Saudi Didesak Bebaskan Wanita Muda yang Mejeng tanpa Jilbab
A
A
A
RIYADH - Otoritas Arab Saudi didesak untuk membebaskan Malak Al Shehri, wanita muda yang ditangkap polisi agama setelah mejeng tanpa mengenakan abaya (jilbab khas Saudi) di tempat umum di Riyadh. Sementara itu, para pendukung Malak mengaku menerima ancaman pembunuhan hampir setiap hari.
Aksi mejeng Malak tanpa abaya di tempat umum di Riyadh telah menghebohkan publik. Malak mengunggah foto mejengnya itu di akun media sosial. Sejak itu, Malak menerima banyak ancaman pembunuhan, meski sudah menutup akun media sosialnya.
Malak ditangkap tak lama setelah polisi agama Saudi mengaku menerima laporan tentang aksi berani Malak. Malak oleh pihak polisi agama dianggap melanggar norma susila.
Baca:
Mejeng tanpa Jilbab, Wanita Muda Saudi Diancam Sekaligus Dipuji
Desakan pembebasan Malak diserukan Hillel Neuer, pengawas hak asasi manusia UN Watch. Neuer minta PBB dan organisasi internasional untuk menekan pemerintah Saudi supaya menjamin Malak tidak menghadapi dampak terburuk dari aksinya.
”Saya pikir dia jelas pahlawan dan tidak mencoba untuk menjadi provokatif, tetapi seorang wanita yang menggunakan haknya untuk berjalan di luar mengenakan pakaian yang agak konservatif dan menjadi orang biasa dan tidak menggantungkan dirinya dalam jubah hitam yang menutupi tubuh secara penuh,” kata Neuer, seperti dikutip IB Times, Jumat (16/12/2016).
”Dia adalah tipe orang yang harus jadi bagian dari badan hak asasi manusia dan bukan dari pemerintah yang menindas, serta bagian dari warga sesama perempuan,” ujarnya.
”Ada 55 ahli hak asasi manusia yang berbeda di PBB, dan mereka harus berbicara dan mendesak pembebasannya segera, dia termasuk kelompok dari penahanan sewenang-wenang. Dia adalah wanita yang sedang ditahan sewenang-wenang,” imbuh Neuer.
Baca juga:
Wanita Muda Saudi yang Mejeng tanpa Jilbab Akhirnya Ditangkap
Salah satu pendukung Malak, Amal Muhammad, mengaku menerima ancaman pembunuhan karena membela wanita muda itu secara online. ”Saya menerima ancaman sepanjang waktu,” ujarnya. ”Ancaman kematian, ancaman pemerkosaan. Saya mendapatkannya hampir setiap hari.”
Amal dalam beberapa tahun terakhir aktif di gerakan perempuan Saudi penuntut hak yang lebih besar. Dia baru-baru ini terlibat dalam pembuatan petisi untuk diakhirinya hukum yang mewajibkan perempuan untuk minta izin atau dikawal wali atau lelaki muhrimnya selama bepergian. Amal ini pula yang ikut andil perubahan hukum di Saudi yang membolehkan wanita untuk pertama kalinya dipilih dalam pemilu pada 2015 lalu.
”Apa yang Malak lakukan adalah hasil dari gerakan hak-hak perempuan Saudi. Ada banyak wanita muak dengan cara hal-hal seperti itu. Apa yang Malak lakukan adalah representasi dari banyak wanita di sini. Ada mentalitas yang berbeda dengan perempuan sekarang. Kami lebih berpendidikan dan sadar akan hak kami. Mereka tidak bisa terus memperlakukan kami seperti generasi masa lalu,” ujar Amal.
Dia bertepuk tangan atas aksi berani Malak yang dia sebut akan membuat malu rezim Saudi. ”Saya berpikir bahwa berita yang keluar sudah membantunya. Dia bukan kambing hitam sekarang, sehingga mereka tidak akan menangkapnya hanya untuk menyenangkan kubu ekstremis,” imbuh Amal.
Aksi mejeng Malak tanpa abaya di tempat umum di Riyadh telah menghebohkan publik. Malak mengunggah foto mejengnya itu di akun media sosial. Sejak itu, Malak menerima banyak ancaman pembunuhan, meski sudah menutup akun media sosialnya.
Malak ditangkap tak lama setelah polisi agama Saudi mengaku menerima laporan tentang aksi berani Malak. Malak oleh pihak polisi agama dianggap melanggar norma susila.
Baca:
Mejeng tanpa Jilbab, Wanita Muda Saudi Diancam Sekaligus Dipuji
Desakan pembebasan Malak diserukan Hillel Neuer, pengawas hak asasi manusia UN Watch. Neuer minta PBB dan organisasi internasional untuk menekan pemerintah Saudi supaya menjamin Malak tidak menghadapi dampak terburuk dari aksinya.
”Saya pikir dia jelas pahlawan dan tidak mencoba untuk menjadi provokatif, tetapi seorang wanita yang menggunakan haknya untuk berjalan di luar mengenakan pakaian yang agak konservatif dan menjadi orang biasa dan tidak menggantungkan dirinya dalam jubah hitam yang menutupi tubuh secara penuh,” kata Neuer, seperti dikutip IB Times, Jumat (16/12/2016).
”Dia adalah tipe orang yang harus jadi bagian dari badan hak asasi manusia dan bukan dari pemerintah yang menindas, serta bagian dari warga sesama perempuan,” ujarnya.
”Ada 55 ahli hak asasi manusia yang berbeda di PBB, dan mereka harus berbicara dan mendesak pembebasannya segera, dia termasuk kelompok dari penahanan sewenang-wenang. Dia adalah wanita yang sedang ditahan sewenang-wenang,” imbuh Neuer.
Baca juga:
Wanita Muda Saudi yang Mejeng tanpa Jilbab Akhirnya Ditangkap
Salah satu pendukung Malak, Amal Muhammad, mengaku menerima ancaman pembunuhan karena membela wanita muda itu secara online. ”Saya menerima ancaman sepanjang waktu,” ujarnya. ”Ancaman kematian, ancaman pemerkosaan. Saya mendapatkannya hampir setiap hari.”
Amal dalam beberapa tahun terakhir aktif di gerakan perempuan Saudi penuntut hak yang lebih besar. Dia baru-baru ini terlibat dalam pembuatan petisi untuk diakhirinya hukum yang mewajibkan perempuan untuk minta izin atau dikawal wali atau lelaki muhrimnya selama bepergian. Amal ini pula yang ikut andil perubahan hukum di Saudi yang membolehkan wanita untuk pertama kalinya dipilih dalam pemilu pada 2015 lalu.
”Apa yang Malak lakukan adalah hasil dari gerakan hak-hak perempuan Saudi. Ada banyak wanita muak dengan cara hal-hal seperti itu. Apa yang Malak lakukan adalah representasi dari banyak wanita di sini. Ada mentalitas yang berbeda dengan perempuan sekarang. Kami lebih berpendidikan dan sadar akan hak kami. Mereka tidak bisa terus memperlakukan kami seperti generasi masa lalu,” ujar Amal.
Dia bertepuk tangan atas aksi berani Malak yang dia sebut akan membuat malu rezim Saudi. ”Saya berpikir bahwa berita yang keluar sudah membantunya. Dia bukan kambing hitam sekarang, sehingga mereka tidak akan menangkapnya hanya untuk menyenangkan kubu ekstremis,” imbuh Amal.
(mas)