Hamas: Konflik dengan Israel Adalah Politik, Bukan Agama
A
A
A
DOHA - Kepala biro politik Hamas, Khaled Mashal menyatakan, konflik dengan Israel bukanlah konflik agama, melainkan konflik politik. Hal itu dia sampaikan saat pengumuman kebijakan baru Hamas di Doha, Qatar.
Dalam kebijakan baru Hamas, Mashal menyatakan, pihaknya mendukung pembentukan negara Palestina berdasarkan perjanjian perbatasan pada tahun 1967. Namun, Hamas tetap menegaskan mereka menolak keberadaan Israel.
Melansir Al Arabiya pada Selasa (2/5), Mashal menyatakan pendekatan baru Hamas ini dibuat berdasarkan pengembangan dan fleksibilitas tanpa mengorbankan prinsip Hamas, atau hak apa pun.
"Kebijakan Hamas mencakup hak pengembalian yang tidak dapat dicabut, Hamas tidak mengakui Israel dan hak tersebut tidak termasuk dalam undang-undang pembatasan, dan perlawanan terhadap pendudukan adalah hak yang sah," ucap Mashal.
Seperti yang sudah diprediksi sebelumnya, Hamas juga menghapus seruan eksplisit untuk menghancurkan Israel, dan menjauhkan diri dari Ikhwanul Muslimin, dalam upaya menjaga hubungan baik dengan Mesir.
Dalam kebijakan baru Hamas, Mashal menyatakan, pihaknya mendukung pembentukan negara Palestina berdasarkan perjanjian perbatasan pada tahun 1967. Namun, Hamas tetap menegaskan mereka menolak keberadaan Israel.
Melansir Al Arabiya pada Selasa (2/5), Mashal menyatakan pendekatan baru Hamas ini dibuat berdasarkan pengembangan dan fleksibilitas tanpa mengorbankan prinsip Hamas, atau hak apa pun.
"Kebijakan Hamas mencakup hak pengembalian yang tidak dapat dicabut, Hamas tidak mengakui Israel dan hak tersebut tidak termasuk dalam undang-undang pembatasan, dan perlawanan terhadap pendudukan adalah hak yang sah," ucap Mashal.
Seperti yang sudah diprediksi sebelumnya, Hamas juga menghapus seruan eksplisit untuk menghancurkan Israel, dan menjauhkan diri dari Ikhwanul Muslimin, dalam upaya menjaga hubungan baik dengan Mesir.
(esn)