Trump Yakin Perdamaian Dapat Terwujud
A
A
A
YERUSALEM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengaku memiliki alasan-alasan baru untuk harapan bahwa perdamaian dan stabilitas dapat tercapai di Timur Tengah. Pernyataan itu diungkapkan Trump kemarin saat tiba di Israel setelah meninggalkan Arab Saudi dalam lawatan luar negerinya.
Trump menggelar pertemuan terpisah dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam kunjungan itu. Trump kemarin juga berdoa di Dinding Ratapan dan mengunjungi Gereja Holy Sepulchre di Yerusalem.
Hari ini dia mengunjungi Betlehem di Tepi Barat. Netanyahu dan istrinya, Sara serta Presiden Israel Reuven Rivlin dan anggota kabinet berada di Bandara Ben-Gurion, Tel Aviv, untuk menyambut Trump dan Ibu Negara AS Melania dalam acara karpet merah. Lawatan Trump ini merupakan penerbangan langsung pertama dari Riyadh ke Israel.
“Selama perjalanan saya dalam beberapa hari terakhir, saya telah menemukan alasan-alasan baru untuk harapan,” papar Trump dalam pidato singkat saat kedatangannya di Israel kemarin. Trump menambahkan bahwa sebelumnya mereka memiliki peluang langka untuk membawa keamanan, stabilitas, dan perdamaian ke kawasan ini dan rakyatnya, mengalahkan terorisme dan menciptakan masa depan harmoni, sejahtera dan damai, tapi kami hanya dapat ke sana dengan bekerja sama. Tak ada cara lain.
Lawatan Trump itu dilakukan di tengah berbagai tantangan di dalam negeri AS saat dia harus mengatasi skandal yang muncul setelah pemecatan Direktur FBI James Comey sekitar dua pekan lalu. Lawatan ini akan berakhir pada Sabtu (27/5) setelah kunjungan ke Vatikan, Brussels dan Sicily. Saat sambutan di bandara, Netanyahu menyatakan Israel memahami komitmen Trump untuk perdamaian.
Meski demikian, Netanyahu mengulangi permintaan pemerintahannya pada Palestina, termasuk pengakuan Israel sebagai negara Yahudi. “Mungkin perjalanan pertama Anda ke wilayah kami membuktikan tonggak sejarah menuju rekonsiliasi dan perdamaian,” ungkap Netanyahu. Selama kunjungan Trump di Riyadh, dia mendapat sambutan hangat dari para pemimpin Arab yang fokus pada keinginan Trump mengurangi pengaruh Irandi kawasan tersebut.
Trump juga menggunakan lawatan ke Riyadh untuk memperkuat kerja sama AS dengan Negara-negara Arab dengan mengumumkan penjualan senjata AS ke Arab Saudi senilai USD110 miliar. Trump juga mengirim pesan keras terhadap Iran. “Apa yang terjadi dengan Iran telah membawa banyak bagian Timur Tengah menuju Israel.
Dan Anda dapat katakan, salah satunya, jika menguntungkan, itu akan menguntungkan, karena saya telah melihat perasaan berbeda terhadap Israel dari negara-negara yang Anda tahu tidak merasa sangat baik tentang Israel tidak lama lalu. Dan, ini membawa banyak orang bersama,” kata Trump saat pertemuan di Yerusalem bersama Rivlin.
Trump berjanji melakukan apa pun untuk mendorong perdamaian antara Israel dan Palestina, tapi dia hanya memberi indikasi kecil tentang bagaimana dia dapat memulihkan kembali negosiasi yang terhenti pada 2014. Saat Trump bertemu Abbas bulan ini di Washington, Presiden AS tidak secara langsung menegaskan komitmennya pada solusi dua negara untuk mengakhiri konflik Timur Tengah.
Trump justru lebih menegaskan dukungan “penentuan nasib sendiri” oleh Palestina. Trump juga tidak segera memindahkan Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Tel Aviv ke Yerusalem yang menjadi permintaan lama Israel. Pejabat senior pemerintahan AS menyatakan pekan lalu, Trump tetap komitmen pada kampanyenya untuk relokasi Kedubes AS ke Yerusalem tapi tidak akan mengumumkan langkah tersebut saat kunjungannya.
Akhir pekan lalu, Israel mengizinkan beberapa konsesi ekonomi pada warga Palestina yang diklaim akan memperbaiki kehidupan sipil di wilayah yang dikontrol Otoritas Palestina. Langkah tersebut untuk merespons permintaan Trump agar Israel mengambil langkah membangun kepercayaan. AS menyambut langkah tersebut, tapi Palestina menilai mereka telah mendengar janjijanji Israel itu sebelumnya. Dengan kata lain, Palestina meragukan janji Israel tersebut dapat terwujud.
