Politisi Ganteng Keturunan Indonesia Ini Calon Kingmaker Belanda
A
A
A
AMSTERDAM - Politisi Belanda berwajah tampan ini bernama Jesse Klaver, 30. Dia merupakan pemimpin Partai Hijau (Groen Links) Belanda yang merupakan keturunan Indonesia.
Paras wajahnya yang mirip Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan tingkat kepopulerannya telah membuat Klaver menjadi calon “kingmaker” di panggung politik Belanda. Kingmaker adalah istilah di politik untuk sosok yang memiliki pengaruh sangat kuat.
Tak hanya usia muda dan ketampanan semata, Klaver juga dielu-elukan seperti Barack Obama. Dia muncul dengan pesan toleransi menjelang pemilu yang didominasi retorika anti-imigran dan anti-Islam.
Klaver terlahir dari Ibu asal Indonesia dan ayah asal Maroko. Dia menjadi “jagoan” untuk mengubah nasib Partai Hijau dari partai dengan kekuatan kecil untuk menjadi kekuatan besar di parlemen Belanda dalam pemilu pekan depan.
Rival kuat Klaver adalah politisi anti-Islam Geert Wilders dari Partai Kebebasan (PVV). Wilders bertekad untuk menggantikan posisi Perdana Menteri Belanda yang saat ini dijabat Mark Rutte dari partai konservatif.
Klaver telah muncul untuk mengisi “kekosongan” dengan berbicara bagi mereka yang merindukan pesan inklusif di Belanda. Klaver meraih dukungan kuat di media sosial ketika dia mengambil alih kepemimpinan Partai Hijau pada bulan Mei 2015.
Dia disamakan seperti sosok PM Kanada Justin Trudeau. Alasannya, tidak hanya wajah dan gayanya yang mirip, tapi sikap politiknya yang sama-sama menyambut pengungsi.
Para pendukungnya juga mengadopsi slogan khas kampanye Obama yang dikenal dengan celetukan “Yes we can!” (Ya kami bisa!). Pesan kampanye “Jesse we can!” sudah ramai bermunculan di media sosial yang disuarakan para pendukungnya.
”Tahun ini tidak hanya tentang pemilu di Belanda, tapi pemilihan di seluruh Eropa,” kata Klaver, seperti dikutip Reuters, semalam (11/3/2017).
”Di Belanda, kami harus menunjukkan bahwa populisme dapat dihentikan dan ada alternatif. Alternatif itulah kami,” lanjut Klaver.
Ada 11 kelompok politik di parlemen Belanda. Mereka memperebutkan 150 kursi.
Munculnya sosok Klaver dianggap sebagai “senjata” ampuh untuk mencegah Wilders menang. Wilders selama ini dikenal rasis, di mana pada tahun lalu dia dihukum karena mengobarkan kebencian rasial.
Paras wajahnya yang mirip Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan tingkat kepopulerannya telah membuat Klaver menjadi calon “kingmaker” di panggung politik Belanda. Kingmaker adalah istilah di politik untuk sosok yang memiliki pengaruh sangat kuat.
Tak hanya usia muda dan ketampanan semata, Klaver juga dielu-elukan seperti Barack Obama. Dia muncul dengan pesan toleransi menjelang pemilu yang didominasi retorika anti-imigran dan anti-Islam.
Klaver terlahir dari Ibu asal Indonesia dan ayah asal Maroko. Dia menjadi “jagoan” untuk mengubah nasib Partai Hijau dari partai dengan kekuatan kecil untuk menjadi kekuatan besar di parlemen Belanda dalam pemilu pekan depan.
Rival kuat Klaver adalah politisi anti-Islam Geert Wilders dari Partai Kebebasan (PVV). Wilders bertekad untuk menggantikan posisi Perdana Menteri Belanda yang saat ini dijabat Mark Rutte dari partai konservatif.
Klaver telah muncul untuk mengisi “kekosongan” dengan berbicara bagi mereka yang merindukan pesan inklusif di Belanda. Klaver meraih dukungan kuat di media sosial ketika dia mengambil alih kepemimpinan Partai Hijau pada bulan Mei 2015.
Dia disamakan seperti sosok PM Kanada Justin Trudeau. Alasannya, tidak hanya wajah dan gayanya yang mirip, tapi sikap politiknya yang sama-sama menyambut pengungsi.
Para pendukungnya juga mengadopsi slogan khas kampanye Obama yang dikenal dengan celetukan “Yes we can!” (Ya kami bisa!). Pesan kampanye “Jesse we can!” sudah ramai bermunculan di media sosial yang disuarakan para pendukungnya.
”Tahun ini tidak hanya tentang pemilu di Belanda, tapi pemilihan di seluruh Eropa,” kata Klaver, seperti dikutip Reuters, semalam (11/3/2017).
”Di Belanda, kami harus menunjukkan bahwa populisme dapat dihentikan dan ada alternatif. Alternatif itulah kami,” lanjut Klaver.
Ada 11 kelompok politik di parlemen Belanda. Mereka memperebutkan 150 kursi.
Munculnya sosok Klaver dianggap sebagai “senjata” ampuh untuk mencegah Wilders menang. Wilders selama ini dikenal rasis, di mana pada tahun lalu dia dihukum karena mengobarkan kebencian rasial.
(mas)