Wabah Kolera, Yaman Umumkan Keadaan Darurat di Sanaa
A
A
A
SANAA - Pejabat di ibukota Yaman, Sanaa, mengumumkan keadaan darurat pada hari Minggu setelah terjadi wabah kolera, yang telah menewaskan puluhan orang. Sanaa sendiri saat ini berada di bawah kontrol gerakan bersenjata Houthi.
Kementerian kesehatan Yaman meminta organisasi kemanusiaan dan organisasi donor bantuan lainnya untuk membantu menangani epidemi ini dan mencegah sebuah bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Sistem kesehatan, yang sangat terdegradasi oleh lebih dari dua tahun perang yang juga membuat jutaan orang mengungsi, tidak dapat mengatasinya," kata seperti dikutip Reuters dari kantor berita negara, Saba, Senin (15/5/2017).
Yaman terjebak dalam konflik antara pemberontak Houthi, selaras dengan Iran, dan sebuah koalisi yang didukung oleh Barat, yang dipimpin oleh Arab Saudi. Lebih dari 10.000 orang terbunuh, kebanyakan akibat serangan udara yang hampir setiap hari terjadi sejak pertempuran dimulai.
"Hanya beberapa fasilitas medis yang masih berfungsi dan dua pertiga penduduknya tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman," kata PBB. Sebuah epidemi akhir tahun lalu telah berakhir namun wabah kolera menjadi lebih sering.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Penyakit diare telah menewaskan 51 orang sejak 27 April, dan 2.752 orang menjadi suspect kasus. Lima puluh delapan kasus lagi telah dikonfirmasi.
Data WHO menunjukkan Sanaa adalah lokasi terparah dari wabah tersebut, diikuti oleh Provinsi Amanat al-Semah. Kasus juga telah dilaporkan di kota-kota besar lainnya termasuk Hodeidah, Taiz dan Aden.
WHO mengatakan bahwa 7,6 juta orang tinggal di wilayah yang berisiko tinggi tertular kolera.
"Sekitar 17 juta dari 26 juta orang di Yaman kekurangan makanan dan setidaknya tiga juta anak-anak yang kekurangan gizi berada dalam bahaya berat", kata PBB.
Kementerian kesehatan Yaman meminta organisasi kemanusiaan dan organisasi donor bantuan lainnya untuk membantu menangani epidemi ini dan mencegah sebuah bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Sistem kesehatan, yang sangat terdegradasi oleh lebih dari dua tahun perang yang juga membuat jutaan orang mengungsi, tidak dapat mengatasinya," kata seperti dikutip Reuters dari kantor berita negara, Saba, Senin (15/5/2017).
Yaman terjebak dalam konflik antara pemberontak Houthi, selaras dengan Iran, dan sebuah koalisi yang didukung oleh Barat, yang dipimpin oleh Arab Saudi. Lebih dari 10.000 orang terbunuh, kebanyakan akibat serangan udara yang hampir setiap hari terjadi sejak pertempuran dimulai.
"Hanya beberapa fasilitas medis yang masih berfungsi dan dua pertiga penduduknya tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman," kata PBB. Sebuah epidemi akhir tahun lalu telah berakhir namun wabah kolera menjadi lebih sering.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Penyakit diare telah menewaskan 51 orang sejak 27 April, dan 2.752 orang menjadi suspect kasus. Lima puluh delapan kasus lagi telah dikonfirmasi.
Data WHO menunjukkan Sanaa adalah lokasi terparah dari wabah tersebut, diikuti oleh Provinsi Amanat al-Semah. Kasus juga telah dilaporkan di kota-kota besar lainnya termasuk Hodeidah, Taiz dan Aden.
WHO mengatakan bahwa 7,6 juta orang tinggal di wilayah yang berisiko tinggi tertular kolera.
"Sekitar 17 juta dari 26 juta orang di Yaman kekurangan makanan dan setidaknya tiga juta anak-anak yang kekurangan gizi berada dalam bahaya berat", kata PBB.
(ian)