Banjir Terjang Selandia Baru

Jum'at, 07 April 2017 - 20:17 WIB
Banjir Terjang Selandia Baru
Banjir Terjang Selandia Baru
A A A
WELLINGTON - Tim penyelamat menggunakan traktor dan perahu untuk mengevakuasi ribuan orang yang terjebak banjir di North Island, Selandia Baru, kemarin. Banjir itu diakibatkan sisa kekuatan dari Siklon Debbie yang menurut para meteorologis sebagai kejadian per 500 tahun.

Dampak dari badai yang sempat mencapai kategori 4 itu juga masih terasa di Australia, sepekan setelah Debbie menerjang negara bagian Queensland dan mengakibatkan banjir di Kota Rockhampton. Badai itu menewaskan enam orang di Australia, menghancurkan resor wisata, merusak jaringan listrik, dan menutup sejumlah tambang batu bara.

Adapun di Selandia Baru, beberapa ruas jalan masih tertutup atau terhalang tanah longsor yang terjadi di berbagai lokasi di North Island. Sebelumnya, Siklon Debbie selama dua hari membawa hujan lebat ke wilayah itu. Belum ada korban tewas di Selandia Baru, tapi otoritas melanjutkan pencarian seorang pria yang hilang ditelan luapan sungai.

“Di sana masih ada risiko korban tewas,” ungkap Deputi Perdana Menteri (PM) Selandia Baru PaulaBennettdiWellington dikutip kantor berita Reuters. Bersamaan dengan itu, tim penyelamat mengevakuasi warga Kota Edgecumbe di Teluk Plenty. “Dalam kondisi sekarang, pesannya harus sangat jelas bagi warga, yakni tetap tinggalkan rumah dan tetap di tempat penampungan,” kata Bennett. Seluruh warga Kota Edgecumbe telah dievakuasi.

Sekitar 600 rumah dan 2.000 orang terkena dampak banjir di kota itu. Ketinggian air di kota tersebut mencapai dua meter di beberapa lokasi. Kepolisian telah memasang penghalang jalan untuk mencegah warga kembali ke rumah mereka yang saat ini masih tergenang banjir. Meski evakuasi warga Edgecumbe telah selesai, personel darurat masih mengevakuasi puluhan warga dari Kota Whakatane.

Banjir itu sangat parah karena beberapa bagian dari Teluk Plenty menerima curah hujan hingga 250 milimeter dalam 36 jam terakhir. “Kita harus mengungsi. Rumah telah tergenang banjir total. Kami tidak tahu seberapa buruk kondisi ini,” ungkap seorang warga pada Reuters. Kondisi Pegunungan Selandia Baru mengakibatkan jalan-jalan rawan terkena tanah longsor.

Banyak wilayah juga masih memulihkan diri dari dampak gempa bumi berkekuatan 7,8 Skala Richterpada Novemberlalu. Kota wisata Pantai Kaikoura yang menjadi pusat gempa terisolasi dari arah mana pun untuk kedua kali dalam enam bulan saat jalanan terkena tanah longsor. Sementara di Australia, ketinggian banjir meningkat di Kota Rockhampton, kemarin siang.

Air menggenangi jalanan utama, kawasan pertokoan, dan perumahan. Warga menggunakan perahu untuk melintasi jalan utama. Lebih dari 200 rumah di Kota Rockhampton tergenang banjir setelah air sungai meluap. Ketinggian air di Sungai Fitzroy mencapai 8,75 meter di kota itu. Otoritas telah memperingatkan Kota Rockhampton akan menghadapi banjir besar setidaknya selama sehari.

“Ketinggian air sangat luar biasa,” ujar Perdana Menteri Negara Bagian Queensland Annastacia Palaszczuk dikutip BBC. Meski tanggul-tanggul sementara telah dipasang, banjir tetap menerjang sebagian besar gedung sehingga sebagian besar jalanandanbandara di-tutup. Air juga menggenan gilan dasan pacu di bandara.

Otoritas menyatakanbandara akanditutupselama enam hari dan genangan air diperkirakan tidak akan surut hingga akhir pekan ini. Penasihat Lokal dan Ketua Komite Manajemen Bencana Daerah Tony Williams menyatakan, pemulihan akibat banjir ini membutuhkan waktu hingga dua tahun. “Saya pikir akan ada banyak dampak bagi bisnis,” katanya.

Zona bencana Australia membentang 1.200 kilometer dari kepulauan resor tropis Queensland dan jalur wisata Gold Coast menuju lahan pertanian di negara bagian New South Wales. Beberapa pakar asuransi Australia menyatakan bencana itu mengakibatkan kerugian hingga lebih dari satu miliar dolar Australia.

Masa pemulihan dan perbaikan juga membutuhkan waktu beberapa bulan. “Banjir itu lebih buruk daripada yang kami antisipasi. Dampak siklon itu juga kurang diantisipasi,” kata Peter Harmer, chief executive officer (CEO) perusahaan asuransi terbesar di Australia, IAG, saat berada di Sydney, kemarin. Harmer menjelaskan, IAG menggunakan drone untuk melakukan penilaian awal tentang total kerugian akibat badai yang melebihi satu miliar dolar Australia itu.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3777 seconds (0.1#10.140)