Desmond Tutu Kutuk Suu Kyi: Harga Kebungkamanmu Terlalu Mahal
A
A
A
CAPE TOWN - Satu lagi peraih Nobel Perdamaian mengkritik sikap bungkam Aung San Suu Kyi. Kali ini giliran Desmond Tutu yang mengkritik sikap bungkam Suu Kyi.
Lewat sepucuk surat, Desmond Tutu meminta Suu Kyi untuk mengakhiri kekerasan terhadap minoritas Muslim Rohingya di negaranya. Uskup Agung berusia 85 tahun itu mengatakan bahwa kengerian dan pembersihan etnis di wilayah Rahkine telah memaksanya untuk berbicara menentang wanita yang dikagumi dan dianggap sebagai saudara perempuan tercinta.
Meskipun Suu Kyi bertahan pada pendapatnya bahwa penanganan terhadap krisis tengah dilakukan, Tutu mendesak pemenang Nobel Perdamaian itu untuk melakukan intervensi.
"Saya sekarang sudah tua, jompo dan pensiun secara resmi, tapi melanggar sumpah saya untuk tetap diam dalam urusan publik karena kesedihan yang dalam," tulisnya dalam sebuah surat yang diposkan di media sosial.
"Selama bertahun-tahun saya memandang fotomu di mejaku untuk mengingatkan Saya akan ketidakadilan dan pengorbanan yang Anda alami dari cinta dan komitmen Anda untuk orang-orang Myanmar. Anda melambangkan kebenaran," tulis Tutu seperti dilansir dari The Guardian, Jumat (8/9/2017).
"Kemunculan Anda ke dalam kehidupan publik menghilangkan kekhawatiran kami tentang kekerasan yang dilakukan terhadap anggota Rohingya. Tapi apa yang beberapa orang sebut sebagai pembersihan etnis dan yang lainnya genosida perlahan terus berlanjut - dan baru-baru ini dipercepat," sambung Tutu.
"Ini tidak sesuai untuk simbol kebenaran untuk memimpin negara seperti itu. Jika harga politik kenaikan Anda ke kantor tertinggi di Myanmar adalah kebungkaman Anda, harganya pasti terlalu tinggi," kata aktivis anti-apartheid itu lagi.
Tutu bergabung dengan daftar suara yang terus bertambah yang meminta Aung San Suu Kyi untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi minoritas Muslim Myanmar yang dianiaya.
Malala Yousafzai, pemenang hadiah Nobel perdamaian termuda, mengatakan dunia sedang menunggu untuk Aung San Suu Kyi bertindak.
"Setiap kali saya melihat berita tersebut, hati saya hancur," tulisnya di Twitter.
"Selama beberapa tahun terakhir, saya berulang kali mengutuk perlakuan tragis dan memalukan ini. Saya masih menunggu rekan peraih Nobel Aung San Suu Kyi untuk melakukan hal yang sama," sambungnya.
Baca Juga: Tragedi Rohingya Memalukan, Malala: Dunia Menanti Suu Kyi Bertindak
Lewat sepucuk surat, Desmond Tutu meminta Suu Kyi untuk mengakhiri kekerasan terhadap minoritas Muslim Rohingya di negaranya. Uskup Agung berusia 85 tahun itu mengatakan bahwa kengerian dan pembersihan etnis di wilayah Rahkine telah memaksanya untuk berbicara menentang wanita yang dikagumi dan dianggap sebagai saudara perempuan tercinta.
Meskipun Suu Kyi bertahan pada pendapatnya bahwa penanganan terhadap krisis tengah dilakukan, Tutu mendesak pemenang Nobel Perdamaian itu untuk melakukan intervensi.
"Saya sekarang sudah tua, jompo dan pensiun secara resmi, tapi melanggar sumpah saya untuk tetap diam dalam urusan publik karena kesedihan yang dalam," tulisnya dalam sebuah surat yang diposkan di media sosial.
"Selama bertahun-tahun saya memandang fotomu di mejaku untuk mengingatkan Saya akan ketidakadilan dan pengorbanan yang Anda alami dari cinta dan komitmen Anda untuk orang-orang Myanmar. Anda melambangkan kebenaran," tulis Tutu seperti dilansir dari The Guardian, Jumat (8/9/2017).
"Kemunculan Anda ke dalam kehidupan publik menghilangkan kekhawatiran kami tentang kekerasan yang dilakukan terhadap anggota Rohingya. Tapi apa yang beberapa orang sebut sebagai pembersihan etnis dan yang lainnya genosida perlahan terus berlanjut - dan baru-baru ini dipercepat," sambung Tutu.
"Ini tidak sesuai untuk simbol kebenaran untuk memimpin negara seperti itu. Jika harga politik kenaikan Anda ke kantor tertinggi di Myanmar adalah kebungkaman Anda, harganya pasti terlalu tinggi," kata aktivis anti-apartheid itu lagi.
Tutu bergabung dengan daftar suara yang terus bertambah yang meminta Aung San Suu Kyi untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi minoritas Muslim Myanmar yang dianiaya.
Malala Yousafzai, pemenang hadiah Nobel perdamaian termuda, mengatakan dunia sedang menunggu untuk Aung San Suu Kyi bertindak.
"Setiap kali saya melihat berita tersebut, hati saya hancur," tulisnya di Twitter.
"Selama beberapa tahun terakhir, saya berulang kali mengutuk perlakuan tragis dan memalukan ini. Saya masih menunggu rekan peraih Nobel Aung San Suu Kyi untuk melakukan hal yang sama," sambungnya.
Baca Juga: Tragedi Rohingya Memalukan, Malala: Dunia Menanti Suu Kyi Bertindak
(ian)