Pengadilan Australia: Potongan Kaki Mayang Prasetyo Ditemukan di Panci
A
A
A
BRISBANE - Sidang kasus pembunuhan dan mutilasi terhadap Mayang Prasetyo , wanita transgender asal Indonesia dibuka di Pengadilan Brisbane, Australia, Senin (15/5/2017). Dalam sidang terungkap bahwa kasus ini terbongkar setelah polisi menemukan potongan kaki korban di panci dapur di sebuah apartemen di Brisbane.
Pembunuhan terhadap Mayang terjadi tahun 2014 lalu. Pelakunya adalah pasangan Mayang, Marcus Volke, seorang koki Australia. Pelaku bunuh diri tak lama setelah melarikan diri dari lokasi kejadian.
Polisi yang menyelidiki hilangnya Mayang awalnya menemukan beberapa potongan jenazah di dalam kantong sampah hitam di dalam mesin cuci di apartemen Volke. Tak lama kemudian, polisi menemukan potongan kaki korban di dalam panci yang di sampingnya tergenang darah.
Menurut hasil penyelidikan yang dibuka di pengadilan, Volke telah menemui dokter karena gelisah, depresi dan mengalami gangguan tidur pada minggu-minggu awal sebelum membunuh Mayang.
Polisi percaya Mayang dibunuh dan dilecehkan oleh Volke di apartemennya sebelum pria itu melarikan diri ke kawasan industri terdekat. Volke lari setelah polisi tiba di apartemennya untuk menyelidiki laporan tentang bau busuk yang berasal dari flat tersebut.
Dektektif polisi yang melakukan penyelidikan, Joshua Walsh, mengatakan bahwa Volke telah mempresentasikan diri kepada dokter yang berbasis di Newstead, bahwa dia mengalami gangguan kesehatan mental dua minggu sebelum kematian pasangannya pada bulan Oktober 2014.
Menurut Walsh, polisi telah mendapatkan catatan medis yang menunjukkan bahwa Volke pernah mencari perawatan di rumah sakit Victoria Ballarat saat berusia 16 tahun.
Volke awalnya bertemu dengan Mayang saat dia bekerja sebagai “pendamping” di kelab Melbourne. Menurut pengadilan, pekerjaan yang dikenal publik sebagai gigolo itu dia jalani untuk membayar utang kartu kredit senilai AUS9.000.
Dalam pernyataan pembuka, asisten pengacara yang menangani kasus pembunuhan ini, Emily Cooper, mengatakan bahwa tetangga di apartemen mencium bau busuk dari apartemen pasangan Mayang-Volke pada tanggal 3 Oktober atau sehari setelah mereka berdebat.
Pada hari yang sama, Volke pergi ke rumah sakit Royal Brisbane untuk mendapatkan perawatan tangannya yang terluka.
Seorang manajer gedung apartemen Teneriffe, tempat pasangan itu tinggal, menghubungi polisi keesokan harinya dan mengaku melihat noda darah dan produk pembersih di dalamnya.
Salah satu petugas polisi yang menanggapi laporan tersebut, Bryan Reid, mengatakan bahwa manajer apartemen menganggap ada sesuatu yang tidak beres.
”Mereka tahu ada perempuan yang tinggal di sana bersama pria itu dan mereka tidak melihatnya selama beberapa hari, serta ada bau busuk di sekitar sana,” kata Reid di pengadilan, seperti dikutip Guardian.
”Itu bau yang tidak enak, itu adalah sesuatu yang tidak pernah saya cium sebelumnya dan benar-benar tidak bisa menggambarkannya.”
Polisi sempat menanyai Volke di luar apartemen sebelum masuk ke dalam. Volke kemudian mengunci pintu, melukai diri sendiri dan keluar dari belakang bangunan. Dia kemudian ditemukan tewas di tempat sampah di kawasan industri tak jauh dari apartemen.
Ketika polisi memasuki apartemen, mereka awalnya mengira potongan kaki Mayang adalah lelucon.
