Korban Tragedi WTC Teridentifikasi Setelah 16 Tahun
A
A
A
WASHINGTON - Jenazah seorang pria yang tewas dalam serangan teror World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001 lalu berhasil diidentifikasi setelah 16 tahun serang tersebut. Namun, otoritas medis New York tidak bersedia mengumumkan identitas korban atas permintaan keluarganya.
Pengumuman tersebut menandai identifikasi baru pertama yang dilakukan sejak Maret 2015 dengan usaha yang sungguh-sungguh dan berkelanjutan. Otoritas medis New York menggunakan pengujian DNA dan cara lain untuk mencocokkan fragmen tulang dengan 2.753 orang yang dibunuh oleh pembajak yang menabrakkan pesawat terbang ke menara kembar pada tanggal 11 September 2001.
Sejauh ini telah 1.641 korban telah diidentifikasi, menyisakan sekitar 40% korban lainnya belum teridentifikasi seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (8/8/2017)
"Teknologi DNA baru yang lebih sensitif diluncurkan awal tahun ini dan membantu membuat identifikasi terbaru setelah pengujian sebelumnya tidak menghasilkan hasil apapun," kata kantor otoritas medis New York.
Seiring pengujian DNA yang semaki maju, demikian pula upaya jutaan dolar untuk menghubungkan lebih dari 21.900 potongan tubuh korban. Sedikit tubuh yang utuh ditemukan setelah menara raksasa terbakar dan roboh. Selain itu efek panas, bakteri dan bahan kimia seperti bahan bakar jet membuat lebih sulit untuk menganalisa jenazah semua korban.
Seiring waktu, kantor otoritas medis New York menggunakan proses yang melibatkan pemecah fragmen untuk mengekstrak DNA, kemudian membandingkannya dengan koleksi materi genetik dari korban atau keluarga mereka. Sebagian besar profil DNA yang dihasilkan berasal dari korban yang telah diidentifikasi sebelumnya.
Dalam beberapa kasus, ilmuwan telah kembali ke fragmen tulang yang sama 10 kali atau lebih, berharap teknologi baru akan memberikan jawaban.
Serangan pesawat 11 September menewaskan hampir 3.000 orang di New York, di Pentagon dan dekat Shanksville, Pennsylvania.
Pengumuman tersebut menandai identifikasi baru pertama yang dilakukan sejak Maret 2015 dengan usaha yang sungguh-sungguh dan berkelanjutan. Otoritas medis New York menggunakan pengujian DNA dan cara lain untuk mencocokkan fragmen tulang dengan 2.753 orang yang dibunuh oleh pembajak yang menabrakkan pesawat terbang ke menara kembar pada tanggal 11 September 2001.
Sejauh ini telah 1.641 korban telah diidentifikasi, menyisakan sekitar 40% korban lainnya belum teridentifikasi seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (8/8/2017)
"Teknologi DNA baru yang lebih sensitif diluncurkan awal tahun ini dan membantu membuat identifikasi terbaru setelah pengujian sebelumnya tidak menghasilkan hasil apapun," kata kantor otoritas medis New York.
Seiring pengujian DNA yang semaki maju, demikian pula upaya jutaan dolar untuk menghubungkan lebih dari 21.900 potongan tubuh korban. Sedikit tubuh yang utuh ditemukan setelah menara raksasa terbakar dan roboh. Selain itu efek panas, bakteri dan bahan kimia seperti bahan bakar jet membuat lebih sulit untuk menganalisa jenazah semua korban.
Seiring waktu, kantor otoritas medis New York menggunakan proses yang melibatkan pemecah fragmen untuk mengekstrak DNA, kemudian membandingkannya dengan koleksi materi genetik dari korban atau keluarga mereka. Sebagian besar profil DNA yang dihasilkan berasal dari korban yang telah diidentifikasi sebelumnya.
Dalam beberapa kasus, ilmuwan telah kembali ke fragmen tulang yang sama 10 kali atau lebih, berharap teknologi baru akan memberikan jawaban.
Serangan pesawat 11 September menewaskan hampir 3.000 orang di New York, di Pentagon dan dekat Shanksville, Pennsylvania.
(ian)