ISIS di Ambang Suksesi Berdarah usai Kematian al-Baghdadi
A
A
A
MOSUL - Perseteruan internal kelompok ISIS mulai terjadi setelah pemimpin mereka Abu Bakr al-Baghdadi dilaporkan tewas. Kelompok itu di ambang suksesi berdarah, di mana kedua kubu sedang berebut menjadi pemimpin.
Dua pentolan kelompok Islamic State (ISIS) yang berpotensi menggantikan al-Baghdadi adalah Iyad al-Obaidi dan Ayad al-Jumaili. Kedua pria tersebut merupakan perwira militer Irak di era pemerintahan Presiden Saddam Hussein.
Obaidi, yang berusia 50-an tahun selama ini menjadi “menteri perang” ISIS. Sedangkan Jumaili yang berusia 40-an tahun adalah kepala keamanan kelompok Amniya, bagian dari ISIS.
Menurut laporan media Irak, Obaidi telah melangkah maju untuk mengklaim sebagai penerus al-Baghdadi. Klaim itu berpotensi ditentang lawan-lawannya.
”Abu Haitham al-Obaidi, Wakil Wali Kota Hawija (versi ISIS), tidak setuju dengan kelompok tersebut dan menyebut dirinya sebagai khalifah baru setelah laporan kematian Baghdadi dikonfirmasi,” kata Jabbar al-Maamouri, seorang pemimpin Pasukan Mobilisasi Populer, dalam sebuah pernyataan kepada Al Sumaria.
”Hawija bersiap untuk pertikaian berdarah di antara anggota ISIS, ini yang paling kejam sejak kelompok tersebut mengambil alih Hawija pada bulan Juni 2014,” ujar al-Maamouri, yang dilansir semalam (12/7/2017).
Informasi seputar kematian al-Baghdadi semakin santer, meski kelompok ISIS secara resmi belum mengonfirmasi. Konfirmasi baru muncul dari sumber-sumber di kelompok teror tersebut dan kelompok pemantau krisis Suriah, Observatorium Suriah untuk HAM.
Kementerian Pertahanan Rusia telah mengklaim bahwa pasukannya yang telah membunuh al-Baghdadi dalam serangan udara terhadap sebuah pertemuan para komandan ISIS di pinggiran Kota Raqqa, Suriah, beberapa waktu lalu.
Tapi, para pejabat Barat dan Irak skeptis dengan klaim Rusia. Pentagon sendiri mengaku tidak dapat mengonfirmasi laporan kematian Baghdadi.
Nama al-Baghdadi mendunia setelah dia memproklamirkan diri sebagai khalifah di Masjid Agung al-Nuri, Mosul tahun 2014. Jabatan khalifah itu oleh ISIS dianggap sebagai jabatan penerus Nabi Muhammad. Klaim ini ditentang banyak kalangan, termasuk para ulama Timur Tengah.
Dua pentolan kelompok Islamic State (ISIS) yang berpotensi menggantikan al-Baghdadi adalah Iyad al-Obaidi dan Ayad al-Jumaili. Kedua pria tersebut merupakan perwira militer Irak di era pemerintahan Presiden Saddam Hussein.
Obaidi, yang berusia 50-an tahun selama ini menjadi “menteri perang” ISIS. Sedangkan Jumaili yang berusia 40-an tahun adalah kepala keamanan kelompok Amniya, bagian dari ISIS.
Menurut laporan media Irak, Obaidi telah melangkah maju untuk mengklaim sebagai penerus al-Baghdadi. Klaim itu berpotensi ditentang lawan-lawannya.
”Abu Haitham al-Obaidi, Wakil Wali Kota Hawija (versi ISIS), tidak setuju dengan kelompok tersebut dan menyebut dirinya sebagai khalifah baru setelah laporan kematian Baghdadi dikonfirmasi,” kata Jabbar al-Maamouri, seorang pemimpin Pasukan Mobilisasi Populer, dalam sebuah pernyataan kepada Al Sumaria.
”Hawija bersiap untuk pertikaian berdarah di antara anggota ISIS, ini yang paling kejam sejak kelompok tersebut mengambil alih Hawija pada bulan Juni 2014,” ujar al-Maamouri, yang dilansir semalam (12/7/2017).
Informasi seputar kematian al-Baghdadi semakin santer, meski kelompok ISIS secara resmi belum mengonfirmasi. Konfirmasi baru muncul dari sumber-sumber di kelompok teror tersebut dan kelompok pemantau krisis Suriah, Observatorium Suriah untuk HAM.
Kementerian Pertahanan Rusia telah mengklaim bahwa pasukannya yang telah membunuh al-Baghdadi dalam serangan udara terhadap sebuah pertemuan para komandan ISIS di pinggiran Kota Raqqa, Suriah, beberapa waktu lalu.
Tapi, para pejabat Barat dan Irak skeptis dengan klaim Rusia. Pentagon sendiri mengaku tidak dapat mengonfirmasi laporan kematian Baghdadi.
Nama al-Baghdadi mendunia setelah dia memproklamirkan diri sebagai khalifah di Masjid Agung al-Nuri, Mosul tahun 2014. Jabatan khalifah itu oleh ISIS dianggap sebagai jabatan penerus Nabi Muhammad. Klaim ini ditentang banyak kalangan, termasuk para ulama Timur Tengah.
(mas)