Teror London Tak Pengaruhi Proses Brexit
A
A
A
LONDON - Juru Bicara Perdana Menteri Inggris Theresa May menyatakan, teror yang terjadi di London tidak mempengaruhi proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE), atau yang disebut juga dengan Brexit. Inggris akan tetap memulai proses Brexit pada pekan depan.
Berbicara saat menggelar jumpa wartawan di London, juru bicara May mengatakan, Parlemen Inggris saat ini sudah kembali bekerja. Oleh karena itu, proses Brexit akan berlanjut seperti yang sudah dijadwalkan.
"Apa yang Perdana Menteri tegaskan adalah Westminster sudah kembali berjalan saat ini, negara juga akan melakukan hal serupa, dan tidak ada niat untuk menunda (Brexit)," kata juru bicara May, seperti dilansir Reuters pada Kamis (23/3).
Dia kemudian mengatakan, sejak serangan terjadi, pemimpin Inggris telah berbicara dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Francois Hollande dan Perdana Menteri Rumania Sorin Grindeanu, dan dalam waktu dekat May akan melakukan pembicaraan dengan pemimpin dunia lainnya.
Proses Brexit sendiri diperkirakan akan membutuhkan waktu dua tahun. Mulai pekan depan, Inggris dan UE akan terlibat dalam negosiasi panjang mengenai mekanisme keluarnya Inggris dari UE. Selain itu, kedua pihak juga akan terlibat negosiasi mengenai hubungan kerjasama antara Inggris dan UE paska Brexit.
Proses ini sendiri diperkirakan akan menimbulkan goncangan, bukan hanya untuk Inggris dan untuk negara UE. Hal ini dikarenakan, sejak UE berdiri enam dekade lalu, belum pernah ada satupun negara anggota UE yang mengaktifkan pasa 50 UE, sebagai tanda keluarnya salah satu negara dari UE.
Berbicara saat menggelar jumpa wartawan di London, juru bicara May mengatakan, Parlemen Inggris saat ini sudah kembali bekerja. Oleh karena itu, proses Brexit akan berlanjut seperti yang sudah dijadwalkan.
"Apa yang Perdana Menteri tegaskan adalah Westminster sudah kembali berjalan saat ini, negara juga akan melakukan hal serupa, dan tidak ada niat untuk menunda (Brexit)," kata juru bicara May, seperti dilansir Reuters pada Kamis (23/3).
Dia kemudian mengatakan, sejak serangan terjadi, pemimpin Inggris telah berbicara dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Francois Hollande dan Perdana Menteri Rumania Sorin Grindeanu, dan dalam waktu dekat May akan melakukan pembicaraan dengan pemimpin dunia lainnya.
Proses Brexit sendiri diperkirakan akan membutuhkan waktu dua tahun. Mulai pekan depan, Inggris dan UE akan terlibat dalam negosiasi panjang mengenai mekanisme keluarnya Inggris dari UE. Selain itu, kedua pihak juga akan terlibat negosiasi mengenai hubungan kerjasama antara Inggris dan UE paska Brexit.
Proses ini sendiri diperkirakan akan menimbulkan goncangan, bukan hanya untuk Inggris dan untuk negara UE. Hal ini dikarenakan, sejak UE berdiri enam dekade lalu, belum pernah ada satupun negara anggota UE yang mengaktifkan pasa 50 UE, sebagai tanda keluarnya salah satu negara dari UE.
(esn)