Rusia Diam-diam Sebar Rudal Jelajah SSC-8, AS Mengeluh

Rabu, 15 Februari 2017 - 12:40 WIB
Rusia Diam-diam Sebar Rudal Jelajah SSC-8, AS Mengeluh
Rusia Diam-diam Sebar Rudal Jelajah SSC-8, AS Mengeluh
A A A
WASHINGTON - Rusia dilaporkan menyebarkan rudal jelajah SSC-8 secara diam-diam yang hampir bersamaan dengan pengiriman kapal mata-mata di dekat wilayah Amerika Serikat (AS). Para pejabat pemerintah AS mengeluh atas pengerahan rudal jelajah oleh Rusia tersebut karena melanggar perjanjian pengawasan senjata pasca-Perang Dingin.

Laporan pengerahan rudal jelajah oleh Rusia itu pertama kali dilansir New York Times mengutip para pejabat AS. Selain menyebar rudal jelajah, Rusia juga disebut mengembangkan dan menguji rudal canggih itu selama beberapa tahun terakhir. Pajabat AS tidak menyebut lokasi persis penyebaran rudal jelajah SSC-8 oleh Rusia.

Tindakan Rusia ini dianggap melanggar perjanjian yang bernama Intermediate-range Nuclear Forces (INF) 1987.

”Kami tahu bahwa ini adalah isu lama. Rusia telah membangun dan mengujinya, hal-hal ini melanggar perjanjian INF,” kata salah satu pejabat pemerintah AS kepada Reuters, Rabu (15/2/2017) yang berbicara dengan syarat anonim.

”Masalahnya sekarang adalah hal-hal ini dikerahkan dan ini merupakan pelanggaran yang lebih besar dari perjanjian INF,” lanjut pejabat itu.

Kementerian Pertahanan Rusia tidak segera menanggapi permintaan komentar atas laporan tersebut.

Departemen Luar Negeri AS pada Juli 2014 atau di era pemerintahan Presiden Barack Obama melansir laporan bahwa Rusia melanggar kewajibannya. “Berdasarkan perjanjian INF, tidak boleh memiliki, memproduksi, atau menguji rudal jelajah dengan berbagai kemampuan jangkauan mulai dari 500km hingga 5.500 km (310 mil hingga 3.420 mil),” bunyi laporan departemen itu.

Rusia pernah merespons laporan departemen tersebut dengan menuduh Washington melakukan "megaphone diplomacy", yakni tindakan mengulang-ulang tuduhan. Rusia pada saat itu juga membantah telah melanggar perjanjian INF, sebuah perjanjian yang membantu mengakhiri Perang Dingin antara kedua negara.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6357 seconds (0.1#10.140)