”Saya pikir itu adalah lelucon yang sakit, semacam Halloween,” ujar petugas polisi Liam McQueen di pengadilan. ”Ada genangan darah di bawah lemari es.”
Pembunuhan terhadap Mayang terjadi tahun 2014 lalu. Pelakunya adalah pasangan Mayang, Marcus Volke, seorang koki Australia. Pelaku bunuh diri tak lama setelah melarikan diri dari lokasi kejadian.
Polisi yang menyelidiki hilangnya Mayang awalnya menemukan beberapa potongan jenazah di dalam kantong sampah hitam di dalam mesin cuci di apartemen Volke. Tak lama kemudian, polisi menemukan potongan kaki korban di dalam panci yang di sampingnya tergenang darah.
Menurut hasil penyelidikan yang dibuka di pengadilan, Volke telah menemui dokter karena gelisah, depresi dan mengalami gangguan tidur pada minggu-minggu awal sebelum membunuh Mayang.
Polisi percaya Mayang dibunuh dan dilecehkan oleh Volke di apartemennya sebelum pria itu melarikan diri ke kawasan industri terdekat. Volke lari setelah polisi tiba di apartemennya untuk menyelidiki laporan tentang bau busuk yang berasal dari flat tersebut.
Dektektif polisi yang melakukan penyelidikan, Joshua Walsh, mengatakan bahwa Volke telah mempresentasikan diri kepada dokter yang berbasis di Newstead, bahwa dia mengalami gangguan kesehatan mental dua minggu sebelum kematian pasangannya pada bulan Oktober 2014.
Menurut Walsh, polisi telah mendapatkan catatan medis yang menunjukkan bahwa Volke pernah mencari perawatan di rumah sakit Victoria Ballarat saat berusia 16 tahun.
Volke awalnya bertemu dengan Mayang saat dia bekerja sebagai “pendamping” di kelab Melbourne. Menurut pengadilan, pekerjaan yang dikenal publik sebagai gigolo itu dia jalani untuk membayar utang kartu kredit senilai AUS9.000.
Dalam pernyataan pembuka, asisten pengacara yang menangani kasus pembunuhan ini, Emily Cooper, mengatakan bahwa tetangga di apartemen mencium bau busuk dari apartemen pasangan Mayang-Volke pada tanggal 3 Oktober atau sehari setelah mereka berdebat.
Pada hari yang sama, Volke pergi ke rumah sakit Royal Brisbane untuk mendapatkan perawatan tangannya yang terluka.
Seorang manajer gedung apartemen Teneriffe, tempat pasangan itu tinggal, menghubungi polisi keesokan harinya dan mengaku melihat noda darah dan produk pembersih di dalamnya.
Salah satu petugas polisi yang menanggapi laporan tersebut, Bryan Reid, mengatakan bahwa manajer apartemen menganggap ada sesuatu yang tidak beres.
”Mereka tahu ada perempuan yang tinggal di sana bersama pria itu dan mereka tidak melihatnya selama beberapa hari, serta ada bau busuk di sekitar sana,” kata Reid di pengadilan, seperti dikutip Guardian.
”Itu bau yang tidak enak, itu adalah sesuatu yang tidak pernah saya cium sebelumnya dan benar-benar tidak bisa menggambarkannya.”
Polisi sempat menanyai Volke di luar apartemen sebelum masuk ke dalam. Volke kemudian mengunci pintu, melukai diri sendiri dan keluar dari belakang bangunan. Dia kemudian ditemukan tewas di tempat sampah di kawasan industri tak jauh dari apartemen.
Ketika polisi memasuki apartemen, mereka awalnya mengira potongan kaki Mayang adalah lelucon.
”Saya pikir itu adalah lelucon yang sakit, semacam Halloween,” ujar petugas polisi Liam McQueen di pengadilan. ”Ada genangan darah di bawah lemari es.”
(mas)