Assad Tuding Barat Berupaya Picu Pelanggaran di Zona Aman
A
A
A
DAMASKUS - Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan bahwa Suriah, Rusia dan Iran akan mencegah terjadinya pelanggaran di Zona Aman. Ia menyebut negara-negara Barat berupaya untuk kembali meningkatkan situasi di negara yang dilanda perang itu.
Assad mengatakan setiap upaya untuk melanggar perjanjian deeskalasi di Suriah akan diimbangi oleh tentara Suriah, pasukan Rusia dan Iran, dengan dukungan Hizbullah.
"Setiap eskalasi akan gagal, karena pasukan Suriah dan Rusia, dengan dukungan Iran, dan dengan dukungan dari Hizbullah, akan menyerang setiap bagian dari teroris jika mereka berusaha untuk melanggar kesepakatan ini," kata Assad seperti dikutip dari Sputniknews, Jumat (12/5/2017).
Dia juga menunjukkan bahwa empat zona aman di Suriah ditujukan tidak hanya untuk melindungi warga sipil namun memberi kesempatan kepada militan untuk menyerahkan senjata sebagai imbalan atas amnesti.
"Tujuannya adalah untuk melindungi warga sipil di daerah-daerah ini. Tujuan kedua adalah memberi kesempatan kepada pemberontak yang berkepentingan untuk merekonsiliasi diri mereka dengan negara, seperti yang terjadi di daerah lain," kata Assad.
Sebelumnya pada bulan Mei, Rusia, Turki dan Iran menandatangani memorandum tentang pembentukan zona aman di negara tersebut sebagai bagian dari perundingan Astana mengenai pemukiman Suriah.
Keempat zona tersebut termasuk provinsi Idlib barat laut dan bagian-bagian Latakia tetangga, Hama dan Aleppo, sebelah utara provinsi pusat Homs, Ghouta Timur dekat Damaskus, serta wilayah selatan Daraa dan Quneitra.
Rusia dan Turki adalah penjamin rezim gencatan senjata Suriah yang mulai berlaku pada tanggal 30 Desember 2016, dan telah bertahan secara umum, meskipun terus melaporkan terjadinya pelanggaran. Dewan Keamanan PBB mengeluarkan sebuah resolusi pada bulan Desember 2016 yang mendukung usaha tersebut.
Assad mengatakan setiap upaya untuk melanggar perjanjian deeskalasi di Suriah akan diimbangi oleh tentara Suriah, pasukan Rusia dan Iran, dengan dukungan Hizbullah.
"Setiap eskalasi akan gagal, karena pasukan Suriah dan Rusia, dengan dukungan Iran, dan dengan dukungan dari Hizbullah, akan menyerang setiap bagian dari teroris jika mereka berusaha untuk melanggar kesepakatan ini," kata Assad seperti dikutip dari Sputniknews, Jumat (12/5/2017).
Dia juga menunjukkan bahwa empat zona aman di Suriah ditujukan tidak hanya untuk melindungi warga sipil namun memberi kesempatan kepada militan untuk menyerahkan senjata sebagai imbalan atas amnesti.
"Tujuannya adalah untuk melindungi warga sipil di daerah-daerah ini. Tujuan kedua adalah memberi kesempatan kepada pemberontak yang berkepentingan untuk merekonsiliasi diri mereka dengan negara, seperti yang terjadi di daerah lain," kata Assad.
Sebelumnya pada bulan Mei, Rusia, Turki dan Iran menandatangani memorandum tentang pembentukan zona aman di negara tersebut sebagai bagian dari perundingan Astana mengenai pemukiman Suriah.
Keempat zona tersebut termasuk provinsi Idlib barat laut dan bagian-bagian Latakia tetangga, Hama dan Aleppo, sebelah utara provinsi pusat Homs, Ghouta Timur dekat Damaskus, serta wilayah selatan Daraa dan Quneitra.
Rusia dan Turki adalah penjamin rezim gencatan senjata Suriah yang mulai berlaku pada tanggal 30 Desember 2016, dan telah bertahan secara umum, meskipun terus melaporkan terjadinya pelanggaran. Dewan Keamanan PBB mengeluarkan sebuah resolusi pada bulan Desember 2016 yang mendukung usaha tersebut.
(ian)