Jasad Sandera Jerman Ditemukan
A
A
A
MANILA - Jasad sandera asal Jerman, Jurgen Kantner, yang dipenggal kelompok Abu Sayyaf telah ditemukan kemarin. Abu Sayyaf merupakan kelompok yang kerap menculik turis asing dan warga lokal untuk meminta uang tebusan.
Mereka membunuh Kantner, 70, pekan lalu setelah uang tebusan sebesar USD600.000 tidak mereka dapatkan. Pejabat militer menyatakan marinir menemukan jasad Kantner pada Sabtu (4/3) malam di Sulu.
”Pemerintah Filipina turut berdukacita mendalam, namun segera bertindak untuk menemukan jasad Jurgen Kantner,” ungkap Ernesto Abella, juru bicara Presiden Filipina Rodrigo Duterte, dilansir kantor berita AFP. Militer Filipina menyatakan tentara baku tembak melawan Abu Sayyaf beberapa hari terakhir.
Baku tembak mengakibatkan 29 tentara terluka dan 14 anggota Abu Sayyaf tewas. Militer menyatakan belum menemukan jasad para gerilyawan yang tewas. ”Bukanlah hal mudah untuk menemukan tubuh mereka karena baku tembak dengan Abu Sayyaf menimbulkan banyak korban. Di pihak militer 29 tentara terluka dan dari pihak militan banyak yang terluka,” papar Kolonel Cirilito Sobejana, kepala satuan antiteror.
Dia menambahkan, pemerintah berkoordinasi dengan Kedutaan Besar (Kedubes) Jerman untuk mengembalikan jasad Kantner agar segera dimakamkan.
Kantner diculik Abu Sayyaf ketika berlayar dengan kapal yacht Rockall akhir tahun lalu. Kapalnya ditemukan hanyut pada 7 November lalu di bagian selatan Filipina dengan jasad teman wanitanya, Sabine Merz, yang tewas ditembak. Abu Sayyaf mengklaim penculikan dan pembunuhan itu.
Otoritas keamanan mengatakan, kini jasad Kantner berada di kamar mayat rumah sakit militer di Sulu. Proses administrasi sedang dilakukan untuk memulangkan jasadnya ke Jerman. Presiden Duterte menyatakan permohonan maafnya karena gagal menyelamatkan nyawa Kantner.
Duterte juga menyatakan telah memerintahkan militer untuk operasi menumpas Abu Sayyaf. Abu Sayyaf sering melakukan penculikan turis-turis asing maupun lokal selama beberapa tahun terakhir. Korban penculikan dijadikan sandera untuk dimintai uang tebusan. Otoritas keamanan meyakini kelompok ini masih memiliki 19 sandera warga negara asing dan enam warga Filipina.
Kelompok militan ini menggunakan dukungan komunitas lokal, dana jutaan dolar dari uang tebusan, dan berkolusi dengan para pejabat daerah yang korup sehingga dapat menghindari operasi militer yang dilancarkan beberapa dekade terakhir.
Mereka membunuh Kantner, 70, pekan lalu setelah uang tebusan sebesar USD600.000 tidak mereka dapatkan. Pejabat militer menyatakan marinir menemukan jasad Kantner pada Sabtu (4/3) malam di Sulu.
”Pemerintah Filipina turut berdukacita mendalam, namun segera bertindak untuk menemukan jasad Jurgen Kantner,” ungkap Ernesto Abella, juru bicara Presiden Filipina Rodrigo Duterte, dilansir kantor berita AFP. Militer Filipina menyatakan tentara baku tembak melawan Abu Sayyaf beberapa hari terakhir.
Baku tembak mengakibatkan 29 tentara terluka dan 14 anggota Abu Sayyaf tewas. Militer menyatakan belum menemukan jasad para gerilyawan yang tewas. ”Bukanlah hal mudah untuk menemukan tubuh mereka karena baku tembak dengan Abu Sayyaf menimbulkan banyak korban. Di pihak militer 29 tentara terluka dan dari pihak militan banyak yang terluka,” papar Kolonel Cirilito Sobejana, kepala satuan antiteror.
Dia menambahkan, pemerintah berkoordinasi dengan Kedutaan Besar (Kedubes) Jerman untuk mengembalikan jasad Kantner agar segera dimakamkan.
Kantner diculik Abu Sayyaf ketika berlayar dengan kapal yacht Rockall akhir tahun lalu. Kapalnya ditemukan hanyut pada 7 November lalu di bagian selatan Filipina dengan jasad teman wanitanya, Sabine Merz, yang tewas ditembak. Abu Sayyaf mengklaim penculikan dan pembunuhan itu.
Otoritas keamanan mengatakan, kini jasad Kantner berada di kamar mayat rumah sakit militer di Sulu. Proses administrasi sedang dilakukan untuk memulangkan jasadnya ke Jerman. Presiden Duterte menyatakan permohonan maafnya karena gagal menyelamatkan nyawa Kantner.
Duterte juga menyatakan telah memerintahkan militer untuk operasi menumpas Abu Sayyaf. Abu Sayyaf sering melakukan penculikan turis-turis asing maupun lokal selama beberapa tahun terakhir. Korban penculikan dijadikan sandera untuk dimintai uang tebusan. Otoritas keamanan meyakini kelompok ini masih memiliki 19 sandera warga negara asing dan enam warga Filipina.
Kelompok militan ini menggunakan dukungan komunitas lokal, dana jutaan dolar dari uang tebusan, dan berkolusi dengan para pejabat daerah yang korup sehingga dapat menghindari operasi militer yang dilancarkan beberapa dekade terakhir.
(esn)