Dihukum Kerja Paksa Seumur Hidup di Korut, Nasib Pastor Kanada Memprihatinkan
A
A
A
PYONGYANG - Para diplomat Kanada berkunjung ke Korea Utara (Korut) untuk menjenguk pastor Hyeon Soo Lim yang dihukum kerja paksa seumur hidup atas tuduhan subversi atau makar. Menurut para diplomat, kondisi pastor Kanada itu sudah memprihatinkan.
Hyeon Soo Lim, yang dikenal sebagai pastor aktif di salah satu gereja terbesar di Kanada, dijatuhi hukuman kerja paksa seumur hidup pada bulan Desember 2015 di Korut. Otoritas rezim Pyongyang menuduhnya berupaya menggulingkan rezim Kim Jong-un.
Chantal Gagnon, juru bicara Menteri Luar Negeri Kanada Stephane Dion, mengonfirmasi laporan kantor berita Korut, KCNA, yang mengatakan bahwa para diplomat Kanada mengunjungi negara itu mulai Selasa sampai Kamis dan sudah melihat Lim.
”Kami masih sangat prihatin tentang kesehatannya, kesejahteraan, dan (tentang keputusan) melanjutkan penahanan, dan (kami) bekerja secara aktif untuk mengamankan pembebasannya,” kata Gagnon, seperti dikutip Reuters, Jumat (16/12/2016).
”Kasus ini benar-benar menjadi prioritas bagi kami,” ujarnya, yang menolak untuk menjelaskan detail tentang kondisi kesehatan Lim.
Dalam sebuah pernyataan, gereja di Toronto—tempat Lim aktif—menyatakan, ”Kami berharap ini adalah tanda positif, bahwa kami akan melihat Pastor Lim dibebaskan dan segera pulang.”
Kanada menjalin hubungan diplomatik dengan Korut pada tahun 2001. Namun, hubungan keduanya membeku pada tahun 2010.
Pihak gereja mengatakan Lim mengunjungi Korut lebih dari 100 kali sejak tahun 1997. Pastor itu diklaim membantu mendirikan panti asuhan dan panti jompo.
Pada bulan Januari, Lim mengatakan kepada CNN, bahwa dia menghabiskan delapan jam sehari untuk menggali lubang di sebuah kamp kerja paksa di Korut.
Hyeon Soo Lim, yang dikenal sebagai pastor aktif di salah satu gereja terbesar di Kanada, dijatuhi hukuman kerja paksa seumur hidup pada bulan Desember 2015 di Korut. Otoritas rezim Pyongyang menuduhnya berupaya menggulingkan rezim Kim Jong-un.
Chantal Gagnon, juru bicara Menteri Luar Negeri Kanada Stephane Dion, mengonfirmasi laporan kantor berita Korut, KCNA, yang mengatakan bahwa para diplomat Kanada mengunjungi negara itu mulai Selasa sampai Kamis dan sudah melihat Lim.
”Kami masih sangat prihatin tentang kesehatannya, kesejahteraan, dan (tentang keputusan) melanjutkan penahanan, dan (kami) bekerja secara aktif untuk mengamankan pembebasannya,” kata Gagnon, seperti dikutip Reuters, Jumat (16/12/2016).
”Kasus ini benar-benar menjadi prioritas bagi kami,” ujarnya, yang menolak untuk menjelaskan detail tentang kondisi kesehatan Lim.
Dalam sebuah pernyataan, gereja di Toronto—tempat Lim aktif—menyatakan, ”Kami berharap ini adalah tanda positif, bahwa kami akan melihat Pastor Lim dibebaskan dan segera pulang.”
Kanada menjalin hubungan diplomatik dengan Korut pada tahun 2001. Namun, hubungan keduanya membeku pada tahun 2010.
Pihak gereja mengatakan Lim mengunjungi Korut lebih dari 100 kali sejak tahun 1997. Pastor itu diklaim membantu mendirikan panti asuhan dan panti jompo.
Pada bulan Januari, Lim mengatakan kepada CNN, bahwa dia menghabiskan delapan jam sehari untuk menggali lubang di sebuah kamp kerja paksa di Korut.
(mas)