Hasil 2 Tes Keperawanan Diragukan Suami, Pengantin Ini Bunuh Diri
A
A
A
DUSHANBE - Seorang pengantin remaja perempuan di Tajikistan yang dipaksa menjalani tes keperawanan sebanyak dua kali memilih bunuh diri setelah hasil tes diragukan suami. Setelah tak percaya dengan hasil tes, sang suami mencari istri kedua.
Rajabbi Khurshed, 18, bunuh diri, 40 hari setelah dia menyiapkan pernikahannya dengan Zafar Pirov, 24.
Khurshed sebenarnya sudah lulus tes pranikah yang dibutuhkan pemerintah, namun Pirov menuntut dua tes lebih lanjut. Parahnya, Pirov tak mempercayai hasil dua tes tersebut.
Pirov telah ditangkap polisi dan terancam hukuman penjara atas tuduhan mendorong istrinya untuk bunuh diri. Kasus ini terjadi di sebuah desa di Chorbogh.
Keluarga Khurshed mengklaim bahwa Pirov mengusir anak perempuan mereka yang tertekan. Menurut keluarganya, pengantin perempuan itu tidak diterima lagi oleh suaminya.
Ibu korban, Fazila Mirzoeva, mengatakan kepada Radio Free Europe bahwa Khurshed tidak pernah memiliki pacar atau pun berhubungan badan sebelum menikah.
Dia menggambarkan putrinya sebagai korban ”fitnah dan kekerasan”. Dia telah mengajukan permohonan kepada Presiden Emomali Rahmon untuk campur tangan dan menyelamatkan kehormatan Khurshed.
Khurshed sebelumnya memilih putus sekolah untuk merawat dua saudara tirinya.
Pirov, yang terancam hukuman delapan tahun penjara, menegaskan bahwa istrinya tidak perawan.
“Istri saya memberi saya sebuah pernyataan tertulis bahwa dia mengizinkan saya untuk mendapatkan istri kedua karena dia tidak perawan saat kami menikah,” katanya, yang dilansir Kamis (13/7/2017).
Pada tahun 2015, Tajikistan mewajibkan pemeriksaan medis bagi pria dan wanita sebelum menikahuntuk mencegah penyebaran penyakit menular seksual. Namun, ketentuan itu diperluas termasuk tes keperawanan.
Seks sebelum menikah di Tajikistan merupakan hal yang tabu dan pengantin yang lulus tes keperawanan akan menerima surat dokter untuk mengonfirmasi hasilnya.
Rajabbi Khurshed, 18, bunuh diri, 40 hari setelah dia menyiapkan pernikahannya dengan Zafar Pirov, 24.
Khurshed sebenarnya sudah lulus tes pranikah yang dibutuhkan pemerintah, namun Pirov menuntut dua tes lebih lanjut. Parahnya, Pirov tak mempercayai hasil dua tes tersebut.
Pirov telah ditangkap polisi dan terancam hukuman penjara atas tuduhan mendorong istrinya untuk bunuh diri. Kasus ini terjadi di sebuah desa di Chorbogh.
Keluarga Khurshed mengklaim bahwa Pirov mengusir anak perempuan mereka yang tertekan. Menurut keluarganya, pengantin perempuan itu tidak diterima lagi oleh suaminya.
Ibu korban, Fazila Mirzoeva, mengatakan kepada Radio Free Europe bahwa Khurshed tidak pernah memiliki pacar atau pun berhubungan badan sebelum menikah.
Dia menggambarkan putrinya sebagai korban ”fitnah dan kekerasan”. Dia telah mengajukan permohonan kepada Presiden Emomali Rahmon untuk campur tangan dan menyelamatkan kehormatan Khurshed.
Khurshed sebelumnya memilih putus sekolah untuk merawat dua saudara tirinya.
Pirov, yang terancam hukuman delapan tahun penjara, menegaskan bahwa istrinya tidak perawan.
“Istri saya memberi saya sebuah pernyataan tertulis bahwa dia mengizinkan saya untuk mendapatkan istri kedua karena dia tidak perawan saat kami menikah,” katanya, yang dilansir Kamis (13/7/2017).
Pada tahun 2015, Tajikistan mewajibkan pemeriksaan medis bagi pria dan wanita sebelum menikahuntuk mencegah penyebaran penyakit menular seksual. Namun, ketentuan itu diperluas termasuk tes keperawanan.
Seks sebelum menikah di Tajikistan merupakan hal yang tabu dan pengantin yang lulus tes keperawanan akan menerima surat dokter untuk mengonfirmasi hasilnya.
(mas)