Jet-jet Rusia dan Turki Pertama Kali Bersatu Bombardir ISIS di Suriah
A
A
A
MOSKOW - Pesawat-pesawat jet tempur Angkatan Udara Rusia dan Turki untuk pertama kalinya melakukan operasi militer bersama terhadap kelompok Islamic State (ISIS) di Suriah. Jet-jet tempur kedua negara itu bersatu dan membombardir basis-basis ISIS di Provinsi Aleppo.
Padahal, Turki masih tercatat sebagai anggota koalisi internasional anti-ISIS yang dipimpin Amerika Serikat (AS). AS sendiri hingga kini menolak kerja sama dengan Rusia dalam memerangi ISIS di Suriah.
”Hari ini, Angkatan Udara Rusia dan Turki melaksanakan operasi gabungan pertama mereka untuk menargetkan ISIS di pinggiran Kota al-Bab di Provinsi Aleppo,” kata Sergey Rudskoy, Kepala Direktorat Operasional Utama Staf Umum Militer Rusia pada briefing hari Rabu.
Menurutnya, berdasarkan hasil awal, upaya bersama telah terbukti berhasil. Rudskoy mengatakan pada saat yang sama, militer Rusia terlibat dalam operasi terpisah terhadap kelompok teroris di Suriah. Tujuannya, membantu tentara Suriah menangkis serangan besar-besaran kelompok militan di Provinsi Deir ez-Zor Timur.
Dalam beberapa hari terakhir, kelompok militan terus-menerus menyerang pasukan Suriah yang membela warga sipil di Deir ez-Zor. ”Jika teroris berhasil merebut kota itu, genosida nyata menanti warga (Suriah),” ujar Rudskoy. ”Seluruh penduduk Deir ez-Zor mungkin benar-benar dibasmi.”
Moskow juga mengaku membantu tentara Suriah untuk menggempur ISIS di Palmyra. Kementerian Pertahanan Rusia memperingatkan bahwa kelompok ISIS menempatkan sejumlah besar bahan peledak ke wilayah Palmyra yang akan digunakan untuk menghancurkan warisan kota tua itu.
Sementara itu, terkait gencatan senjata nasional yang ditengahi Rusia dan Turki dan disahkan Dewan Keamanan PBB pada akhir Desember 2016, sebagian besar sudah terpantau.
Rudskoy mengatakan, pasukan Moskow dan Ankara telah bersama-sama memantau gencatan senjata dan mengakui ada sedikit pelanggaran.”Yang menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk pembicaraan damai di Astana, Kazakhstan,” imbuh dia, seperti dikutip Russia Today, semalam (18/1/2017).
Padahal, Turki masih tercatat sebagai anggota koalisi internasional anti-ISIS yang dipimpin Amerika Serikat (AS). AS sendiri hingga kini menolak kerja sama dengan Rusia dalam memerangi ISIS di Suriah.
”Hari ini, Angkatan Udara Rusia dan Turki melaksanakan operasi gabungan pertama mereka untuk menargetkan ISIS di pinggiran Kota al-Bab di Provinsi Aleppo,” kata Sergey Rudskoy, Kepala Direktorat Operasional Utama Staf Umum Militer Rusia pada briefing hari Rabu.
Menurutnya, berdasarkan hasil awal, upaya bersama telah terbukti berhasil. Rudskoy mengatakan pada saat yang sama, militer Rusia terlibat dalam operasi terpisah terhadap kelompok teroris di Suriah. Tujuannya, membantu tentara Suriah menangkis serangan besar-besaran kelompok militan di Provinsi Deir ez-Zor Timur.
Dalam beberapa hari terakhir, kelompok militan terus-menerus menyerang pasukan Suriah yang membela warga sipil di Deir ez-Zor. ”Jika teroris berhasil merebut kota itu, genosida nyata menanti warga (Suriah),” ujar Rudskoy. ”Seluruh penduduk Deir ez-Zor mungkin benar-benar dibasmi.”
Moskow juga mengaku membantu tentara Suriah untuk menggempur ISIS di Palmyra. Kementerian Pertahanan Rusia memperingatkan bahwa kelompok ISIS menempatkan sejumlah besar bahan peledak ke wilayah Palmyra yang akan digunakan untuk menghancurkan warisan kota tua itu.
Sementara itu, terkait gencatan senjata nasional yang ditengahi Rusia dan Turki dan disahkan Dewan Keamanan PBB pada akhir Desember 2016, sebagian besar sudah terpantau.
Rudskoy mengatakan, pasukan Moskow dan Ankara telah bersama-sama memantau gencatan senjata dan mengakui ada sedikit pelanggaran.”Yang menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk pembicaraan damai di Astana, Kazakhstan,” imbuh dia, seperti dikutip Russia Today, semalam (18/1/2017).
(mas)