampu mencapai AS. Presiden AS Donald Trump telah berjanji untuk mencegahnya.
Trump telah berulang kali mengatakan bahwa semua opsi ada di meja dalam menangani Korut. Pada hari Kamis mengatakan Trump mengatakan lebih memilih untuk tidak menggunakan tindakan militer. Namun jika dia melakukannya, itu akan menjadi hari yang sangat menyedihkan bagi Korut.
"Aksi militer pasti akan menjadi pilihan. Apakah itu tak terelakkan? Tidak ada yang tak terelakkan. Jika kita menggunakannya di Korea Utara, ini akan menjadi hari yang sangat menyedihkan bagi Korea Utara," kata Trump kepada wartawan.
Bahkan saat Trump bersikeras bahwa sekarang bukan saatnya untuk berbicara dengan Korut, anggota senior pemerintahannya telah menjelaskan bahwa pintu menuju solusi diplomatik terbuka, terutama mengingat penilaian A.S. bahwa serangan pre-emptive akan membebaskan pembalasan Korea Utara secara besar-besaran.
Baca Juga: Akan Jadi Hari yang Menyedihkan Bagi Korut Jika AS Gunakan Aksi Militer
Korea Utara mengatakan bahwa pihaknya membutuhkan senjata untuk melindungi diri dari agresi AS dan secara teratur mengancam untuk menghancurkan AS.
Korsel dan AS secara teknis masih berperang dengan Korut setelah konflik Korea 1950-53 berakhir dengan sebuah gencatan senjata, bukan sebuah perjanjian damai.
(ian)