WikiLeaks: Menantu Erdogan Pesan Mainan Seks Online
A
A
A
ANKARA - Menantu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Belat Albayrak, terungkap memesan mainan dan pelumas seks secara online. Selain jadi menantu Erdogan, Albayrak juga menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Turki.
Informasi itu dibocorkan situs anti-kerahasiaan WikiLeaks dari retasan email yang diduga kuat milik menantu Erdogan itu. Akun email yang diretas dan dokumennya dibocorkan WikiLeaks merupakan akun Hotmail.
Pemerintah Turki, di bawah kepemimpinan AKP—partai kubu Erdogan—telah memperkenalkan serangkaian tindakan terhadap praktik-praktik asusila dalam beberapa tahun terakhir, termasuk menutup ratusan rumah bordil dan melarang asrama campuran mahasiswa dan mahasiswi di setiap universitas.
Albayrak tercatat sebagai menteri Turki yang mengenyam pendidikan di Amerika Serikat (AS). Dia menjadi anggota partai pada tahun 2015 dan diangkat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Turki pada bulan November pada tahun yang sama.
Dia menikahi putri bungsu Erdogan, Esra, pada tahun 2004. Esra sendiri pernah belajar di University of California, Berkeley, AS.
Albayrak dianggap sebagai salah satu sekutu Erdogan paling terpercaya. Para ahli bahkan berspekulasi bahwa Presiden Erdogan kemungkinan menyiapkan menantunya itu sebagai penggantinya.
Email yang dibocorkan itu adalah salah satu dari 57.000 email yang diretas hacker dan dokumennya dibocorkan WikiLeaks. Ribuan email itu diduga dikirim dan diterima antara tahun 2000 dan 2016.
”Pemerintah Turki terus menggunakan kekuatan untuk memenjarakan wartawan, menutup media dan membatasi akses internet untuk warganya, merampas kemampuan mereka untuk mengakses informasi tentang situasi mereka termasuk dengan melarang WikiLeaks,” kata pendiri WikiLeaks Julian Assange dalam sebuah pernyataan, yang dilansir IB Times, kemarin (7/12/2016).
Pada bulan September, kelompok hacktivist Marxis RedHack mengklaim telah mengakses akun email Albayrat. Dia mengancam untuk membocorkan email menantu Erdogan itu jika aktivis sayap kiri yang dipenjara tidak dibebaskan.
Ketika ancaman itu mulai muncul secara online, pemerintah Turki memblokir akses ke situs-situs internet dan akun Twitter. Albayrak dan pemerintah Turki hingga saat ini (8/12/2016) tidak menanggapi laporan bocoran email yang dirilis WikiLeaks.
Informasi itu dibocorkan situs anti-kerahasiaan WikiLeaks dari retasan email yang diduga kuat milik menantu Erdogan itu. Akun email yang diretas dan dokumennya dibocorkan WikiLeaks merupakan akun Hotmail.
Pemerintah Turki, di bawah kepemimpinan AKP—partai kubu Erdogan—telah memperkenalkan serangkaian tindakan terhadap praktik-praktik asusila dalam beberapa tahun terakhir, termasuk menutup ratusan rumah bordil dan melarang asrama campuran mahasiswa dan mahasiswi di setiap universitas.
Albayrak tercatat sebagai menteri Turki yang mengenyam pendidikan di Amerika Serikat (AS). Dia menjadi anggota partai pada tahun 2015 dan diangkat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Turki pada bulan November pada tahun yang sama.
Dia menikahi putri bungsu Erdogan, Esra, pada tahun 2004. Esra sendiri pernah belajar di University of California, Berkeley, AS.
Albayrak dianggap sebagai salah satu sekutu Erdogan paling terpercaya. Para ahli bahkan berspekulasi bahwa Presiden Erdogan kemungkinan menyiapkan menantunya itu sebagai penggantinya.
Email yang dibocorkan itu adalah salah satu dari 57.000 email yang diretas hacker dan dokumennya dibocorkan WikiLeaks. Ribuan email itu diduga dikirim dan diterima antara tahun 2000 dan 2016.
”Pemerintah Turki terus menggunakan kekuatan untuk memenjarakan wartawan, menutup media dan membatasi akses internet untuk warganya, merampas kemampuan mereka untuk mengakses informasi tentang situasi mereka termasuk dengan melarang WikiLeaks,” kata pendiri WikiLeaks Julian Assange dalam sebuah pernyataan, yang dilansir IB Times, kemarin (7/12/2016).
Pada bulan September, kelompok hacktivist Marxis RedHack mengklaim telah mengakses akun email Albayrat. Dia mengancam untuk membocorkan email menantu Erdogan itu jika aktivis sayap kiri yang dipenjara tidak dibebaskan.
Ketika ancaman itu mulai muncul secara online, pemerintah Turki memblokir akses ke situs-situs internet dan akun Twitter. Albayrak dan pemerintah Turki hingga saat ini (8/12/2016) tidak menanggapi laporan bocoran email yang dirilis WikiLeaks.
(mas)