Trump menggelar pertemuan terpisah dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam kunjungan itu. Trump kemarin juga berdoa di Dinding Ratapan dan mengunjungi Gereja Holy Sepulchre di Yerusalem.
Hari ini dia mengunjungi Betlehem di Tepi Barat. Netanyahu dan istrinya, Sara serta Presiden Israel Reuven Rivlin dan anggota kabinet berada di Bandara Ben-Gurion, Tel Aviv, untuk menyambut Trump dan Ibu Negara AS Melania dalam acara karpet merah. Lawatan Trump ini merupakan penerbangan langsung pertama dari Riyadh ke Israel.
“Selama perjalanan saya dalam beberapa hari terakhir, saya telah menemukan alasan-alasan baru untuk harapan,” papar Trump dalam pidato singkat saat kedatangannya di Israel kemarin. Trump menambahkan bahwa sebelumnya mereka memiliki peluang langka untuk membawa keamanan, stabilitas, dan perdamaian ke kawasan ini dan rakyatnya, mengalahkan terorisme dan menciptakan masa depan harmoni, sejahtera dan damai, tapi kami hanya dapat ke sana dengan bekerja sama. Tak ada cara lain.
Lawatan Trump itu dilakukan di tengah berbagai tantangan di dalam negeri AS saat dia harus mengatasi skandal yang muncul setelah pemecatan Direktur FBI James Comey sekitar dua pekan lalu. Lawatan ini akan berakhir pada Sabtu (27/5) setelah kunjungan ke Vatikan, Brussels dan Sicily. Saat sambutan di bandara, Netanyahu menyatakan Israel memahami komitmen Trump untuk perdamaian.
Meski demikian, Netanyahu mengulangi permintaan pemerintahannya pada Palestina, termasuk pengakuan Israel sebagai negara Yahudi. “Mungkin perjalanan pertama Anda ke wilayah kami membuktikan tonggak sejarah menuju rekonsiliasi dan perdamaian,” ungkap Netanyahu. Selama kunjungan Trump di Riyadh, dia mendapat sambutan hangat dari para pemimpin Arab yang fokus pada keinginan Trump mengurangi pengaruh Irandi kawasan tersebut.
Trump juga menggunakan lawatan ke Riyadh untuk memperkuat kerja sama AS dengan Negara-negara Arab dengan mengumumkan penjualan senjata AS ke Arab Saudi senilai USD110 miliar. Trump juga mengirim pesan keras terhadap Iran. “Apa yang terjadi dengan Iran telah membawa banyak bagian Timur Tengah menuju Israel.
Dan Anda dapat katakan, salah satunya, jika menguntungkan, itu akan menguntungkan, karena saya telah melihat perasaan berbeda terhadap Israel dari negara-negara yang Anda tahu tidak merasa sangat baik tentang Israel tidak lama lalu. Dan, ini membawa banyak orang bersama,” kata Trump saat pertemuan di Yerusalem bersama Rivlin.
Trump berjanji melakukan apa pun untuk mendorong perdamaian antara Israel dan Palestina, tapi dia hanya memberi indikasi kecil tentang bagaimana dia dapat memulihkan kembali negosiasi yang terhenti pada 2014. Saat Trump bertemu Abbas bulan ini di Washington, Presiden AS tidak secara langsung menegaskan komitmennya pada solusi dua negara untuk mengakhiri konflik Timur Tengah.
Trump justru lebih menegaskan dukungan “penentuan nasib sendiri” oleh Palestina. Trump juga tidak segera memindahkan Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Tel Aviv ke Yerusalem yang menjadi permintaan lama Israel. Pejabat senior pemerintahan AS menyatakan pekan lalu, Trump tetap komitmen pada kampanyenya untuk relokasi Kedubes AS ke Yerusalem tapi tidak akan mengumumkan langkah tersebut saat kunjungannya.
Akhir pekan lalu, Israel mengizinkan beberapa konsesi ekonomi pada warga Palestina yang diklaim akan memperbaiki kehidupan sipil di wilayah yang dikontrol Otoritas Palestina. Langkah tersebut untuk merespons permintaan Trump agar Israel mengambil langkah membangun kepercayaan. AS menyambut langkah tersebut, tapi Palestina menilai mereka telah mendengar janjijanji Israel itu sebelumnya. Dengan kata lain, Palestina meragukan janji Israel tersebut dapat terwujud.
(esn)