Jadi Target ISIS, Warga Kristen Koptik Mesir Mengungsi
A
A
A
KAIRO - Puluhan keluarga Kristen KOptik Mesir meninggalkan rumah mereka di Semenanjung Sinai utara. Mereka menjadi target aksi kekerasan ISIS yang telah menewaskan sedikitnya tujuh orang dalam beberapa pekan terakhir.
Warga Kristen ini membanjiri sebuah kompleks gereja di kota Ismailia, di Terusan Suez. Banyak dari mereka yang melarikan diri terburu-buru dengan membawa sedikit pakaian untuk mereka dan anak-anak. Sebelumnya, lewat video, ISIS telah bersumpah untuk meningkatkan serangan terhadap minoritas Kristen di Sinai.
"Mereka ingin mengirim pesan bahwa tidak ada yang aman," kata Mina Thabet, yang bekerja dengan Komisi untuk Hak dan Kebebasan Mesir dan yang membantu dengan upaya darurat di Ismailia seperti dikutip dari New York Times, Sabtu (25/2/2017).
Kristen Koptik di Mesir, yang mencapai sekitar 10 persen dari penduduk negara itu, adalah komunitas Kristen terbesar di Timur Tengah. Meskipun mereka telah mengalami peningkatan kekerasan dalam beberapa tahun terakhir, kampanye kekerasan ISIS sangat mengkhawatirkan.
"ISIS datang di bawah tekanan di Irak dan Suriah, mereka harus menunjukkan jika mereka mempunyai pergerakan di daerah lain. Salah satunya adalah untuk menunjukkan bahwa mereka masih berjuang dalam perang sektarian," ucap Zack Gold, dari Atlantic Council, sebuah organisasi riset urusan internasional.
Anggota parlemen dari Sinai Utara, Hossam Rafaei mengatakan, sekitar 90 keluarga Kristen tiba di Ismailia. Setelah menerima bantuan di sebuah gereja, beberapa ditampung ke dalam perumahan pemerintah, sementara yang lain menemukan akomodasi swasta.
Kelompok afiliasi ISIS di Sinai lebih kecil dibandingkan dengan Irak atau Suriah, tetapi telah semakin aktif dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini ditunjukkan lewat dua serangan roket ke Israel dalam dua minggu terakhir. Tidak ada korban jiwa dilaporkan, dan menteri pertahanan Israel, Avigdor Lieberman dalam wawancara mengatakan bahwa serangan tersebut tidak menimbulkan ancaman keamanan besar, meski 'menjengkelkan.'
Warga Kristen ini membanjiri sebuah kompleks gereja di kota Ismailia, di Terusan Suez. Banyak dari mereka yang melarikan diri terburu-buru dengan membawa sedikit pakaian untuk mereka dan anak-anak. Sebelumnya, lewat video, ISIS telah bersumpah untuk meningkatkan serangan terhadap minoritas Kristen di Sinai.
"Mereka ingin mengirim pesan bahwa tidak ada yang aman," kata Mina Thabet, yang bekerja dengan Komisi untuk Hak dan Kebebasan Mesir dan yang membantu dengan upaya darurat di Ismailia seperti dikutip dari New York Times, Sabtu (25/2/2017).
Kristen Koptik di Mesir, yang mencapai sekitar 10 persen dari penduduk negara itu, adalah komunitas Kristen terbesar di Timur Tengah. Meskipun mereka telah mengalami peningkatan kekerasan dalam beberapa tahun terakhir, kampanye kekerasan ISIS sangat mengkhawatirkan.
"ISIS datang di bawah tekanan di Irak dan Suriah, mereka harus menunjukkan jika mereka mempunyai pergerakan di daerah lain. Salah satunya adalah untuk menunjukkan bahwa mereka masih berjuang dalam perang sektarian," ucap Zack Gold, dari Atlantic Council, sebuah organisasi riset urusan internasional.
Anggota parlemen dari Sinai Utara, Hossam Rafaei mengatakan, sekitar 90 keluarga Kristen tiba di Ismailia. Setelah menerima bantuan di sebuah gereja, beberapa ditampung ke dalam perumahan pemerintah, sementara yang lain menemukan akomodasi swasta.
Kelompok afiliasi ISIS di Sinai lebih kecil dibandingkan dengan Irak atau Suriah, tetapi telah semakin aktif dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini ditunjukkan lewat dua serangan roket ke Israel dalam dua minggu terakhir. Tidak ada korban jiwa dilaporkan, dan menteri pertahanan Israel, Avigdor Lieberman dalam wawancara mengatakan bahwa serangan tersebut tidak menimbulkan ancaman keamanan besar, meski 'menjengkelkan.'
(ian)