Singgung Kristen dan Yahudi, Imam Masjid Singapura Minta Maaf
A
A
A
SINGAPURA - Seorang imam masjid di Singapura menyesal dan meminta maaf atas doanya yang menyinggung umat Kristen dan Yahudi. Imam itu mengklarifikasi materi doa usai khotbah itu bukan bersumber dari kitab suci Alquran.
Imam tersebut benama Nalla Mohamed Abdul Jameel. Dia menjadi imam di Masjid Jamae, Singapura.
Pada bulan Februari lalu, muncul video online, di mana Nalla membacakan doa dalam bahasa Arab usai khotbah.Doa itu bila diterjemahkan berbunyi; “Tuhan membantu kita melawan Yahudi dan Kristen”.
Pada hari Jumat (31/3/2017), Nalla membuat pernyataan penyesalan dan meminta maaf kepada sekelompok pemimpin dari berbagai kelompok agama, termasuk dari Kristen. Pernyataan disampaikan dalam pertemuan di Harmony in Diversity Galerry, Maxwell Road.
Pertemuan diselenggarakan atas permintaan imam masjid itu sendiri. ”Saya sepenuhnya menghormati hukum negara dan menghargai keprihatinan masyarakatnya. Saya benar-benar menyesal bahwa saya telah menyinggung Anda, dan saya harus memikul tanggung jawab penuh atas tindakan saya, sebagai bagian dari tugas saya kepada semua warga Singapura,” kata Nalla dalam sebuah pernyataan.
“Saya dipenuhi dengan penyesalan yang besar atas ketidaknyamanan, ketegangan dan trauma yang saya timbulkan kepada negara yang damai ini,” lanjut Nalla, 47, yang merupakan guru agama asal India.
Dia mengakui tindakannya tidak memiliki tempat, di manapun. ”Dalam hal ini (di negara) yang sangat multi-etnis, multi-agama dan multi-budaya,” sambung dia, seperti dikutip dari Straits Times, Sabtu (1/4/2017).
Dia menjelaskan bahwa doa provokatif yang berbunyi; ”Tuhan membantu kita melawan Yahudi dan Kristen”, bukan bersumber dari Alquran. Tapi, menurutnya, berasal dari dari teks Arab kuno di desa asalnya, di India.
Permintaan maaf itu disampaikan sebulan setelah Menteri Hukum Singapura K. Shanmugam mengatakan di Parlemen bahwa polisi sedang menyelidiki imam tersebut atas tindakannya. Orang-orang yang merekam dan menyebarkan video khotbahnya juga diselidiki.
Video semula diunggah akun Terence Nunis, seorang Muslim, di media sosial. Video itu memicu kemarahan di komunitas Muslim karena dianggap mencoreng citra Islam.
Imam tersebut benama Nalla Mohamed Abdul Jameel. Dia menjadi imam di Masjid Jamae, Singapura.
Pada bulan Februari lalu, muncul video online, di mana Nalla membacakan doa dalam bahasa Arab usai khotbah.Doa itu bila diterjemahkan berbunyi; “Tuhan membantu kita melawan Yahudi dan Kristen”.
Pada hari Jumat (31/3/2017), Nalla membuat pernyataan penyesalan dan meminta maaf kepada sekelompok pemimpin dari berbagai kelompok agama, termasuk dari Kristen. Pernyataan disampaikan dalam pertemuan di Harmony in Diversity Galerry, Maxwell Road.
Pertemuan diselenggarakan atas permintaan imam masjid itu sendiri. ”Saya sepenuhnya menghormati hukum negara dan menghargai keprihatinan masyarakatnya. Saya benar-benar menyesal bahwa saya telah menyinggung Anda, dan saya harus memikul tanggung jawab penuh atas tindakan saya, sebagai bagian dari tugas saya kepada semua warga Singapura,” kata Nalla dalam sebuah pernyataan.
“Saya dipenuhi dengan penyesalan yang besar atas ketidaknyamanan, ketegangan dan trauma yang saya timbulkan kepada negara yang damai ini,” lanjut Nalla, 47, yang merupakan guru agama asal India.
Dia mengakui tindakannya tidak memiliki tempat, di manapun. ”Dalam hal ini (di negara) yang sangat multi-etnis, multi-agama dan multi-budaya,” sambung dia, seperti dikutip dari Straits Times, Sabtu (1/4/2017).
Dia menjelaskan bahwa doa provokatif yang berbunyi; ”Tuhan membantu kita melawan Yahudi dan Kristen”, bukan bersumber dari Alquran. Tapi, menurutnya, berasal dari dari teks Arab kuno di desa asalnya, di India.
Permintaan maaf itu disampaikan sebulan setelah Menteri Hukum Singapura K. Shanmugam mengatakan di Parlemen bahwa polisi sedang menyelidiki imam tersebut atas tindakannya. Orang-orang yang merekam dan menyebarkan video khotbahnya juga diselidiki.
Video semula diunggah akun Terence Nunis, seorang Muslim, di media sosial. Video itu memicu kemarahan di komunitas Muslim karena dianggap mencoreng citra Islam.
(mas)