Turki Bilang Suriah Dipimpin Assad Mustahil Bersatu dan Damai
A
A
A
ANKARA - Pemerintah Turki percaya rakyat Suriah bisa bersatu dan damai. Namun, hal itu mustahil terjadi selama rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad tetap berkuasa.
Negara itu Timur Tengah telah kacau akibat perang saudara antara pasukan rezim Assad dan pasukan pemberontak Suriah selama lebih dari lima tahun.
”Posisi kami pada Assad jelas. Kami tidak percaya bahwa Suriah yang bersatu, damai, akan mungkin terjadi dengan Assad tetap dalam kekuasaan,” juru bicara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Ibrahim Kalin, di Ankara, pada hari Jumat.
Turki selama ini mendukung kelompok pemberontak atau opoisi Suriah dalam perjuangan mereka melawan Assad. Sedangkan Presiden Suriah menerima dukungan Rusia dalam perang saudara.
Perang sipil di Suriah telah membuat banyak korban jiwa berjatuhan dan ratusan ribu lainnya mengungsi ke berbagai negara, terutama ke Eropa. Negara itu bertambah kacau dengan munculnya kelompok Islamic State atau ISIS yang melakukan kebrutalan di Suriah dan Irak.
Beberapa negara di Barat, termasuk Amerika Serikat, telah mendesak Rusia untuk menggunakan pengaruhnya agar memaksa rezim Assad lengser. Namun, Rusia menegaskan bahwa nasib masa depan Suriah harus ditentukan oleh rakyat di negara itu tanpa intervensi asing, termasuk Amerika Serikat.
Baru-baru ini, Rusia berhasil menengahi gencatan senjata antar-pasukan yang berperang untuk memungkinkan kelompok-kelompok kemanusiaan memberikan bantuan kepada rakyat Suriah yang terkena dampak perang.
Kalin mengatakan setelah gencatan senjata yang ditengahi oleh Rusia dan Turki atas nama rezim dan pemberontak Suriah, pertempuran sebagian besar telah berhenti di Suriah selama beberapa minggu terakhir.
Kalin menambahkan bahwa Turki bersedia untuk terlibat dalam pembicaraan lebih lanjut dengan Rusia untuk mengakhiri krisis Suriah. Kedua pihak akan mengadakan pembicaraan perdamaian di Astana, Ibu Kota Kazakhstan, segera mungkin.
”Tapi kami akan melihat bagaimana pembicaraan Astana berjalan, kami ingin berjalan langkah demi langkah pada saat ini,” ujar Kalin, seperti dikutip IB Times, Sabtu (14/1/2017).
Negara itu Timur Tengah telah kacau akibat perang saudara antara pasukan rezim Assad dan pasukan pemberontak Suriah selama lebih dari lima tahun.
”Posisi kami pada Assad jelas. Kami tidak percaya bahwa Suriah yang bersatu, damai, akan mungkin terjadi dengan Assad tetap dalam kekuasaan,” juru bicara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Ibrahim Kalin, di Ankara, pada hari Jumat.
Turki selama ini mendukung kelompok pemberontak atau opoisi Suriah dalam perjuangan mereka melawan Assad. Sedangkan Presiden Suriah menerima dukungan Rusia dalam perang saudara.
Perang sipil di Suriah telah membuat banyak korban jiwa berjatuhan dan ratusan ribu lainnya mengungsi ke berbagai negara, terutama ke Eropa. Negara itu bertambah kacau dengan munculnya kelompok Islamic State atau ISIS yang melakukan kebrutalan di Suriah dan Irak.
Beberapa negara di Barat, termasuk Amerika Serikat, telah mendesak Rusia untuk menggunakan pengaruhnya agar memaksa rezim Assad lengser. Namun, Rusia menegaskan bahwa nasib masa depan Suriah harus ditentukan oleh rakyat di negara itu tanpa intervensi asing, termasuk Amerika Serikat.
Baru-baru ini, Rusia berhasil menengahi gencatan senjata antar-pasukan yang berperang untuk memungkinkan kelompok-kelompok kemanusiaan memberikan bantuan kepada rakyat Suriah yang terkena dampak perang.
Kalin mengatakan setelah gencatan senjata yang ditengahi oleh Rusia dan Turki atas nama rezim dan pemberontak Suriah, pertempuran sebagian besar telah berhenti di Suriah selama beberapa minggu terakhir.
Kalin menambahkan bahwa Turki bersedia untuk terlibat dalam pembicaraan lebih lanjut dengan Rusia untuk mengakhiri krisis Suriah. Kedua pihak akan mengadakan pembicaraan perdamaian di Astana, Ibu Kota Kazakhstan, segera mungkin.
”Tapi kami akan melihat bagaimana pembicaraan Astana berjalan, kami ingin berjalan langkah demi langkah pada saat ini,” ujar Kalin, seperti dikutip IB Times, Sabtu (14/1/2017).
(mas)