Teror Landa Pengungsi Rohingya di Bangladesh
A
A
A
DHAKA - Pengungsi Rohingya yang berada di kamp pengungsian Bangladesh dilanda kecemasan. Mereka tengah menghadapi aksi pembunuhan dan teror dari kelompok bertopeng.
Beberapa minggu terakhir, pekerja bantuan dan penduduk telah menemukan tiga mayat pria Rohingya. Pengungsi juga melaporkan orang-orang bertopeng berkeliaran di jalan-jalan gelap di Kutupalong pada malam hari.
"Mereka memukul saya dan saudara perempuan saya dan menyeretnya keluar rumah," kata Noor Ankis, istri dari salah satu mayat pria yang ditemukan.
"Para penculik memanggil saya dari nomor teleponnya dan mengancam akan membunuh saya juga. Saya juga mendapat ancaman atas nama al-Yaqin," ungkap Ankis seperti dikutip dari Reuters, Jumat (14/7/2017).
Ankis merujuk pada kelompok militan Harakah al-Yaqin, atau "Gerakan Iman". Kelompok Harakah al-Yaqin adalah kelompok yang menyerang pos polisi perbatasan Myanmar pada bulan Oktober lalu. Aksi ini mendorong sebuah tindakan kekerasan dimana tentara Myanmar dituduh telah melakukan pembunuhan dan pemerkosaan terhadap warga sipil Rohingya.
Polisi mengatakan tidak jelas apakah kelompok pemberontak tersebut, yang sekarang ingin dikenal sebagai Arakan Rohingya Salvation Army, terlibat dalam kekerasan di kamp-kamp atau apakah orang lain menggunakan namanya untuk mengintimidasi pengungsi.
Kelompok tersebut, yang pemimpinnya berbicara dengan Reuters dalam sebuah wawancara di bulan Maret, tidak menanggapi email yang meminta komentar terkait tuduhan itu.
Menurut laporan polisi, suami Ankis terlibat dalam perselisihan yang dengan pengguna narkoba di kamp darurat di Kutupalong. Ia kemudian diculik oleh sekelompok orang yang berjumlah sekitar 20-25 orang. Para pelaku merangsek masuk ke gubuk mereka pada 14 Juni malam.
Sebelumnya, Bangladesh menyalahkan keberadaan pengungsi Rohingya atas melonjaknya penggunaan obat methamphetamine di negara itu.
Tubuh Ayub ditemukan di gurun yang berlumpur antara dua bukit di Kutupalong pada 25 Juni. Jenazah pria lain, Mohammed Selim, yang juga diculik pada bulan Juni, ditemukan di tempat yang sama seminggu sebelumnya.
"Tiga tersangka telah ditangkap sehubungan dengan penculikan dan pembunuhan Ayub, meskipun motifnya tetap tidak jelas," kata perwira polisi senior Afruzul Haque Tutul.
Sementara itu di dalam kamp,
Beberapa minggu terakhir, pekerja bantuan dan penduduk telah menemukan tiga mayat pria Rohingya. Pengungsi juga melaporkan orang-orang bertopeng berkeliaran di jalan-jalan gelap di Kutupalong pada malam hari.
"Mereka memukul saya dan saudara perempuan saya dan menyeretnya keluar rumah," kata Noor Ankis, istri dari salah satu mayat pria yang ditemukan.
"Para penculik memanggil saya dari nomor teleponnya dan mengancam akan membunuh saya juga. Saya juga mendapat ancaman atas nama al-Yaqin," ungkap Ankis seperti dikutip dari Reuters, Jumat (14/7/2017).
Ankis merujuk pada kelompok militan Harakah al-Yaqin, atau "Gerakan Iman". Kelompok Harakah al-Yaqin adalah kelompok yang menyerang pos polisi perbatasan Myanmar pada bulan Oktober lalu. Aksi ini mendorong sebuah tindakan kekerasan dimana tentara Myanmar dituduh telah melakukan pembunuhan dan pemerkosaan terhadap warga sipil Rohingya.
Polisi mengatakan tidak jelas apakah kelompok pemberontak tersebut, yang sekarang ingin dikenal sebagai Arakan Rohingya Salvation Army, terlibat dalam kekerasan di kamp-kamp atau apakah orang lain menggunakan namanya untuk mengintimidasi pengungsi.
Kelompok tersebut, yang pemimpinnya berbicara dengan Reuters dalam sebuah wawancara di bulan Maret, tidak menanggapi email yang meminta komentar terkait tuduhan itu.
Menurut laporan polisi, suami Ankis terlibat dalam perselisihan yang dengan pengguna narkoba di kamp darurat di Kutupalong. Ia kemudian diculik oleh sekelompok orang yang berjumlah sekitar 20-25 orang. Para pelaku merangsek masuk ke gubuk mereka pada 14 Juni malam.
Sebelumnya, Bangladesh menyalahkan keberadaan pengungsi Rohingya atas melonjaknya penggunaan obat methamphetamine di negara itu.
Tubuh Ayub ditemukan di gurun yang berlumpur antara dua bukit di Kutupalong pada 25 Juni. Jenazah pria lain, Mohammed Selim, yang juga diculik pada bulan Juni, ditemukan di tempat yang sama seminggu sebelumnya.
"Tiga tersangka telah ditangkap sehubungan dengan penculikan dan pembunuhan Ayub, meskipun motifnya tetap tidak jelas," kata perwira polisi senior Afruzul Haque Tutul.
Sementara itu di dalam kamp,
(ian)