Rusia Kecam Penempatan Tentara AS
A
A
A
WARSAWA - Rusia mengecam penempatan militer Amerika Serikat (AS) di Polandia. Penempatan tentara dan peralatan tempur tersebut merupakan pengiriman militer terbesar ke Eropa dalam beberapa dekade terakhir.
AS mengklaim penempatan lebih dari 3.000 pasukan dan puluhan tank militer di Polandia sebagai bentuk jaminan keamanan bagi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang berbatasan langsung dengan Rusia. Itu juga merupakan respons Presiden Barack Obama terhadap sikap agresif Rusia kepada negaranegara Eropa. Kedatangan mereka juga hanya beberapa hari sebelum pelantikan Donald Trump yang ingin memperbaiki hubungan dengan Moskow.
Tapi, Kremlin berkata lain. “Upaya memperkuat militer AS di Polandia itu menjadi ancaman keamanan nasional dan kepentingan Rusia,” kata juru bicara Kantor Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, dilansir Reuters. Dia menganggap langkah AS itu sebagai upaya agresif di sepanjang perbatasan Rusia. Peskov mengungkapkan, jika ada negara ketiga mengirimkan tank dan tentara di perbatasan, itu merupakan hal negatif.
“Apalagi, negara itu bukan berasal dari Eropa,” ucapnya. Dia tidak mempermasalahkan jumlah militer AS. “Apakah seribu atau sepuluh ribu tentara, semuanya saja. Itu adalah upaya penempatan militer,” katanya. Lebih dari 80 tank tempur dan ratusan kendaraan tempur telah tiba di Polandia setelah menempuh perjalanan selama tiga hari dari Jerman.
Para tentara AS juga tiba di Wroclaw, kota di mana pangkalan udara Polandia dan NATO berada. Selain itu, sebanyak 2.800 peralatan militer dari Brigade Tempur Militer AS dari Divisi Infrantri ke-4 tiba di Pelabuhan Bremerhaven, Jerman, hari ini dan akan langsung dikirim ke Polandia. “Penempatan pasukan AS itu bertujuan menjaga perbatasan untuk mengantisipasi peningkatan provokasi Rusia,” kata Deputi Komandan Militer AS di Eropa Letnan Jenderal Timothy Ray.
“Langkah ini sangat jelas untuk merespons segala bentuk agresi. Ini juga langkah aliansi untuk memelihara perdamaian dan keamanan di Eropa,” ungkapnya. Pasukan AS itu akan menghabiskan waktu selama satu bulan untuk menjalani pelatihan di Polandia sebelum pindah ke Jerman dan Rumania untuk pelatihan tambahan. “Kita ingin menjamin integritas aliansi kita dan mempertahankan Eropa sebagai satu kesatuan yang utuh, bebas, sejahtera, dan damai,” kata Ray.
AS Butuh NATO
Calon Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Rex Tillerson menjamin dia akan menjadi mitra bagi Moskow, bukan sebagai teman. “Aliansi kita, NATO, berhak untuk siaga terhadap langkah Rusia,” kata Tillerson dalam rapat dengar pendapat dengan Komite Luar Negeri Senat AS untuk menentukan persetujuan pencalonannya sebagai menlu. Dia juga mengkritik Obama yang tidak mengambil langkah tegas ketika Rusia mencaplok Crimea. Kemudian, Tillerson juga menyerang China.
Dia mengingatkan kekuatan Asia itu untuk mewujudkan “tujuan sendiri”. China tidak mampu menghancurkan program nuklir Korea Utara (Korut), “China bukan mitra sebenarnya karena tidak menggunakan pengaruhnya untuk membujuk Korut,” tudingnya. Selama ini Beijing dianggap sebagai aliansi terdekat Pyongyang. Masih berkaitan dengan China, Tillerson, 64, mengungkapkan, AS seharusnya memblokade akses menuju kepulauan yang dibuat China di Laut China Selatan.
Dia menyamakan pembangunan kepulauan itu seperti aneksasi Crimea dari Ukraina. “Kita akan mengirimkan pesan jelas yang pertama adalah pembangunan pulau harus dihentikan. Kedua, akses kalian (China) ke kepulauan itu seharusnya tidak diizinkan,” kata mantan CEO ExxoMobil itu. Sayangnya, Tillerson tak menjelaskan bagaimana AS memblokade kepulauan tersebut.
“Mereka (China) mengambil alih atau mengontrol atau mendeklarasikan teritorial yang bukan hak China,” tuturnya. Beijing berulang kali mengatakan tidak ada yang salah dengan pembangunan pulau di Laut China Selatan. Mereka juga membangun fasilitas militer. Merespons pernyataan Tillerson, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang mengatakan Beijing berhak melakukan “aktivitas normal” di teritorialnya. “Saya tidak merespons pertanyaan hipotesis,” katanya saat ditanya komentar tentang blokade akses oleh AS.
