Pejabat Korut Tuding AS Berusaha Picu Perang Nuklir
A
A
A
NEW YORK - Wakil Duta PBB Korea Utara (Korut) menuduh Amerika Serikat (AS) mengubah Semenanjung Korea menjadi "hotspot" terbesar di dunia. Ia juga menuding AS menciptakan situasi berbahaya di mana perang termonuklir bisa pecah setiap saat.
"Jika AS berani untuk memilih aksi militer, Korut siap untuk bereaksi terhadap modus perang yang diinginkan oleh AS," kata Kim In-ryong seperti dikutip dari Chicago Tribune, Selasa (18/4/2017).
Dikatakan oleh Ryong, pengerahan armada kapal induk USS Carl Vinson oleh pemerintahan Trump ke Semenanjung Korea membuktikan AS bertingkah sembrono untuk menyerang Korut. Menurutnya, AS telah mencapai tahap yang serius dari skenarionya.
Ryong juga menekankan bahwa latihan militer Korea Selatan (Korsel)-AS yang dipentaskan sekarang adalah yang terbesar yang pernah dihelat. Latihan perang agresif itu bertujuan membidik negaranya.
"Situasi genting yang terjadi membuktikan sekali lagi bahwa Korut sepenuhnya meningkatkan kemampuan militer untuk pertahanan diri dan serangan pre emptive dengan nuklir sebagai porosnya," tegas Ryong.
Ketegangan telah meningkat ketika Korut mempercepat pengembangan senjata. Korut telah melakukan dua uji coba nuklir dan 24 tes rudal balistik tahun lalu. Tindakan itu menentang enam resolusi sanksi Dewan Keamanan PBB yang melarang pengujian apapun. Tahun ini, Korut telah meluncurkan sejumlah rudal, termasuk usaha terakhir yang gagal pada pekan lalu.
"Jika AS berani untuk memilih aksi militer, Korut siap untuk bereaksi terhadap modus perang yang diinginkan oleh AS," kata Kim In-ryong seperti dikutip dari Chicago Tribune, Selasa (18/4/2017).
Dikatakan oleh Ryong, pengerahan armada kapal induk USS Carl Vinson oleh pemerintahan Trump ke Semenanjung Korea membuktikan AS bertingkah sembrono untuk menyerang Korut. Menurutnya, AS telah mencapai tahap yang serius dari skenarionya.
Ryong juga menekankan bahwa latihan militer Korea Selatan (Korsel)-AS yang dipentaskan sekarang adalah yang terbesar yang pernah dihelat. Latihan perang agresif itu bertujuan membidik negaranya.
"Situasi genting yang terjadi membuktikan sekali lagi bahwa Korut sepenuhnya meningkatkan kemampuan militer untuk pertahanan diri dan serangan pre emptive dengan nuklir sebagai porosnya," tegas Ryong.
Ketegangan telah meningkat ketika Korut mempercepat pengembangan senjata. Korut telah melakukan dua uji coba nuklir dan 24 tes rudal balistik tahun lalu. Tindakan itu menentang enam resolusi sanksi Dewan Keamanan PBB yang melarang pengujian apapun. Tahun ini, Korut telah meluncurkan sejumlah rudal, termasuk usaha terakhir yang gagal pada pekan lalu.
(ian)