Rusia: Dijatuhkan Sanksi, Korut Bakal Melawan Lebih Keras
A
A
A
VLADIVOSTOK - Mekanisme sanksi terhadap Korea Utara (Korut) telah habis dan sanksi baru terhadap negara tersebut hanya akan menimbulkan respons yang lebih keras. Demikian pernyataan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Igor Morgulov mengatakan sanksi baru yang mungkin dilakukan terhadap Korut akan diikuti oleh tanggapan yang lebih keras dari Pyongyang, mekanisme sanksi hampir habis.
"Sekarang Amerika Serikat (AS) meminta sanksi baru yang lebih berat lagi terhadap Korut. Tapi ini adalah jalan yang tak terbatas. Kita akan berjalan dalam lingkaran sanksi yang kejam ini, yang akan diikuti oleh jawaban sulit baru dari Korut, dan situasinya hanya akan memburuk," kata Morgulov di sela-sela Valdai Discussion Club di Eastern Economic Forum.
"Kita harus mengerti bahwa mekanisme sanksi itu sendiri sekarang sudah habis," tambahnya seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (6/9/2017).
Korut berulang kali menentang sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan mengembangkan senjata nuklir dan menguji sistem rudal.
Pada bulan Agustus, negara komunis yang terisolasi mengirim rudal antar benua ke daratan Jepang yang mendarat di Samudra Pasifik. Korut juga mengancam untuk menyerang wilayah AS di Guam, sebuah pulau kecil di Pasifik yang digunakan sebagai pangkalan militer Amerika.
Korut telah mendapat sanksi PBB sejak 2006 karena program rudal nuklir dan balistiknya.
Dewan Keamanan PBB bulan lalu dengan suara bulat memberlakukan sanksi baru atas Korut setela melakukan uji coba dua rudal jarak jauh yang diluncurkan pada bulan Juli. Sanksi tersebut berfokus pada ekspor batubara, besi, timbal dan makanan laut Korut.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Igor Morgulov mengatakan sanksi baru yang mungkin dilakukan terhadap Korut akan diikuti oleh tanggapan yang lebih keras dari Pyongyang, mekanisme sanksi hampir habis.
"Sekarang Amerika Serikat (AS) meminta sanksi baru yang lebih berat lagi terhadap Korut. Tapi ini adalah jalan yang tak terbatas. Kita akan berjalan dalam lingkaran sanksi yang kejam ini, yang akan diikuti oleh jawaban sulit baru dari Korut, dan situasinya hanya akan memburuk," kata Morgulov di sela-sela Valdai Discussion Club di Eastern Economic Forum.
"Kita harus mengerti bahwa mekanisme sanksi itu sendiri sekarang sudah habis," tambahnya seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (6/9/2017).
Korut berulang kali menentang sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan mengembangkan senjata nuklir dan menguji sistem rudal.
Pada bulan Agustus, negara komunis yang terisolasi mengirim rudal antar benua ke daratan Jepang yang mendarat di Samudra Pasifik. Korut juga mengancam untuk menyerang wilayah AS di Guam, sebuah pulau kecil di Pasifik yang digunakan sebagai pangkalan militer Amerika.
Korut telah mendapat sanksi PBB sejak 2006 karena program rudal nuklir dan balistiknya.
Dewan Keamanan PBB bulan lalu dengan suara bulat memberlakukan sanksi baru atas Korut setela melakukan uji coba dua rudal jarak jauh yang diluncurkan pada bulan Juli. Sanksi tersebut berfokus pada ekspor batubara, besi, timbal dan makanan laut Korut.
(ian)