AS mengklaim penempatan lebih dari 3.000 pasukan dan puluhan tank militer di Polandia sebagai bentuk jaminan keamanan bagi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang berbatasan langsung dengan Rusia. Itu juga merupakan respons Presiden Barack Obama terhadap sikap agresif Rusia kepada negaranegara Eropa. Kedatangan mereka juga hanya beberapa hari sebelum pelantikan Donald Trump yang ingin memperbaiki hubungan dengan Moskow.
Tapi, Kremlin berkata lain. “Upaya memperkuat militer AS di Polandia itu menjadi ancaman keamanan nasional dan kepentingan Rusia,” kata juru bicara Kantor Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, dilansir Reuters. Dia menganggap langkah AS itu sebagai upaya agresif di sepanjang perbatasan Rusia. Peskov mengungkapkan, jika ada negara ketiga mengirimkan tank dan tentara di perbatasan, itu merupakan hal negatif.
“Apalagi, negara itu bukan berasal dari Eropa,” ucapnya. Dia tidak mempermasalahkan jumlah militer AS. “Apakah seribu atau sepuluh ribu tentara, semuanya saja. Itu adalah upaya penempatan militer,” katanya. Lebih dari 80 tank tempur dan ratusan kendaraan tempur telah tiba di Polandia setelah menempuh perjalanan selama tiga hari dari Jerman.
Para tentara AS juga tiba di Wroclaw, kota di mana pangkalan udara Polandia dan NATO berada. Selain itu, sebanyak 2.800 peralatan militer dari Brigade Tempur Militer AS dari Divisi Infrantri ke-4 tiba di Pelabuhan Bremerhaven, Jerman, hari ini dan akan langsung dikirim ke Polandia. “Penempatan pasukan AS itu bertujuan menjaga perbatasan untuk mengantisipasi peningkatan provokasi Rusia,” kata Deputi Komandan Militer AS di Eropa Letnan Jenderal Timothy Ray.
“Langkah ini sangat jelas untuk merespons segala bentuk agresi. Ini juga langkah aliansi untuk memelihara perdamaian dan keamanan di Eropa,” ungkapnya. Pasukan AS itu akan menghabiskan waktu selama satu bulan untuk menjalani pelatihan di Polandia sebelum pindah ke Jerman dan Rumania untuk pelatihan tambahan. “Kita ingin menjamin integritas aliansi kita dan mempertahankan Eropa sebagai satu kesatuan yang utuh, bebas, sejahtera, dan damai,” kata Ray.
AS Butuh NATO
Calon Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Rex Tillerson menjamin dia akan menjadi mitra bagi Moskow, bukan sebagai teman. “Aliansi kita, NATO, berhak untuk siaga terhadap langkah Rusia,” kata Tillerson dalam rapat dengar pendapat dengan Komite Luar Negeri Senat AS untuk menentukan persetujuan pencalonannya sebagai menlu. Dia juga mengkritik Obama yang tidak mengambil langkah tegas ketika Rusia mencaplok Crimea. Kemudian, Tillerson juga menyerang China.
Dia mengingatkan kekuatan Asia itu untuk mewujudkan “tujuan sendiri”. China tidak mampu menghancurkan program nuklir Korea Utara (Korut), “China bukan mitra sebenarnya karena tidak menggunakan pengaruhnya untuk membujuk Korut,” tudingnya. Selama ini Beijing dianggap sebagai aliansi terdekat Pyongyang. Masih berkaitan dengan China, Tillerson, 64, mengungkapkan, AS seharusnya memblokade akses menuju kepulauan yang dibuat China di Laut China Selatan.
Dia menyamakan pembangunan kepulauan itu seperti aneksasi Crimea dari Ukraina. “Kita akan mengirimkan pesan jelas yang pertama adalah pembangunan pulau harus dihentikan. Kedua, akses kalian (China) ke kepulauan itu seharusnya tidak diizinkan,” kata mantan CEO ExxoMobil itu. Sayangnya, Tillerson tak menjelaskan bagaimana AS memblokade kepulauan tersebut.
“Mereka (China) mengambil alih atau mengontrol atau mendeklarasikan teritorial yang bukan hak China,” tuturnya. Beijing berulang kali mengatakan tidak ada yang salah dengan pembangunan pulau di Laut China Selatan. Mereka juga membangun fasilitas militer. Merespons pernyataan Tillerson, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang mengatakan Beijing berhak melakukan “aktivitas normal” di teritorialnya. “Saya tidak merespons pertanyaan hipotesis,” katanya saat ditanya komentar tentang blokade akses oleh AS.
(esn)