Yordania Berpotensi Jadi Pangkalan Udara Jerman Gantikan Incirlik
A
A
A
AMMAN - Menteri Pertahanan Jerman mengatakan ia telah mengunjungi pangkalan udara Yordania yang dipandang sebagai alternatif pengganti Incirlik Turik. Menurutnya, Yordania menunjukkan banyak potensi.
"Ada banyak potensi di pangkalan udara ini dan kami sangat berterima kasih atas sambutan yang sangat positif dan banyak dukungan," kata Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen pada pertemuan regional Forum Ekonomi Dunia di Yordania seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (21/5/2017).
Sehari sebelumnya, von der Leyen mengunjungi pangkalan udara Azraq yang kemungkinan akan menjadi alternatif untuk menempatkan tentara Jerman dalam koalisi anti ISIS pimpinan Amerika Serikat (AS). Selama ini, Jerman menempatkan pasukannya di pangkalan udara Incirlik, Turki.
Von der Leyen menekankan belum ada keputusan untuk memindahkan pasukannya. "Pemeriksaan tersebut diperlukan jika kita harus pindah, kita akan siap," katanya.
Awal pekan ini, von der Leyen menegaskan bahwa negara tersebut sedang mempertimbangkan delapan lokasi untuk kemungkinan relokasi tentara.
Jerman mulai mengerahkan kemungkinan pengganti Incirlik karena hubungan dengan Ankara mendapat pukulan baru awal pekan ini. Turki memblokir sebuah pertemuan yang dijadwalkan dengan anggota parlemen Jerman dengan pasukan yang ditempatkan di pangkalan tersebut. Kunjungan tersebut dijadwalkan pada hari Selasa.
Keputusan Ankara datang setelah Berlin untuk memberikan suaka kepada beberapa warga Turki, yang diduga oleh Ankara terkait dengan usaha kudeta tahun lalu yang gagal. Orang-orang tersebut dilaporkan memegang paspor diplomatik dan ditempatkan di fasilitas NATO di Jerman pada saat percobaan kudeta Juli 2016.
"Kami menyesalkan keputusan Jerman untuk menerima permohonan suaka," kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan.
Von der Leyen, bagaimanapun, sekali lagi menekankan bahwa konsultasi dengan Turki mengenai masalah tersebut masih berlangsung. Pernyataan ini menguatkan komentar yang disampaikan oleh Kanselir Jerman Angela Merkel awal pekan ini, yang mengatakan: "Berlin akan terus berbicara dengan Turki, namun secara paralel kita akan harus mencari cara lain untuk memenuhi mandat kita."
Ini bukan pertama kalinya Turki melarang legislator Jerman untuk bertemu dengan tentara yang ditempatkan di pangkalan Incirlik. Langkah serupa terjadi pada tahun lalu, menyusul keputusan parlemen Jerman untuk mengakui pembantaian warga Ottoman di Armenia pada awal abad ke-20 sebagai genosida. Turki dengan tegas menyangkal bahwa terjadi genosida.
"Ada banyak potensi di pangkalan udara ini dan kami sangat berterima kasih atas sambutan yang sangat positif dan banyak dukungan," kata Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen pada pertemuan regional Forum Ekonomi Dunia di Yordania seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (21/5/2017).
Sehari sebelumnya, von der Leyen mengunjungi pangkalan udara Azraq yang kemungkinan akan menjadi alternatif untuk menempatkan tentara Jerman dalam koalisi anti ISIS pimpinan Amerika Serikat (AS). Selama ini, Jerman menempatkan pasukannya di pangkalan udara Incirlik, Turki.
Von der Leyen menekankan belum ada keputusan untuk memindahkan pasukannya. "Pemeriksaan tersebut diperlukan jika kita harus pindah, kita akan siap," katanya.
Awal pekan ini, von der Leyen menegaskan bahwa negara tersebut sedang mempertimbangkan delapan lokasi untuk kemungkinan relokasi tentara.
Jerman mulai mengerahkan kemungkinan pengganti Incirlik karena hubungan dengan Ankara mendapat pukulan baru awal pekan ini. Turki memblokir sebuah pertemuan yang dijadwalkan dengan anggota parlemen Jerman dengan pasukan yang ditempatkan di pangkalan tersebut. Kunjungan tersebut dijadwalkan pada hari Selasa.
Keputusan Ankara datang setelah Berlin untuk memberikan suaka kepada beberapa warga Turki, yang diduga oleh Ankara terkait dengan usaha kudeta tahun lalu yang gagal. Orang-orang tersebut dilaporkan memegang paspor diplomatik dan ditempatkan di fasilitas NATO di Jerman pada saat percobaan kudeta Juli 2016.
"Kami menyesalkan keputusan Jerman untuk menerima permohonan suaka," kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan.
Von der Leyen, bagaimanapun, sekali lagi menekankan bahwa konsultasi dengan Turki mengenai masalah tersebut masih berlangsung. Pernyataan ini menguatkan komentar yang disampaikan oleh Kanselir Jerman Angela Merkel awal pekan ini, yang mengatakan: "Berlin akan terus berbicara dengan Turki, namun secara paralel kita akan harus mencari cara lain untuk memenuhi mandat kita."
Ini bukan pertama kalinya Turki melarang legislator Jerman untuk bertemu dengan tentara yang ditempatkan di pangkalan Incirlik. Langkah serupa terjadi pada tahun lalu, menyusul keputusan parlemen Jerman untuk mengakui pembantaian warga Ottoman di Armenia pada awal abad ke-20 sebagai genosida. Turki dengan tegas menyangkal bahwa terjadi genosida.
(ian)