Trump Berharap Rusia Kembalikan Crimea ke Ukraina
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berharap Rusia mengembalikan semenanjung Crimea kepada Ukraina. Hal itu disampaikan juru bicara Gedung Putih Sean Spicer kepada wartawan.
”Presiden Trump telah membuat sangat jelas bahwa dia mengharapkan pemerintah Rusia untuk melakukan deeskalasi kekerasan di Ukraina dan mengembalikan Crimea,” kata Spicer, hari Selasa.
“Pada saat yang sama, dia sepenuhnya berharap untuk—dan ingin—bergaul dengan Rusia,” lanjut Spicer, seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (15/2/2017).
Crimea sebelumnya adalah wilayah Ukraina. Namun, sejak krisis politik pecah di Ukraina pada 2014, rakyat Crimea menggelar referendum untuk pisah dari Ukraina. Setelah berpisah, Crimea memilih bergabung dengan Rusia.
Namun, referendum dan penggabungan itu tidak pernah diakui Ukraina dan negara-negara Barat, terutama AS. Di era pemerintahan Presiden Barack Obama, AS mengecam keras apa yang disebut sebagai aneksasi Crimea oleh Rusia.
Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley yang dipilih Trump juga menyuarakan pengembalian Crimea kepada Ukraina dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, 2 Februari lalu.
”Crimea adalah bagian dari Ukraina. Sanksi terkait Crimea kami akan tetap berlaku sampai Rusia mengembalikan kontrol semenanjung (Crimea) kepada Ukraina,” ujar Haley.
Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin menanggapi seruan itu dengan mengutip Konstitusi AS. Dia mengatakan bahwa rakyat Crimea sendiri yang sudah memilih untuk bergabung Rusia, setelah kudeta di Kiev pada Februari 2014 yang didukung AS.
”Presiden Trump telah membuat sangat jelas bahwa dia mengharapkan pemerintah Rusia untuk melakukan deeskalasi kekerasan di Ukraina dan mengembalikan Crimea,” kata Spicer, hari Selasa.
“Pada saat yang sama, dia sepenuhnya berharap untuk—dan ingin—bergaul dengan Rusia,” lanjut Spicer, seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (15/2/2017).
Crimea sebelumnya adalah wilayah Ukraina. Namun, sejak krisis politik pecah di Ukraina pada 2014, rakyat Crimea menggelar referendum untuk pisah dari Ukraina. Setelah berpisah, Crimea memilih bergabung dengan Rusia.
Namun, referendum dan penggabungan itu tidak pernah diakui Ukraina dan negara-negara Barat, terutama AS. Di era pemerintahan Presiden Barack Obama, AS mengecam keras apa yang disebut sebagai aneksasi Crimea oleh Rusia.
Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley yang dipilih Trump juga menyuarakan pengembalian Crimea kepada Ukraina dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, 2 Februari lalu.
”Crimea adalah bagian dari Ukraina. Sanksi terkait Crimea kami akan tetap berlaku sampai Rusia mengembalikan kontrol semenanjung (Crimea) kepada Ukraina,” ujar Haley.
Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin menanggapi seruan itu dengan mengutip Konstitusi AS. Dia mengatakan bahwa rakyat Crimea sendiri yang sudah memilih untuk bergabung Rusia, setelah kudeta di Kiev pada Februari 2014 yang didukung AS.
(mas)