Hapus Israel dari Peta Dunia, Media Australia Dicap Pengkhianat
A
A
A
SYDNEY - Media yang berbasis di Australia, ABCnet.au, menghapus Israel dari peta dunia dalam sebuah grafik berita. Publikasi ini memicu kemarahan aktivis terkemuka Israel yang menganggap media itu pengkhianat.
Avi Yemini, aktivis Israel dan pendiri Training Krav Maga perusahaan terkait Angkatan Pertahanan Israel (IDF) mem-posting sebuah foto di Facebook yang menunjukkan cuplikan berita ABC di mana Palestina menempati peta Israel.
”Malam terakhir ABC News menghapus Israel dari peta mereka,” tulis Yemini. ”Mereka benar-benar melakukan pekerjaan kotor kaum Islamis. Kita harus segera menyingkirkan para pengkhianat ini,” lanjut dia.
Pihak ABC pun mengecam komentar tersebut dengan menegaskan bahwa grafik berita mereka adalah bagian dari segmen tentang Libanon yang menghapus undang-undang ”menikahkan korban dengan pemerkosa”.
”Cerita ini tentang pencabutan undang-undang di Libanon yang memungkinkan pemerkosa lolos dari hukuman jika mereka menikahi korbannya,” kata pihak ABC melalui seorang juru bicara, yang dilansir news.com.au, Senin (21/8/2017).
”Grafik yang menyertainya menunjukkan negara-negara di mana undang-undang ini telah dicabut (dalam warna biru) dan negara-negara di mana para aktivis secara aktif berusaha mencabutnya (dalam warna kuning). Hukum ini tidak ada di Israel, dan tidak pernah ada, jadi (Israel) tidak ditunjukkan dalam grafik.”
Tahun lalu, Cotton On terpaksa menarik globe dari toko alat tulis karena kesalahan tulis, di mana tidak ada nama Israel dalam peta dunia. Hal itu memicu kemarahan komunitas Yahudi.
Avi Yemini, aktivis Israel dan pendiri Training Krav Maga perusahaan terkait Angkatan Pertahanan Israel (IDF) mem-posting sebuah foto di Facebook yang menunjukkan cuplikan berita ABC di mana Palestina menempati peta Israel.
”Malam terakhir ABC News menghapus Israel dari peta mereka,” tulis Yemini. ”Mereka benar-benar melakukan pekerjaan kotor kaum Islamis. Kita harus segera menyingkirkan para pengkhianat ini,” lanjut dia.
Pihak ABC pun mengecam komentar tersebut dengan menegaskan bahwa grafik berita mereka adalah bagian dari segmen tentang Libanon yang menghapus undang-undang ”menikahkan korban dengan pemerkosa”.
”Cerita ini tentang pencabutan undang-undang di Libanon yang memungkinkan pemerkosa lolos dari hukuman jika mereka menikahi korbannya,” kata pihak ABC melalui seorang juru bicara, yang dilansir news.com.au, Senin (21/8/2017).
”Grafik yang menyertainya menunjukkan negara-negara di mana undang-undang ini telah dicabut (dalam warna biru) dan negara-negara di mana para aktivis secara aktif berusaha mencabutnya (dalam warna kuning). Hukum ini tidak ada di Israel, dan tidak pernah ada, jadi (Israel) tidak ditunjukkan dalam grafik.”
Tahun lalu, Cotton On terpaksa menarik globe dari toko alat tulis karena kesalahan tulis, di mana tidak ada nama Israel dalam peta dunia. Hal itu memicu kemarahan komunitas Yahudi.
(mas)