Filipina: Teroris di Marawi Paksa Sandera Perempuan Jadi Budak Seks
A
A
A
MANILA - Beberapa perempuan di Marawi yang diculik para teroris kelompok Maute dinikahi paksa. Sebagian dari mereka juga dipaksa untuk menjarah, mengangkat senjata dan melayani para militan kelompok itu sebagai budak seks.
Hal itu disampaikan militer Filipina pada hari Rabu (28/6/2017). Dalam sebuah konferensi pers di Malacanang, juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) Brigadir Jenderal Restituto Padilla mengatakan, informasi itu bersumber dari para warga sipil yang lolos dari penyanderaan kelompok teroris Maute.
Kelompok Maute merupakan kelompok militan bersenjata yang menjadi sayap ISIS di Filipina. Kelompok ini menyerbu Marawi yang memicu pertempuran sengit dengan militer Filipina selama lima pekan terakhir.
Pernyataan Padilla ini membenarkan komentar juru bicara Gugus Tugas Marawi Letnan Kolonel Jo-ar Herrera pada Selasa kemarin.
”Inilah yang terjadi di dalam. Ini sangat jelas,” kata Herrera dalam sebuah konferensi pers hari Selasa, yang dilansir Reuters. ”Ini adalah kepribadian jahat.”
Perang di Marawi mulai berkecamuk sejak 23 Mei 2017. Setidaknya, 70 pasukan keamanan Filipina, 27 warga sipil dan 290 militan Maute loyalis ISIS tewas. Perang ini juga memaksa sekitar 200 ribu penduduk Marawi dan warga sipil di daerah-daerah sekitarnya mengungsi.
Menurut informasi dari Istana Kepresidenan Filipina atau Malacanang, 403.052 warga saat ini inggal di lokasi pengungsian sementara.
Pertempuran di Kota Marawi telah membuat khawatir negara-negara tetangga Asia Tenggara karena para militan loyalis ISIS tersebut berpotensi menyeberang ke wilayah negara lain yang dekat dengan Filipina, terutama Malaysia.
Hal itu disampaikan militer Filipina pada hari Rabu (28/6/2017). Dalam sebuah konferensi pers di Malacanang, juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) Brigadir Jenderal Restituto Padilla mengatakan, informasi itu bersumber dari para warga sipil yang lolos dari penyanderaan kelompok teroris Maute.
Kelompok Maute merupakan kelompok militan bersenjata yang menjadi sayap ISIS di Filipina. Kelompok ini menyerbu Marawi yang memicu pertempuran sengit dengan militer Filipina selama lima pekan terakhir.
Pernyataan Padilla ini membenarkan komentar juru bicara Gugus Tugas Marawi Letnan Kolonel Jo-ar Herrera pada Selasa kemarin.
”Inilah yang terjadi di dalam. Ini sangat jelas,” kata Herrera dalam sebuah konferensi pers hari Selasa, yang dilansir Reuters. ”Ini adalah kepribadian jahat.”
Perang di Marawi mulai berkecamuk sejak 23 Mei 2017. Setidaknya, 70 pasukan keamanan Filipina, 27 warga sipil dan 290 militan Maute loyalis ISIS tewas. Perang ini juga memaksa sekitar 200 ribu penduduk Marawi dan warga sipil di daerah-daerah sekitarnya mengungsi.
Menurut informasi dari Istana Kepresidenan Filipina atau Malacanang, 403.052 warga saat ini inggal di lokasi pengungsian sementara.
Pertempuran di Kota Marawi telah membuat khawatir negara-negara tetangga Asia Tenggara karena para militan loyalis ISIS tersebut berpotensi menyeberang ke wilayah negara lain yang dekat dengan Filipina, terutama Malaysia.
(mas)