Milisi Rohingya Pembunuh 9 Polisi Myanmar Terkait Jaringan Saudi
A
A
A
RANGON - Kelompok milisi Rohingya yang menyerang pos perbatasan Myanmar dan membunuh sembilan polisi dipimpin oleh orang-orang yang terkait dengan jaringan di Arab Saudi dan Pakistan. Hal itu diungkap International Crisis Group (ICG) pada Kamis (15/12/2016) mengutip anggota kelompok penyerang.
serangan terkoordinasi pada 9 Oktober lalu menewaskan sembilan polisi, dan memicu tindakan keras oleh pasukan keamanan di negara bagian Rakhine, Myanmar.
Media pemerintah menulis, setidaknya 86 orang tewas selama operasi militer di Rakhine. Sedangkan PBB memperkirakan sebanyak 27 ribu anggota minoritas Muslim Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh dengan menyeberangi sungai perbatasan.
Pemerintah Myanmar yang secara de facto dipimpin Aung San Suu Kyi, menyalahkan komunitas Rohingya yang didukung oleh militan asing atas serangan pada 9 Oktober tersebut. Pemerintah menyebut kelompok penyerang sebagai “teroris”.
Kelompok penyerang itu menamakan dirinya sebagai Harakah al-Yakin. Dalam wawancara dengan ICG yang berbasis di Brussels, kelompok ini mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan sembilan polisi Myanmar.
ICG mewawancari empat anggota kelompok Harakah al-Yakin di negara bagian Rakhine dan dua anggota lainnya di luar Myanmar. Wawancara melalui video dan aplikasi pesan.
Harakah al-Yakin, atau Gerakan Iman, dibentuk setelah kekerasan komunal pecah di Rakhine tahun 2012. Kekerasan itu menewaskan lebih dari 100 orang dan sekitar 140 ribu warga Rohingya mengungsi.
Menurut kelompok tersebut, Pakistan dan Afghanistan memberi pelatihan klandestin kepada penduduk desa di Rakhine utara lebih dari dua tahun menjelang serangan 9 Oktober lalu.
”Ini termasuk penggunaan senjata, taktik gerilya dan, dan pelatihan yang fokus pada bahan peledak dan IED,” kata kelompok tersebut, seperti dikutip Reuters.
Pemimpin Harakah al-Yakin, Ata Ullah, yang lahir di Pakistan, muncul di video untuk mengonfirmasi serangan. Dia merupakan migran Rohingya dan telah tinggal di Makkah, Arab Saudi.
”Meskipun tidak dikonfirmasi, ada indikasi dia pergi ke Pakistan dan mungkin di tempat lain, dan bahwa dia menerima pelatihan praktis dalam perang gerilya modern,” ujar kelompok itu yang menegaskan bahwa Ata Ullah adalah salah satu dari 20 warga Rohingya yang memimpin serangan dari Arab Saudi.
serangan terkoordinasi pada 9 Oktober lalu menewaskan sembilan polisi, dan memicu tindakan keras oleh pasukan keamanan di negara bagian Rakhine, Myanmar.
Media pemerintah menulis, setidaknya 86 orang tewas selama operasi militer di Rakhine. Sedangkan PBB memperkirakan sebanyak 27 ribu anggota minoritas Muslim Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh dengan menyeberangi sungai perbatasan.
Pemerintah Myanmar yang secara de facto dipimpin Aung San Suu Kyi, menyalahkan komunitas Rohingya yang didukung oleh militan asing atas serangan pada 9 Oktober tersebut. Pemerintah menyebut kelompok penyerang sebagai “teroris”.
Kelompok penyerang itu menamakan dirinya sebagai Harakah al-Yakin. Dalam wawancara dengan ICG yang berbasis di Brussels, kelompok ini mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan sembilan polisi Myanmar.
ICG mewawancari empat anggota kelompok Harakah al-Yakin di negara bagian Rakhine dan dua anggota lainnya di luar Myanmar. Wawancara melalui video dan aplikasi pesan.
Harakah al-Yakin, atau Gerakan Iman, dibentuk setelah kekerasan komunal pecah di Rakhine tahun 2012. Kekerasan itu menewaskan lebih dari 100 orang dan sekitar 140 ribu warga Rohingya mengungsi.
Menurut kelompok tersebut, Pakistan dan Afghanistan memberi pelatihan klandestin kepada penduduk desa di Rakhine utara lebih dari dua tahun menjelang serangan 9 Oktober lalu.
”Ini termasuk penggunaan senjata, taktik gerilya dan, dan pelatihan yang fokus pada bahan peledak dan IED,” kata kelompok tersebut, seperti dikutip Reuters.
Pemimpin Harakah al-Yakin, Ata Ullah, yang lahir di Pakistan, muncul di video untuk mengonfirmasi serangan. Dia merupakan migran Rohingya dan telah tinggal di Makkah, Arab Saudi.
”Meskipun tidak dikonfirmasi, ada indikasi dia pergi ke Pakistan dan mungkin di tempat lain, dan bahwa dia menerima pelatihan praktis dalam perang gerilya modern,” ujar kelompok itu yang menegaskan bahwa Ata Ullah adalah salah satu dari 20 warga Rohingya yang memimpin serangan dari Arab Saudi.
(mas)