Horor Serangan Kimia Disorot Dunia, Rusia Tetap Dukung Assad
A
A
A
MOSKOW - Rusia menyatakan tetap mendukung pasukan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad dengan operasi militer meski kengerian serangan senjata kimia di Idlib, Suriah, jadi perhatian masyarakat dunia. Horor serangan senjata kimia itu membuat Dewan Keamana PBB menggelar rapat darurat, Rabu (5/4/2017) WIB.
Laporan terkini ada sekitar 72 orang yang tewas termasuk 11 bocah di Khan Sheikun, Idlib, akibat terkena serangan senjata kimia. Baik rezim Assad maupun oposisi atau pemberontak Suriah tidak mengakui sebagai pelaku serangan senjata kimia yang sudah berlangsung beberapa hari ini.
Keputusan Moskow tetap mendukung rezim Damaskus dengan operasi militer disampaikan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. Menurutnya, dampak mengerikan senjata kimia di Idlib kemungkinan imbas dari kerusakan senjata kimia di situs penyimpanan senjata milik pemberontak. Tapi, kubu pemberontak Suriah menegaskan tidak memiliki gudang senjata kimia.
”Anda telah mendengar keterangan dari Departemen Pertahanan Rusia dan saya tidak menambah fakta-fakta yang mereka nyatakan. Federasi Rusia dan militer terus (meluncurkan) operasi untuk mendukung operasi anti-terorisme dan pembebasan negara, yang sedang dilakukan oleh angkatan bersenjata Suriah,”kata Peskov.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyarankan Dewan Keamanan PBB mendesak Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) untuk meluncurkan misi pencari fakta. Dia minta OPCW diberi akses penuh ke situs serangan senjata kimia di Idlib.
”Sangat penting untuk menyerukan misi pencari fakta OPCW bertugas menyelidiki penggunaan senjata kimia di Suriah untuk mengumpulkan bukti insiden itu. Misi pencari fakta akan menyampaikannya kepada Dean Keamanan PBB Dewan untuk minta persetujuan, dan itu akan seimbang dalam hal (representasi) geografis,” kata Zakharova seperti dikutip Interfax.
Bocah korban serangan senjata kimia di Khan Sheikun, Idlib, Suriah, dievakusi pada Rabu (5/4/2017). Foto / REUTERS / Amar Abdullah
Pemberontak menuduh rezim Suriah mengebom Kota Khan Sheikun dengan amunisi kimia. Tuduhan ini didukung sejumlah pemerintah Barat, terutama Amerika Serikat dan Inggris.
Utusan Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura mengatakan, bukti yang handal diperlukan untuk mengonfirmasi dugaan penggunaan senjata kimia. Bukti itu juga untuk menetapkan siapa yang bertanggung jawab.
”Kami belum memiliki konfirmasi resmi atau terpercaya,” katanya. ”Kami akan menyerukan semua orang yang memiliki kemampuan agar mencari tahu secara teknis apa yang telah terjadi,” ujarnya.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini juga mengatakan bahwa belum ada bukti untuk menarik kesimpulan apapun atas apa yang terjadi di Provinsi Idlib. Namun, ujar dia, bagaimanapun, pemerintah Suriah menjadi “penanggung jawab utama” atas situasi ini.
Tak hanya Moskow, Teheran juga tetap mendukung rezim Damaskus di tengah kecaman atas serangan senjata kimia di Idlib. Iran dan Rusia mengutip para ahli menyatakan bahwa tentara Suriah tidak punya alasan rasional untuk menggunakan senjata kimia terhadap pemberontak di Idlib.
Iran mengutuk setiap penggunaan senjata kimia dan menawarkan bantuan kepada para korban. ”Kami siap membawa korban ke Iran dan membantu mereka,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Ghasemi, seperti dikutip kantor berita Tasnim.
Sebelumnya Turki—yang kerap mengkritik Suriah—dilaporkan telah merawat puluhan korban serangan senjata kimia di rumah sakit yang terletak di dekat perbatasan Provinsi Hatay.
Laporan terkini ada sekitar 72 orang yang tewas termasuk 11 bocah di Khan Sheikun, Idlib, akibat terkena serangan senjata kimia. Baik rezim Assad maupun oposisi atau pemberontak Suriah tidak mengakui sebagai pelaku serangan senjata kimia yang sudah berlangsung beberapa hari ini.
Keputusan Moskow tetap mendukung rezim Damaskus dengan operasi militer disampaikan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. Menurutnya, dampak mengerikan senjata kimia di Idlib kemungkinan imbas dari kerusakan senjata kimia di situs penyimpanan senjata milik pemberontak. Tapi, kubu pemberontak Suriah menegaskan tidak memiliki gudang senjata kimia.
”Anda telah mendengar keterangan dari Departemen Pertahanan Rusia dan saya tidak menambah fakta-fakta yang mereka nyatakan. Federasi Rusia dan militer terus (meluncurkan) operasi untuk mendukung operasi anti-terorisme dan pembebasan negara, yang sedang dilakukan oleh angkatan bersenjata Suriah,”kata Peskov.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyarankan Dewan Keamanan PBB mendesak Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) untuk meluncurkan misi pencari fakta. Dia minta OPCW diberi akses penuh ke situs serangan senjata kimia di Idlib.
”Sangat penting untuk menyerukan misi pencari fakta OPCW bertugas menyelidiki penggunaan senjata kimia di Suriah untuk mengumpulkan bukti insiden itu. Misi pencari fakta akan menyampaikannya kepada Dean Keamanan PBB Dewan untuk minta persetujuan, dan itu akan seimbang dalam hal (representasi) geografis,” kata Zakharova seperti dikutip Interfax.
Bocah korban serangan senjata kimia di Khan Sheikun, Idlib, Suriah, dievakusi pada Rabu (5/4/2017). Foto / REUTERS / Amar Abdullah
Pemberontak menuduh rezim Suriah mengebom Kota Khan Sheikun dengan amunisi kimia. Tuduhan ini didukung sejumlah pemerintah Barat, terutama Amerika Serikat dan Inggris.
Utusan Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura mengatakan, bukti yang handal diperlukan untuk mengonfirmasi dugaan penggunaan senjata kimia. Bukti itu juga untuk menetapkan siapa yang bertanggung jawab.
”Kami belum memiliki konfirmasi resmi atau terpercaya,” katanya. ”Kami akan menyerukan semua orang yang memiliki kemampuan agar mencari tahu secara teknis apa yang telah terjadi,” ujarnya.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini juga mengatakan bahwa belum ada bukti untuk menarik kesimpulan apapun atas apa yang terjadi di Provinsi Idlib. Namun, ujar dia, bagaimanapun, pemerintah Suriah menjadi “penanggung jawab utama” atas situasi ini.
Tak hanya Moskow, Teheran juga tetap mendukung rezim Damaskus di tengah kecaman atas serangan senjata kimia di Idlib. Iran dan Rusia mengutip para ahli menyatakan bahwa tentara Suriah tidak punya alasan rasional untuk menggunakan senjata kimia terhadap pemberontak di Idlib.
Iran mengutuk setiap penggunaan senjata kimia dan menawarkan bantuan kepada para korban. ”Kami siap membawa korban ke Iran dan membantu mereka,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Ghasemi, seperti dikutip kantor berita Tasnim.
Sebelumnya Turki—yang kerap mengkritik Suriah—dilaporkan telah merawat puluhan korban serangan senjata kimia di rumah sakit yang terletak di dekat perbatasan Provinsi Hatay.
(mas)