Marie Le Pen Sebut Macron Sosok Lemah
A
A
A
PARIS - Calon Presiden Prancis, Marie Le Pen melemparkan serangan terhadap rivalnya, Emmanuel Macron. Le Pen menilai Macron adalah sosok yang lemah, khususnya bila membahas mengenai terorisme.
"Saya berada di lapangan untuk bertemu orang-orang Prancis guna menarik perhatian mereka ke topik-topik penting, termasuk terorisme, yang paling tidak bisa kita katakan Macron sangat lemah dalam hal itu," kata Le Pen.
"Macron tidak memiliki proyek untuk melindungi rakyat Prancis dalam menghadapi bahaya terorisme. Bersaing dengan Macron adalah sebuah referendum mengenai globalisasi yang tidak terkendali," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Senin (24/4).
Macron dan Le Pen adalah dua kandidat Presiden Prancis yang menang dalam pemilu tahap pertama yang berlangsung kemarin. Keduanya akan kembali bersaing mendapatkan suara dari warga Prancis pada pertengahan Mei mendatang.
Macron, dari gerakan En Marche, meraih 23,7% suara. Sedangkan Le Pen, pemimpin Front Nasional—partai sayap kanan—meraih 21,7% suara.
Kesuksesan kedua kandidat itu tercatat sebagai yang pertama kali dalam sejarah Prancis modern. Sebelumnya tidak pernah ada kandidat dari kubu sayap kanan maupun sayap kiri yang lolos putran kedua pilpres Prancis.
"Saya berada di lapangan untuk bertemu orang-orang Prancis guna menarik perhatian mereka ke topik-topik penting, termasuk terorisme, yang paling tidak bisa kita katakan Macron sangat lemah dalam hal itu," kata Le Pen.
"Macron tidak memiliki proyek untuk melindungi rakyat Prancis dalam menghadapi bahaya terorisme. Bersaing dengan Macron adalah sebuah referendum mengenai globalisasi yang tidak terkendali," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Senin (24/4).
Macron dan Le Pen adalah dua kandidat Presiden Prancis yang menang dalam pemilu tahap pertama yang berlangsung kemarin. Keduanya akan kembali bersaing mendapatkan suara dari warga Prancis pada pertengahan Mei mendatang.
Macron, dari gerakan En Marche, meraih 23,7% suara. Sedangkan Le Pen, pemimpin Front Nasional—partai sayap kanan—meraih 21,7% suara.
Kesuksesan kedua kandidat itu tercatat sebagai yang pertama kali dalam sejarah Prancis modern. Sebelumnya tidak pernah ada kandidat dari kubu sayap kanan maupun sayap kiri yang lolos putran kedua pilpres Prancis.
(esn)