Rusia Siap Dialog Senjata Nuklir dengan Trump
A
A
A
MOSKOW - Rusia menyatakan siap untuk dialog soal senjata nuklir dengan pemerintahan baru Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, pembahasan senjata nuklir ini akan mencakup senjata hipersonik baru dan sistem anti-rudal AS yang disebar di Eropa.
Menurut Lavrov, Trump jadi harapan baru untuk memulihkan stabilitas ketimbang pendahulunya, Presiden Barack Obama.
“Presiden terpilih (AS) ingin setiap negara bertanggung jawab untuk pengembangan sendiri dan ini adalah sikap yang dapat berhubungan dengan kami,” katanya kepada wartawan pada konferensi pers, hari Selasa, yang dilansir Reuters, Rabu (18/1/2017).
”Donald Trump memiliki pandangan unik yang berbeda dari pandangan para pendahulunya, baik (dari partai) Demokrat dan Republik,” ujar Lavrov.
”Dan pada intinya itu adalah kepentingan AS sebagai mana Donald Trump melihatnya. Ketika kami mendengar bahwa fokus utamanya adalah memerangi terorisme, tentu saja kami akan mendukung karena ini sebenarnya apa yang hilang sampai sekarang dari mitra kami, Amerika.”
Hubungan AS dan Rusia sudah rusak di level terendah setelah era Perang Dingin. Rusaknya hubungan kedua negara itu dipicu oleh krisis Ukraina dan krisis Suriah serta beberapa isu dunia lainnya.
Dalam krisis Ukraina, AS mendukung pemerintah Ukraina yang berseteru dengan Rusia setelah Moskow menganeksasi Crimea dari Ukraina pada 2014. Sedangkan dalam krisis Suriah, AS mendukung oposisi atau pemberontak Suriah. Sedangkan Rusia mendukung rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Dalam konferensi pers, Lavrov juga mengkritik keras langkah NATO yang terus mengerahkan pasukannya di dekat perbatasan Rusia. ”Jika pasukan NATO tidak melihat tempat lain untuk diri mereka sendiri selain dari perbatasan Rusia-Estonia, itu berarti badan intelijen mereka tidak melakukan pekerjaan yang baik karena mereka tidak melihat apa yang terjadi di daerah lain,” kata Lavrov.
Lavrov optimistis Rusia bisa bersahabat kembali dengan AS ketika Trump berkantor di Gedung Putih. Menurut Lavrov, Rusia akan mengundang perwakilan AS untuk terlibat dalam perundingan damai Suriah yang digelar di Astana, Kazakhstan. Perundingan damai Suriah ini ditengahi oleh Rusia dan Turki.
”Saya berharap kerjasama kita dalam hal krisis Suriah dan memerangi terorisme akan lebih sukses daripada yang kita punya dengan pemerintahan Presiden Obama,” ujar Lavrov.
Menurut Lavrov, Trump jadi harapan baru untuk memulihkan stabilitas ketimbang pendahulunya, Presiden Barack Obama.
“Presiden terpilih (AS) ingin setiap negara bertanggung jawab untuk pengembangan sendiri dan ini adalah sikap yang dapat berhubungan dengan kami,” katanya kepada wartawan pada konferensi pers, hari Selasa, yang dilansir Reuters, Rabu (18/1/2017).
”Donald Trump memiliki pandangan unik yang berbeda dari pandangan para pendahulunya, baik (dari partai) Demokrat dan Republik,” ujar Lavrov.
”Dan pada intinya itu adalah kepentingan AS sebagai mana Donald Trump melihatnya. Ketika kami mendengar bahwa fokus utamanya adalah memerangi terorisme, tentu saja kami akan mendukung karena ini sebenarnya apa yang hilang sampai sekarang dari mitra kami, Amerika.”
Hubungan AS dan Rusia sudah rusak di level terendah setelah era Perang Dingin. Rusaknya hubungan kedua negara itu dipicu oleh krisis Ukraina dan krisis Suriah serta beberapa isu dunia lainnya.
Dalam krisis Ukraina, AS mendukung pemerintah Ukraina yang berseteru dengan Rusia setelah Moskow menganeksasi Crimea dari Ukraina pada 2014. Sedangkan dalam krisis Suriah, AS mendukung oposisi atau pemberontak Suriah. Sedangkan Rusia mendukung rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Dalam konferensi pers, Lavrov juga mengkritik keras langkah NATO yang terus mengerahkan pasukannya di dekat perbatasan Rusia. ”Jika pasukan NATO tidak melihat tempat lain untuk diri mereka sendiri selain dari perbatasan Rusia-Estonia, itu berarti badan intelijen mereka tidak melakukan pekerjaan yang baik karena mereka tidak melihat apa yang terjadi di daerah lain,” kata Lavrov.
Lavrov optimistis Rusia bisa bersahabat kembali dengan AS ketika Trump berkantor di Gedung Putih. Menurut Lavrov, Rusia akan mengundang perwakilan AS untuk terlibat dalam perundingan damai Suriah yang digelar di Astana, Kazakhstan. Perundingan damai Suriah ini ditengahi oleh Rusia dan Turki.
”Saya berharap kerjasama kita dalam hal krisis Suriah dan memerangi terorisme akan lebih sukses daripada yang kita punya dengan pemerintahan Presiden Obama,” ujar Lavrov.
(mas)