Pandang China, Duterte Batal Kibarkan Bendera di Pulau Sengketa
A
A
A
MANILA - Presiden Rodrigo Duterte membatalkan kunjungan dan mengibarkan bendera di Kepulauan Spratly, Laut China Selatan, yang jadi sengketa dengan China. Alasan pembatalan itu karena Duterte memandang China dan tidak mau bermusuhan dengan Beijing.
Filipina melalui Pengadilan Arbitrase Internasional di Den Hag bulan Juli 2016 dinyatakan sebagai pemilik hak kedaulatan atas Kepulauan Spratly. Pengadilan itu juga menolak klaim China atas hampir seluruh kawasan Laut China Selatan.
”Karena persahabatan kita dengan China dan karena kami menghargai persahabatan Anda, saya tidak akan pergi ke sana untuk menaikkan bendera Filipina,” katanya saat melakukan kunjungan resmi ke Arab Saudi yang dilansir Reuters, Kamis (13/4/2017).
“Saya akan mengoreksi diri karena kami menghargai persahabatan kami dengan China,” ujarnya.
Padahal, pada pekan lalu Duterte telah berencana mengujungi pulau sengketa tersebut dan mengikuti upacara bendera di sana.
”Sepertinya semua orang akan mengambil pulau-pulau di sana. Jadi kita lebih baik tinggal dengan orang-orang (di pulau) yang masih kosong. Apa yang kita lakukan sekarang, kita klaim itu dan membuat titik kuat dari sana,” ujar Duterte pekan lalu.
”Ada sekitar sembilan atau sepuluh pulau di sana, kita harus membentenginya,” ujar dia. ”Saya harus membangun bunker di sana atau rumah dan ketentuan untuk hunian.”
Filipina melalui Pengadilan Arbitrase Internasional di Den Hag bulan Juli 2016 dinyatakan sebagai pemilik hak kedaulatan atas Kepulauan Spratly. Pengadilan itu juga menolak klaim China atas hampir seluruh kawasan Laut China Selatan.
”Karena persahabatan kita dengan China dan karena kami menghargai persahabatan Anda, saya tidak akan pergi ke sana untuk menaikkan bendera Filipina,” katanya saat melakukan kunjungan resmi ke Arab Saudi yang dilansir Reuters, Kamis (13/4/2017).
“Saya akan mengoreksi diri karena kami menghargai persahabatan kami dengan China,” ujarnya.
Padahal, pada pekan lalu Duterte telah berencana mengujungi pulau sengketa tersebut dan mengikuti upacara bendera di sana.
”Sepertinya semua orang akan mengambil pulau-pulau di sana. Jadi kita lebih baik tinggal dengan orang-orang (di pulau) yang masih kosong. Apa yang kita lakukan sekarang, kita klaim itu dan membuat titik kuat dari sana,” ujar Duterte pekan lalu.
”Ada sekitar sembilan atau sepuluh pulau di sana, kita harus membentenginya,” ujar dia. ”Saya harus membangun bunker di sana atau rumah dan ketentuan untuk hunian.”
(mas)