Militer Taiwan Ledek China dalam Latihan Perang

Jum'at, 26 Mei 2017 - 10:06 WIB
Militer Taiwan Ledek...
Militer Taiwan Ledek China dalam Latihan Perang
A A A
TAIPEI - Militer Taiwan meledek China dalam sebuah latihan perang di Kepulauan Penghu, Laut China Selatan, kemarin. Dalam manuver tembak, pasukan Taiwan mensimulasikan adegan mengusir pasukan tiruan China.

Latihan perang tahunan ini digelar di tengah meningkatnya ketegangan antara Taipei dan Beijing. Taiwan mensimulasikan sebuah serangan amfibi yang dilakukan oleh pasukan tiruan China, namun berhasil dibalas dan diusir.

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen yang mengamati latihan perang di Penghu menekankan pentingnya latihan itu untuk melindungi otonomi Taiwan.

”Ketika Taiwan menunjukkan tekadnya untuk mengambil jalan otonomi pertahanan, ini menunjukkan kepada dunia tentang tekad kita untuk melindungi rumah dan tanah kita,” katanya dikutip dari South China Morning Post, Jumat (26/5/2017).

China hingga kini tidak mengakui Taiwan sebagai negara yang merdeka. Beijing menganggap Taiwan sebagai provinsinya yang membangkang.

Latihan perang Taiwan bertajuk “Han Kuang” dimulai pada hari Senin. Manuver ini pada awalnya bertujuan untuk mempersiapkan diri dari kemungkinan serangan yang dilakukan China, karena Kementerian Pertahanan Taiwan prihatin dengan ancaman militer yang meningkat dari Beijing.

Latihan ”Han Kuang” menampilkan serangan helikopter dan pesawat jet tempur. Sebanyak delapan bom dijatuhkan pesawat jet tempur F-16 di perairan selatan Kepulauan Penghu, dengan klaim untuk mengusir musuh.

Taiwan, dalam latihan itu, juga menggunakan artileri dan tank bersenjata roket. Berbagai peralatan perang itu menembaki target yang berjarak 18 meter dari pantai.

Sementara itu, otoritas China tetap menentang kegiatan ”kemerdekaan Taiwan” dan mendesak Taipei untuk meninggalkan sikapnya untuk merdeka.

“Penggunaan kekuatan akan membuat pulau itu tidak ada,” ancam juru bicara otoritas China di Kantor Urusan Negara Taiwan, An Fengshan, seperti dikutip Xinhua.

China sedang berupaya melakukan reunifikasi dengan Taiwan, yang secara politik terpecah dari Beijing di tengah perang saudara pada tahun 1949. Beijing yang tak sudi mengakui kemerdekaan Taiwan tetap menegakkan prinsip ”satu-China” yang dideklarasikan pada tahun 1992, di mana dalam prinsip itu Taiwan dinyatakan bagian dari “satu-China”.

Namun, Tsai Ing-wen yang terpilih sebagai presiden Taiwan dalam pemilu tahun 2016 menolak untuk mengikuti prinsip “satu-China”. Dia tetap mendesak Beijing mengakui secara formal kemerdekaan Taipei.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1167 seconds (0.1#10.140)