Qatar Deportasi Pria Arab Saudi Pencari Suaka
A
A
A
DOHA - Otoritas Qatar mendeportasi aktivis hak asasi manusia asal Arab Saudi, Mohammad al-Otaibi, ke tanah airnya. Dia dideportasi saat mencoba terbang bersama istrinya ke Norwegia di mana dia akan diberi suaka politik.
Otaibi yang menghadapi berbagai tuduhan di Arab Saudi karena mendirikan sebuah organisasi independen dan mengirim tweet yang dianggap pesan ”ofensif” terhadap Kerajaan Saudi. Dia ditangkap di bandara Doha pada 24 Mei 2017.
Menurut Amnesty International, Otaibi dideportasi ke negara asalnya setelah “ditahan” berjam-jam.
Kantor berita resmi Qatar, QNA, mengonfirmasi bahwa deportasi tersebut bersumber dari pejabat Kementerian Luar Negeri Qatar. ”Hal itu berdasarkan prosedur hukum dan kesepakatan regional dan internasional yang berkaitan dengan ekstradisi terdakwa dan penjahat,” tulis media Qatar tersebut mengutip pejabat terkait.
Pemerintah Saudi belum berkomentar terkait langkah Qatar yang mendeportasi Otaibi.
Sejak “Arab Spring” bergejolak di Timur Tengah dan Afrika tahun 2011, pihak berwenang Saudi telah meningkatkan upaya untuk mencegah pembangkangan warganya dengan undang-undang cybercrime yang baru. Saudi juga menjatuhkan hukuman penjara untuk warganya yang mem-posting materi penghinaan terhadap kerajaan Saudi.
Otaibi melakukan perjalanan ke Qatar pada bulan Februari setelah pemerintah Saudi mencabut larangan bepergiannya. Dia diberi suaka di Norwegia saat tinggal di Doha.
”Dia adalah tahanan hati nurani. Pihak berwenang Arab Saudi harus segera membebaskannya dan tanpa syarat dan mengakhiri tindakan keras terhadap pembela hak asasi manusia tanpa henti," kata Lynn Maalouf, direktur riset Timur Tengah dari Amnesty International, seperti dikutip Reuters, Rabu (31/5/2017).
Otaibi yang menghadapi berbagai tuduhan di Arab Saudi karena mendirikan sebuah organisasi independen dan mengirim tweet yang dianggap pesan ”ofensif” terhadap Kerajaan Saudi. Dia ditangkap di bandara Doha pada 24 Mei 2017.
Menurut Amnesty International, Otaibi dideportasi ke negara asalnya setelah “ditahan” berjam-jam.
Kantor berita resmi Qatar, QNA, mengonfirmasi bahwa deportasi tersebut bersumber dari pejabat Kementerian Luar Negeri Qatar. ”Hal itu berdasarkan prosedur hukum dan kesepakatan regional dan internasional yang berkaitan dengan ekstradisi terdakwa dan penjahat,” tulis media Qatar tersebut mengutip pejabat terkait.
Pemerintah Saudi belum berkomentar terkait langkah Qatar yang mendeportasi Otaibi.
Sejak “Arab Spring” bergejolak di Timur Tengah dan Afrika tahun 2011, pihak berwenang Saudi telah meningkatkan upaya untuk mencegah pembangkangan warganya dengan undang-undang cybercrime yang baru. Saudi juga menjatuhkan hukuman penjara untuk warganya yang mem-posting materi penghinaan terhadap kerajaan Saudi.
Otaibi melakukan perjalanan ke Qatar pada bulan Februari setelah pemerintah Saudi mencabut larangan bepergiannya. Dia diberi suaka di Norwegia saat tinggal di Doha.
”Dia adalah tahanan hati nurani. Pihak berwenang Arab Saudi harus segera membebaskannya dan tanpa syarat dan mengakhiri tindakan keras terhadap pembela hak asasi manusia tanpa henti," kata Lynn Maalouf, direktur riset Timur Tengah dari Amnesty International, seperti dikutip Reuters, Rabu (31/5/2017).
(mas)