Amnesty Internasional: UU Antiterorisme Eropa Targetkan Kaum Muslim
A
A
A
BRUSSELS - Amnesty International menyatakan, undang-udang antiterorisme baru yang sudah diterapkan atau sedang dibahas oleh sebagian besar negara Eropa menargetkan umat Muslim dan juga pengungsi. Menurut kelompok pemantau tersebut, tindakan diskriminasi semacam ini seharunya tidak dilakukan.
Dalam laporan yang dirilis beberapa waktu lalu, kelompok itu menyampaikan peringatan mengenai langkah-langkah keamanan yang diterapkan di 14 negara Uni Eropa dalam kurun dua tahun terakhir. Selama periode itu, serangan militan telah menewaskan sekitar 280 orang di Prancis, Belgia, dan Jerman.
Serangan, yang sebagian besar diklaim oleh kelompok ISIS, telah mengipasi ketegangan atas imigrasi, mendorong popularitas partai sayap kanan dan membuat keamanan menjadi tema kunci dalam pemilu mendatang di Prancis, Belanda, dan Jerman.
"Tepat di seberang ruang daerah Uni Eropa, kita melihat Muslim dan orang asing yang disamakan dengan teroris," kata Julia Hall, ahli Amnesty Internasional tentang kontraterorisme, sekaligus penulis laporan Amnesty.
"Stereotip ini tidak proporsional dan mempengaruhi masyarakat, yang menyebabkan munculnya ketakutan dan keterasingan terhadap kaum Muslim dan pengungsi," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Selasa (17/1).
Dia memperingatkan langkah-langkah pengawasan kejam, pencarian, penahanan dan penangkapan seperti yang diperkenalkan di Prancis sejak November 2015, ketika serangan menewaskan 130 orang, bisa disalahgunakan untuk menargetkan aktivis atau kelompok minoritas yang tidak menimbulkan ancaman.
Dalam laporan yang dirilis beberapa waktu lalu, kelompok itu menyampaikan peringatan mengenai langkah-langkah keamanan yang diterapkan di 14 negara Uni Eropa dalam kurun dua tahun terakhir. Selama periode itu, serangan militan telah menewaskan sekitar 280 orang di Prancis, Belgia, dan Jerman.
Serangan, yang sebagian besar diklaim oleh kelompok ISIS, telah mengipasi ketegangan atas imigrasi, mendorong popularitas partai sayap kanan dan membuat keamanan menjadi tema kunci dalam pemilu mendatang di Prancis, Belanda, dan Jerman.
"Tepat di seberang ruang daerah Uni Eropa, kita melihat Muslim dan orang asing yang disamakan dengan teroris," kata Julia Hall, ahli Amnesty Internasional tentang kontraterorisme, sekaligus penulis laporan Amnesty.
"Stereotip ini tidak proporsional dan mempengaruhi masyarakat, yang menyebabkan munculnya ketakutan dan keterasingan terhadap kaum Muslim dan pengungsi," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Selasa (17/1).
Dia memperingatkan langkah-langkah pengawasan kejam, pencarian, penahanan dan penangkapan seperti yang diperkenalkan di Prancis sejak November 2015, ketika serangan menewaskan 130 orang, bisa disalahgunakan untuk menargetkan aktivis atau kelompok minoritas yang tidak menimbulkan ancaman.
(esn)