China Sudah 'Nol Kontak' dengan Militer Korut
A
A
A
BEIJING - Kontak China dengan militer Korea Utara (Korut) telah dikurangi menjadi “nol”, namun Beijing masih sangat menentang sanksi yang dijatuhkan pada Pyongyang. Demikian klaim Kolonel Senior Zhou Bo, Direktur Pusat Keamanan Internasional Kementerian Pertahanan China.
Klaim itu menggambarkan adanya pergeseran dan keretakan hubungan sekutu lama antara Beijing dan Pyongyang.
”Tidak, sama sekali tidak. Kami tidak punya kontak dengan mereka sekarang juga,” kata Zhou dalam wawancaranya dengan Channel News Asia, ketika ditanya apakah China masih melakukan kontak dengan militer rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korut.
Zhou mengakui bahwa China dan Korut memiliki banyak kontak dan pertukaran di masa lalu, termasuk di bidang militer. ”Penangguhan hubungan militer mencerminkan semacam perubahan dalam hubungan kita dengan alasan yang diketahui semua orang,” ujar dia yang dikutip Senin (10/7/2017).
Beijing adalah sekutu Pyongyang yang paling penting, sekaligus mitra ekonomi terbesar, dan sumber utama pasokan makanan dan energi selama beberapa dekade. China juga secara historis menentang penerapan sanksi internasional yang keras terhadap sekutunya itu dan menyarankan pendekatan terukur terhadap Pyongyang di PBB.
Baca Juga: Mesra dengan Korut, AS Ancam Jatuhkan Sanksi kepada China
Saat Perang Korea di masa lalu, China memberikan dukungan militer yang luar biasa kepada Korut. Beijing kala itu menggelar pasukannya untuk membantu sekutu komunisnya menolak invasi yang didukung AS ke semenanjung Korea.
Namun, ketegangan dalam hubungan kedua negara tersebut mulai muncul saat Pyongyang mulai menguji senjata nuklir dan melanjutkan program rudal balistiknya.
”China dan DPRK (Republik Demokratik Rakyat Korea—nama resmi Korut) benar-benar tetangga, dan kami bertempur di tanah Korea sejak lama,” kata Zhou.
”(Namun) China sekarang bersatu dengan masyarakat internasional untuk secara serius menghormati resolusi PBB, dan kami berharap akhirnya menemukan solusi untuk masalah ini.”
Klaim China ini muncul setelah awal pekan lalu Korut menguji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) pertamanya.
Namun para pengamat internasional, termasuk dari kalangan militer Rusia, tidak mengklasifikasikan senjata tersebut sebagai ICBM. Uji coba senjata itu telah memicu kecaman luas dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lainnya. Pemimpin China dan AS bahkan membahas uji coba ICBM Korut tersebut selama KTT G20 di Hamburg.
Meski sudah “nol kontak” dengan militer Kim Jong-un, Beijing menegaskan tidak akan mengubah gaya diplomasi terkait sanksi terhadap Korut. ”Karena Korut ingin segera berbicara dengan AS,” kata Zhou.
”Jadi, Cina, sebenarnya membantu mereka saling berbicara. Jika Anda melihat sejarah Pembicaraan Enam Pihak, China selalu menjadi tuan rumah, dari tahun 2003 sampai 2007,” ujar Zhou.
”China mencoba yang terbaik untuk menjadi tuan rumah yang baik, untuk memberi mereka teh yang baik, membiarkan mereka duduk bersama, untuk berbicara, tapi tidak banyak bekerja,” aku Zhou.
”Meskipun terjadi gangguan komunikasi, Beijing selalu membuat posisinya jelas untuk DPRK, bahwa demi kepentingannya sendiri untuk mengejar denuklirisasi demi stabilitas semenanjung Korea.”
Klaim itu menggambarkan adanya pergeseran dan keretakan hubungan sekutu lama antara Beijing dan Pyongyang.
”Tidak, sama sekali tidak. Kami tidak punya kontak dengan mereka sekarang juga,” kata Zhou dalam wawancaranya dengan Channel News Asia, ketika ditanya apakah China masih melakukan kontak dengan militer rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korut.
Zhou mengakui bahwa China dan Korut memiliki banyak kontak dan pertukaran di masa lalu, termasuk di bidang militer. ”Penangguhan hubungan militer mencerminkan semacam perubahan dalam hubungan kita dengan alasan yang diketahui semua orang,” ujar dia yang dikutip Senin (10/7/2017).
Beijing adalah sekutu Pyongyang yang paling penting, sekaligus mitra ekonomi terbesar, dan sumber utama pasokan makanan dan energi selama beberapa dekade. China juga secara historis menentang penerapan sanksi internasional yang keras terhadap sekutunya itu dan menyarankan pendekatan terukur terhadap Pyongyang di PBB.
Baca Juga: Mesra dengan Korut, AS Ancam Jatuhkan Sanksi kepada China
Saat Perang Korea di masa lalu, China memberikan dukungan militer yang luar biasa kepada Korut. Beijing kala itu menggelar pasukannya untuk membantu sekutu komunisnya menolak invasi yang didukung AS ke semenanjung Korea.
Namun, ketegangan dalam hubungan kedua negara tersebut mulai muncul saat Pyongyang mulai menguji senjata nuklir dan melanjutkan program rudal balistiknya.
”China dan DPRK (Republik Demokratik Rakyat Korea—nama resmi Korut) benar-benar tetangga, dan kami bertempur di tanah Korea sejak lama,” kata Zhou.
”(Namun) China sekarang bersatu dengan masyarakat internasional untuk secara serius menghormati resolusi PBB, dan kami berharap akhirnya menemukan solusi untuk masalah ini.”
Klaim China ini muncul setelah awal pekan lalu Korut menguji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) pertamanya.
Namun para pengamat internasional, termasuk dari kalangan militer Rusia, tidak mengklasifikasikan senjata tersebut sebagai ICBM. Uji coba senjata itu telah memicu kecaman luas dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lainnya. Pemimpin China dan AS bahkan membahas uji coba ICBM Korut tersebut selama KTT G20 di Hamburg.
Meski sudah “nol kontak” dengan militer Kim Jong-un, Beijing menegaskan tidak akan mengubah gaya diplomasi terkait sanksi terhadap Korut. ”Karena Korut ingin segera berbicara dengan AS,” kata Zhou.
”Jadi, Cina, sebenarnya membantu mereka saling berbicara. Jika Anda melihat sejarah Pembicaraan Enam Pihak, China selalu menjadi tuan rumah, dari tahun 2003 sampai 2007,” ujar Zhou.
”China mencoba yang terbaik untuk menjadi tuan rumah yang baik, untuk memberi mereka teh yang baik, membiarkan mereka duduk bersama, untuk berbicara, tapi tidak banyak bekerja,” aku Zhou.
”Meskipun terjadi gangguan komunikasi, Beijing selalu membuat posisinya jelas untuk DPRK, bahwa demi kepentingannya sendiri untuk mengejar denuklirisasi demi stabilitas semenanjung Korea.”
(mas)